Rabu, 30 Januari 2013

Usahlah kau tau tentang aku...


Beberapa orang bertanya tentang aku,
Usahlah kau tau siapa aku, cukuplah kau kenal  Nabimu dan para sahabatnya untuk kau tiru cara hidupnya.

Sebab jika kau tau tentang keburukanku, niscaya engkau akan lari menjauhiku,

Muhammad bin Wasyi' pernah berkata;

Seandainya dosa - dosa itu berbau, niscaya tiada orang yang mau bergaul denganku.

Ketahuilah, sesungguhnya aku hanya seorang tholabul ilmi yang masih kecil, yang keberadaanku tak di akui oleh siapapun, yang slalu ingin dan ingin slalu mendapatkan nasehat dan tausiyah dari saudara - saudara muslimku.


Urungkan niatmu untuk mengenal diriku lebih jauh, 

Aku hanya semisal tumbuhan enceng gondok yang daunnya tidak menjulang ke langit dan akarnyapun tak menghujam ke bumi.

Bantu aku,

Jangan buat aku terkenal, 
Karena popularitas kerap kali menjerumuskan pemiliknya.

Abu Musyir berkata ;

"Sesuatu yang membuat dirimu  termasuk orang yang celaka adalah saat engkau menjadi bagian orang - orang terkenal"

Bisyir bin harits Rahumahullah menyatakan;

"Aku tidak melihat orang - orang yang gila popularitas melainkan agamanya akan hilang dan aibnya akan di ketahui banyak orang"

Beliaupun mengatakan;

"Orang yang Ambisi popularitas ia tidak akan merasakan manisnya Iman". ( At thawadhu' wal khumul : 30 )

Sejujurnya, akupun belum semuanya secara sempurna mengamalkan kalimat - kalimat sederhana yang sering aku kirimkan untukmu sahabat, tapi yakinlah tekad itu akan tetap kuat ku pegang dan tak akan pernah sirna.


Aku ingin selalu, engkau mengingatkanku saat aku keliru, ketika aku salah, saat - saat aku khilaf dan lemah iman, karena aku hanya manusia yang tak terlepas dari kesemuanya itu.


Jakarta, 31 Januari 2013
Sahabat kecilmu,
Abie Sabiella

Senin, 28 Januari 2013

Karena Allah bukan mesin ATM



Sebagai hamba yang beriman, tentunya kita sepakat bahwa Allah Subhanahu wata’ala adalah Dzat yang maha besar, Maha Adil, dan Maha Baik. Maka ke maha sempurnaan Allah inilah yang mustahil untuk mahluknya memiliki sifat yang sesempurna itu, dengan kata lain, yang Allah miliki tidak mungkin dimiliki oleh manusia secara sempurna.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ تَعَالَى : ,يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاًوَقاَلَ تَعَالَى : , يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ . [رواه مسلم]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anha berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik dan hanya menerima yang baik. Sesungguhnya Allah telah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk (melakukan) perintah yang disampaikan kepada para Nabi. Kemudian beliau membaca firman Allah, ‘Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amalan yang shaleh. ’ Dan firman-Nya, ‘Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami anugerahkan kepadamu. ’ Kemudian beliau menceritakan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh (lama), tubuhnya diliputi debu lagi kusut, ia menengadahkan tangannya ke langit seraya berdoa, ‘Ya Rabbku, ya Rabbku’. Akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, dan ia diberi makan dengan yang haram. Maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan.”  (HR. Muslim)

Pendek kata, kita sebagai manusia yang merupakan ciptaan-Nya, dalam ketiga hal itu tidak mungkin dapat melampaui Allah Jalla wa ala. Kita jauh dari sempurna. Tapi apakah kemudian karena tidak bisa menjadi sempurna , kita berhenti berusaha..? Tidak, justru karena kita ini ciptaan Allah, sudah selayaknya kita hidup mencerminkan sifat sifat Allah dan memohon pada-Nya untuk menolong dan memampukan kita menjalani kehidupan ini dengan baik kepada sesama, jujur, dan memiliki rasa keadilan.
Firman Allah :

{وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ على أَلاَّ تَعْدِلُوْا اِعْدِلُوْا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى}

“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa” (QS al-Maaidah:8).

Anda mau uang...? jawabannya sederhana.. BEKERJA!. Kita lupa bahwa Allah itu Maha Adil. Allah memberikan kepada  kita apa yang pantas kita terima. Seorang komunis yang rajin bekerja, akan mendapatkan uang atau upah yang lebih banyak daripada orang yang rajin berdoa tapi malas bekerja.

Sekali lagi, Allah Aza wajalla itu Maha Adil. Allah tidak akan mengambil dari orang lain kemudian memberikan kepada kita kelebihannya, hanya karena kita berdoa meminta dan memuji Allah. Allah juga tidak akan memberikan yang baik kepada orang yang malas bekerja, hanya karena orang itu beribadah kepada  Allah. Kita sering lupa bahwa dibalik  kebaikan  Allah yang luar biasa itu ,selalu  ada juga keadilanNya.  Mana mungkin orang malas dan orang rajin menerima hasil yang sama ?.

Lalu anda akan bertanya, berarti kita tidak perlu Berdoa ?. Oh tidak.. Justru menurut saya , kita tidak akan mampu menjalani hidup ini dengan baik, jujur dan seadil mungkin tanpa berdoa dan memintanya kepada Allah.

Kita berdoa meminta supaya Allah memberikan kebeningan pada hati kita, supaya kita senantiasa dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dan ketika kita sudah melakukan kesalahan, hati yang bening  itu akan mengingatkan kita bahwa kita sudah salah, dan kembali kepada jalan yang benar. Kita berdoa supaya Allah memberikan kita semangat kerja yang rajin, supaya ketika kemalasan itu datang, kita memiliki dorongan dari hati yang diberikan Allah untuk tetap semangat. Kita berdoa supaya kita diberikan kebijaksanaan supaya kita hidup baik dan tidak menyakiti orang lain.
Allah  Menjelaskan hal ini dalam firman-Nya:

{وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاها قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا}

“Dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan, Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu (dengan ketakwaan), dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (dengan kefasikan)”  (QS Asy Syams:7-10). 

Kita lakukan dulu apa yang wajib kita lakukan, dan pada saat yang sama kita berdoa meminta Allah memampukan kita melakukannya. Allah yang Maha Mengetahui, pasti akan memberikan kita yang terbaik, jika kita melakukan kewajiban kita dengan baik.

Intinya adalah kita berdoa meminta kepada Allah, hal hal yang tidak dapat diberikan manusia bagi kita. Manusia tidak dapat melembutkan hati manusia lain, kecuali itu datangnya dari Allah. Manusia tidak dapat menyemangati manusia, kecuali semangat itu Allah timbulkan. Manusia pintar sekalipun tidak akan memiliki hikmat dan kebijaksanaan, kalau itu bukan dari Allah.  Kurang pintar apa pejabat dan para koruptor yang dipenjara karena tidak dapat membedakan mana milik pribadi, mana milik orang lain, dan mana milik negara. Hal hal ini tidak harus kita ajarkan kepada tamatan Master atau Doktor.

Mungkin di benak kita pernah (sering) terlintas “sebuah tanya” akan adanya doa yang selalu kita pinta tetapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda dikabulkan. Padahal kita merasa kebaikan semata yang dipinta. Kenapa bisa demikian..?

Penjelasan Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah t berikut ini mungkin bisa kita jadikan renungan. Beliau berkata: “Demikian pula doa. Doa merupakan sebab terkuat untuk menolak kejelekan dan (sebab untuk) mendapatkan apa yang diinginkan. Akan tetapi terkadang pengaruhnya luput untuk diperoleh. Bisa jadi karena lemahnya doa tersebut di mana keberadaan doa itu tidak dicintai oleh Allah U disebabkan di dalamnya mengandung permusuhan. Bisa jadi karena lemahnya hati orang yang berdoa dan ia tidak menghadapkan diri sepenuhnya kepada Allah Azza wa jalla, juga tidak memperhatikan waktu berdoa. Jadilah doa tersebut seperti busur yang sangat lemah, karena anak panah yang keluar darinya melesat dengan lemah. Bisa jadi pula doa tersebut tidak dikabulkan karena ada perkara-perkara yang menghalanginya seperti makan dari yang haram, adanya kedzaliman, hati yang penuh noqtah hitam karena dosa, kelalaian dan syahwat yang mendominasi.” (Ad-Da`u wad Dawa`, hal. 9)

Satu hal yang perlu kita ketahui cara Allah mengabulkan doa hamba – hambanya bermacam – macam, misalnya anda di hindarkan dari musibah atau anda di berikan kesehatan yang prima, atau anda di naikan derajad anda di mata Allah dan tidak mesti  semuanya berupa uang.

“Tidak ada seorang muslim pun yang berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan satu doa yang tidak ada di dalamnya dosa dan pemutusan silaturahmi, kecuali Allah memberikan kepadanya dengan doa tersebut salah satu dari tiga perkara: Bisa jadi permintaannya disegerakan, bisa jadi permintaannya itu disimpan untuknya di akhirat nanti, dan bisa jadi dipalingkan/dihindarkan kejelekan darinya yang sebanding dengan permintaannya.” Ketika mendengar penjelasan seperti itu, para shahabat berkata: “Kalau begitu kita akan memperbanyak doa.” Nabi Shalallahualaihi wassalam menjawab: “Allah lebih banyak lagi yang ada di sisi-Nya (atau pemberian-Nya).” (HR. Ahmad 3/18, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 5714)

Kita berdoa meminta supaya hidup kita ini dicukupkan dengan baik, dan pada saat yang sama, kita tidak menginginkan kecukupan hidup kita itu berasal dari jeritan atau kekurangan orang lain. Allah itu Maha Mencukupi, Allah itu mengadakan segala sesuatu yang tidak terpikir oleh kita manusia dalam kapasitas pikiran kita yang terbatas. Mencoba menyelami jalannya Allah itu ibarat mengisi air lautan ke dalam sebuah gelas.

Ketika kita mengalami kesulitan atau cobaan, apakah dengan gampang kita kemudian mengatakan ini sudah kehendak Allah ?. Nanti dulu.. mungkin kita harus mengkaji kembali, jangan jangan memang kita pantas menerima semuanya itu karena cara kita yang salah. Saya sangat percaya bahwa Allah menghendaki yang baik bagi kita semua, tetapi kita juga harus belajar untuk hidup sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.

Ketika kita mengalami hari hari baik yang menyenangkan hati, itulah kebaikan Allah mengijinkan semua itu dapat terjadi.  Ketika kita mengalami kesulitan , cobaan dan tantangan, itu juga kebaikan Allah, mengijinkan kita untuk belajar menjadi kuat, menyadari kesalahan kita  dan bertambah dewasa dalam kehidupan.  Jadi tidak terbantahkan bahwa Allah itu Baik.

Anda ingin uang ?… Bekerjalah dengan rajin dan jujur, berusahalah dengan cara yang baik dan adil, dan Allah akan memberi kesempatan dan membuka peluang serta menimbulkan semangat ekstra sesuai kebutuhan kita. Kita tidak otomatis hidup berkecukupan dan memiliki uang tanpa kerja keras , jujur dan giat menabung. Saya bukan seorang Ustad atau pemuka agama, tapi ini yang saya tahu dengan pasti : Bahwasannya Allah Bukan mesin  ATM.

Wa Allahu a’lam bisshowab…

Smoga bermanfaat…

Jkt, 29 Jan 2013
Abie Sabiella

farewell

 
 
"Ketika aku tak lagi bersamamu, 
maka pahamilah jejakku..
 Karena mungkin, 
aku pernah menulis tentangmu 
pada tiap rinai hujan yang jatuh berderai 
di tepi jendelaku, dan mengeja namamu perlahan.."

_na_

Selasa, 22 Januari 2013

KU TINGGALKAN ENGKAU KARENA ALLAH



Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا للهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ

"Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah 'Azza wa Jalla, kecuali Allah akan menggantikannya bagimu dengan yang lebih baik bagimu"
(HR Ahmad no 23074)


Fiqh Hadits :

PERTAMA : Lafal ( شَيْئًا= sesuatu), adalah kalimat nakiroh dalam konteks kalimat nafyi (negatif) memberikan faedah keumuman. Artinya "sesuatu" apa saja yang engkau tinggalkan karena Allah…

Bisa jadi sesuatu yang ditinggalkan adalah :

(1) Perkara yang haram yang sangat mungkin ia lakukan, akan tetapi ia meninggalkannya karena Allah, seperti ;

Seseorang yang hatinya tergerak untuk bermaksiat, sangat berkesempatan untuk berzina, atau untuk menyaksikan tayangan-tayangan yang haram dan vulgar, lalu ia meninggalkannya karena Allah

Seseorang yang diajak untuk bermaksiat, akan tetapi ia meninggalkannya karena Allah.
Barang siapa yang menjaga pandangannya dengan meninggalkan memandang perkara-perkara yang haram, maka Allah akan memberikan cahaya pada pandangannya dan menambah manis imannya. (lihat Taisiir Al-Kariim Ar-Rahmaan hal 566)

Seseorang yang kaya raya karena bekerja sebagai pegawai instansi yang berpenghasilan riba, lalu ia meninggalkan pekerjaan yang menggiurkan tersebut.

(2) Perkara yang halal, akan tetapi ditinggalkan karena ada kemaslahatan yang besar. Contohnya :

Seseorang memiliki harta untuk membeli sesuatu yang ia sukai, akan tetapi ada panggilan untuk melaksanakan ibadah umroh yang juga membutuhkan dana yang besar, maka iapun meninggalkan perkara yang ia sukai karena Allah demi menjalankan ibadah umroh

Seseorang yang memiliki harta untuk membeli kebutuhannya, akan tetapi ternyata ada kerabatnya atau saudaranya sesama muslim yang membutuhkan bantuannya, maka iapun meninggalkan untuk membeli kebutuhannya tersebut demi untuk membantu saudaranya tersebut.

Seseorang yang dipanggil untuk bertamsya gratisan, dan ia sangat senang untuk melakukan tamasya tersebut, akan tetapi ternyata jadwal tamasya tersebut bertepatan dengan jadwal pengajian. Lalu iapun meninggalkan tamasya tersebut agar bisa mengikuti pengajian.

(3) Perkara yang telah digariskan oleh Allah, terpaksa ia tinggalkan, akan tetapi ia meninggalkannya dengan niat karena Allah. Contohnya : seseorang yang terpaksa meninggalkan harta dan tanah kelahirannya karena ditekan oleh orang-orang kafir. Meskipun bentuknya ia meninggalkan harta dan tanah kelahirannya secara terpaksa karena intimidasi kaum kuffar, akan tetapi jika ia meninggalkannya karena Allah maka ia telah masuk dalam keumuman hadits di atas.

KEDUA : Lafal ( لِلَّهِ= "Karena Allah"), mengingatkan bahwa motivasi untuk meninggalkan "sesuatu" tersebut harus semata-mata karena Allah. Karenanya tidaklah termasuk dalam kategori "Karena Allah"

Seseorang yang meninggalkan kemaksiatan akan tetapi semata-mata karena takut cibiran dan celaan masyarakat.

Seseorang yang meninggalkan kemaksiatan karena takut kesehatannya terganggu. Seperti seseorang yang meninggalkan rokok dan bir, karena khawatir akan terkena penyakit paru-paru atau penyakit yang lainnya.

Seseorang yang meninggalkan kemaksiatan karena ingin dipuji oleh masyarakat.
Seseorang yang meninggalkan pekerjaan yang haram karena tidak enak sama teman-temannya.
Karenanya permasalahan "Karena Allah" merupakan perkara yang sangat urgen, karena ini adalah penentu tentang terwujudkannya janji Allah untuk menggantikan dengan yang lebih baik dari perkara-perkara yang ditinggalkan.

KETIGA : Lafal (بَدَّلَكَ اللهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ منه = Allah akan menggantikan yang lebih baik bagimu daripada yang kau tinggalkan)

Lafal (ما = yang lebih baik) adalah ما al-maushuulah, yang dalam kaidah juga memberikan faedah keumuman. Karenanya bisa jadi:

Allah menggantikan sesuatu yang ditinggalkan karena Allah dengan perkara yang sejenis dengan perkara yang ditinggalkan, hanya saja lebih baik

Allah mengganti dengan perkara yang lebih baik akan tetapi tidak sejenis dengan perkara yang ditinggalkan

Allah menggantikan baginya dengan menghilangkan atau memalingkan darinya musibah atau bencana atau kesulitan yang tadinya akan menghadangnya.


Realita banyak mencontohkan akan bukti hadits ini, diantaranya ;

Kisah tentang Aisyah radhiallahu 'anhaa yang sedang berpuasa, lalu ada seorang miskin yang meminta makanan kepada Aisyah, sementara Aisyah tidak memiliki kecuali hanya sepotong roti. Lalu Aisyah memerintahkan budak wanitanya untuk memberikan sepotong roti tersebut kepada sang miskin, maka sang budak berkata, "Engkau bakalan tidak memiliki makanan untuk berbuka puasa". Akan tetapi Aisyah tetap memerintahkannya untuk memberikan roti tersebut kepada sang miskin. Maka ternyata tatakala sore hari ada seseorang yang memberikan hadiah seekor kambing yang sudah dimasak untuk Aisyah. (Lihat Tafsiir Al-Qurthubi 18/26)

Sebuah kisah yang disebutkan dalam kitab Tafsir Al-Bahr Al-Madid karya Ibnu 'Ajiibah Abul 'Abbaas Al-Faasi tentang seorang pemuda penuntut ilmu yang tinggal di daerah Faas. Suatu hari ada seorang ibu keluar bersama putrinya yang cantik jelita. Maka ternyata sang putri ketinggalan dari ibunya sehingga akhirnya tertahan hingga malam hari. Maka ia pun melihat dari kejauhan sebuah pintu yang nampak ada lampu nyala dibalik lampu tersebut. Lalu ia mengintip di balik pintu tersebut ternyata ada seorang penuntut ilmu yang sedang membaca buku. Maka dalam hati putri cantik ini ia berkata, "Jika tidak ada kebaikan pada pemuda ini maka tidak ada kebaikan pada seorangpun". Maka iapun memberanikan diri untuk mengetuk pintu, lalu dijawab oleh sang pemuda. Lalu sang putri pun menceritakan tentang kondisinya yang ketinggalan ibunya, dan ia khawatir jika ia berjalan di malam hari akan ada orang yang mengganggunya. Maka akhirnya sang pemuda merasa wajib baginya untuk menjaga putri tersebut. Lalu iapun memasukan putri tersebut dalam rumahnya, lalu ia menjadikan penghalang berupa tikar antara ia dan sang putri, lalu iapun melanjutkan membaca buku. Lalu datanglah syaitan menggodanya. Akan tetapi karena keberkahan ilmu maka Allah pun menjaga pemuda ini. Iapun segera mengambil api lampu lalu iapun menggerakan jarinya ke lampu tersebut, satu demi satu jari-jarinya ia letakkan di api lampu tersebut hingga membakar jari-jarinya. Sang wanita mengintip sikap pemuda tersebut dan ia takjub dengan sikap tersebut. Sementara sang pemuda terus memanasi jarinya. Lalu sang pemuda memanaskan jari-jarinya dari tangannya yang satunya lagi, hingga akhirnya tiba pagi hari dan nampak cahaya terang, maka iapun mempersilahkan sang putri untuk keluar dari rumahnya dan segera pulang. Akhirnya sang putripun pulang ke rumahnya dan menceritakan tentang kisah sang pemuda. Maka segeralah ayah sang putri mendatangi majelis ilmu dan mengabarkan tentang kisah sang pemuda kepada syaikh/guru di majelis tersebut. Maka sang guru meminta agar seluruh para penuntut ilmu mengeluarkan kedua tangan mereka. Seluruh muridpun mengeluarkan kedua tangan mereka kecuali sang pemuda. Maka syaikh pun tahu siapa pemuda tersebut, lalu akhirnya sang ayah menikahkan sang pemuda dengan putrinya tersebut" (Al-Bahr Al-Madiid 3/375)

Dan sebuah kisah yang sungguh hati ini sangat terharu tatkala mengetahui ada seorang pegawai bank konvensional yang akhirnya meninggalkan pekerjaan ribanya lalu kemudian dengan sabarnya menjadi seorang penjual bakso. Allah pasti akan menggantikan baginya yang lebih baik, apakah di dunia maupun di akhirat, cepat atau lambat.

Karenanya yakinlah jika anda meninggalkan sesuatu benar-benar tulus semata - mata karena Allah maka pasti Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik

Jika kita mau, bersusah - susah, berpayah - payah, bersakit - sakit, dan berduka lara pada saat ini, Insya Allah di masa depan kita akan menikmati duka lara kita hari ini dengan sebuah perjumpaan yang manis, dengan catatan  kesemuanya itu kita niatkan, kita tinggalkan hanya karena Allah…

Jkt, 23 Jan 2013
Abie Sabiella
_____________
Sumber rujukan :
www.firanda.com