Kamis, 28 Maret 2013

Dalam Sakit Pun Bertabur Kebajikan.



Duhai hamba yang di cintai Allah...
Aku tahu engkau kepayahan menanggung derita sakit ini,
Aku tahu engkau nampak letih berharap kesembuhan yang belum kunjung tiba,
Aku tahu arti dari kerutan di keningmu, engkau berjuang menahan rasa sakit yang menggerogoti tubuhmu,
Aku pun faham, betapa jenuhnya engkau melewati hari - harimu hanya di sebuah ruang kecil nan hampa...

Tapi...


Lihatlah untaian khabar gembira dari Baginda Rasul Shalallahualaihi wassalam kekasih kita, Beliau membawakan khabar dari langit untuk engkau yang tengah di rundung sakit, Yuk kita simak satu persatu untaian khabar gembira itu...


Dari Jabir bin Abdillah radhiyyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi Wasallam masuk menemui Ummu Saib atau Ummul Musayyab, lalu berkata,


"مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ أَوْ يَا أُمَّ الْمُسَيَّبِ تُزَفْزِفِينَ. قَالَتْ: الْحُمَّى لاَ بَارَكَ اللَّهُ فِيهَا. فَقَالَ: « لاَ تَسُبِّى الْحُمَّى فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ ».


“Apa gerangan yang terjadi padamu wahai Ummu Saib atau Ummul Musayyab, tubuhmu berguncang...?”


Ia berkata, “Demam. Semoga Allah tidak memberikan berkah padanya.”


Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Jangan mencela demam, sebab ia menghilangkan kesalahan bani Adam, sebagaimana ubupan menghilangkan karat besi.”[HR. Muslim: 4575]


Dalam hadis lain Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:


مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللَّهُ لَهُ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا


"Tidaklah seorang muslim tertimpa gangguan berupa penyakit dan lainnya, melainkan Allah hapuskan untuknya kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan daunnya.’[HR. Al-Bukhari: 5674]


Berharaplah pahala tatkala sakit menderamu dan iringi dengan kesabaran semoga sakit yang engkau derita saat ini menjadi penghapus dosa - dosamu dan menaikan derajatmu kelak di Surga.


Jangan beri kesempatan bagi syetan untuk menggoyahkanmu di saat sakit...



أَسْأَلُ اللهَ العَظِيْمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ

Aku mohon kepada Allah yang maha agung, Rabb yang menguasai Arsy yang agung, agar menyembuhkan penyakitmu...


Jakarta, 28 Maret 2013


Kang Abie Sabiella


Rabu, 27 Maret 2013

Bersyukur, kau tak hidup bersamaku...



Dulu pernah ada cinta…
Dulu pernah ada sayang…
Namun kini tak ada lagi perasaan seperti dulu

Kini tiada lagi kisah…
Cintaku tlah musnah sudah…

But I'm thankful no longer with you,
Once I know, you're not a good person ...
You love complicates others,You feel good when others suffer,

And some times you also complicate my work,I hate you ...
You didn't have feelings,You never think what if that was difficult for you ...

Yeah ... that's you now ...
For you, who never loved me …
I am so disappointed with you…!!!

Selasa, 26 Maret 2013

BUKTI CINTA...




Ungkapan berikut ini entah mengandung kebenaran atau tidak, tapi setidaknya mampu kita jadikan sebagai renungan kita bersama...

" Perbedaan antara CINTA dan KAGUM"


...Bila engkau kagum pada sekuntum bunga mawar nan indah di sebuah taman, PASTILAH engkau berkeinginan sangat untuk segera MEMETIKNYA...


...Namun bila engkau MENCINTAINYA, engkau akan merawatnya, menjaganya, menyiraminya dan tak kau biarkan siapapun yang mencoba untuk mengganggunya...


Malam penuh Cinta,


Tebet City 26 Maret 2013


abie sabiella

Kamis, 21 Maret 2013

Mengelola Kegagalan...




Hiks…
Capek banget aku…
Maless…, mending tiduran ajah…
Buat apa capek – capek gini, nyatanya gak ada hasil…, yang ada gagal lagi, gagal lagi…
Ya Allah.., turunkan Rizqi-Mu padaku yang banyak, agar aku bisa hidup bahagia, senang dan bisa bantu orang lain…
Yakin, Engkau PASTI sayang aku..?! :(
Haduuuuh….!!!!!
--------------------

Keluh kesah semacam ini kerap kali kita dengarkan dari orang – orang terdekat kita, teman, sahabat maupun saudara…

Sebuah keluh kesah yang amat klasik yang terus ulang berulang dengan berganti – ganti aktornya…
Mengeluh dan patah arang dari sebuah kegagalan adalah sebuah sikap yang kurang bijak. Perlu kita ketahui bahwa kegagalan itu sebuah keniscayaan dalam perjalanan hidup seseorang, dan setiap orang mempunyai jatah atau bagian kegagalan itu, kalau tidak hari ini ya mungkin lusa, pekan depan atau tahun depan atau bahkan di masa yang akan datang, kegagalan jatahnya pasti akan ia temui dan hadapi.

Tidak ada orang yang selamanya gagal atau sebaliknya pun tidak ada seseorang yang selalu berhasil tanpa pernah gagal satu kalipun.

Kata sebagian orang bijak, “ Setiap orang punya jatah gagal, maka  Habiskan jatah gagalmu di masa mudamu…”

Artinya apa, jika kita gagal di masa – masa muda, kita masih punya energy yang cukup untuk kembali bangkit, bahkan gagal berkali – kalipun masih mungkin untuk mampu bangkit lagi, karena kita masih muda, power kita masih kuat, masih prima, berbeda dengan ketika kita gagal di usia udzur, maka jangankan untuk bangkit, membawa badan sendiri saja sudah lumayan payah.

MENGELOLA KEGAGALAN

Karena tidak satupun dari kita yang mampu “terlepas” dari resiko kegagalan maka di butuhkan sebuah kecerdasan mengelola kegagalan itu.

Kemampuan mengelola kegagalan inilah salah satu indikasi yang menentukan perjalanan sukses seseorang. Kenapa…? Karena kegagalan adalah ujian dari kesiapan anda mencapai tujuan.

Karena kegagalan itu merupakan anak tangga yang mesti di lewati setiap orang dalam menggapai tropi kesuksesan.

Kegagalan menyimpan banyak pelajaran berharga untuk perkembangan seseorang. Ingat…, kegagalan anda dalam menyikapi kegagalan, itulah kegagalan sejati anda. Karena anda akan di penuhi pikiran – pikiran negatif tentang apa yang terjadi tanpa mau menguak pelajaran dan peringatan yang menyertai kegagalan itu.

Lebih jauh lagi, ketidakmampuan anda menyikapi kegagalan akan membawa anda berfikir secara picik dan menyalahkan keadaan, bahkan menyalahkan Sang pembuat Rencana,dimana anda akan berasumsi bahwa Allah subhanahu wata’ala,  tidak berlaku adil terhadap anda, dan anda mulai resah, gelisah, galau, bahkan anda bisa melakukan percobaan bunuh diri, dan ini adalah level yang paling ekstrem, karena anda bisa menjadi kufur terhadap-Nya.

Pertanyaannya, Bagaimana menyikapi kegagalan secara tepat…?
Untuk menjawabnya, hal pertama dan utama yang harus di lakukan adalah, dengan mengenali lebih dekat tentang kegagalan, arti kegagalan, hakikad kegagalan dan kenapa bisa terjadi kegagalan itu. Ketika anda telah memahami makna kegagalan itu, maka secara otomatis atau dengan sendirinya anda akan memposisikan kegagalan itu sebagaimana porsinya, dan bahkan anda mampu menjadikan kegagalan itu menjadi sebuah motivasi kuat untuk terus memacu potensi diri anda…

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan” (Qs. Al Insyirah : 5 )

Gagal itu biasa, tapi bangkit dari kegagalan, itu baru luar biasa...!!!

Semangat…

SUKSES UNTUK ANDA…

Jkt, 22 Maret 2013
Abie sabiella

Sabtu, 16 Maret 2013

SEDEMIKIAN DALAM ENGKAU MENCINTAINYA...




“Jika sedemikian dalam emngkau mencintainya, maka menangislah..., menangislah sendiri, jangan membuatnya ia menangis karena engkau…”

Salah satu point penting dalam ungkapan di atas adalah,
Jika kita memang mencintai seseorang, semestinya kita akan mati – matian membelanya untuk melakukan hal – hal yang benar, membuatnya ia benar dan bertahan di atas kebenaran itu.

Benar sesuai dengan kaidah dan norma yang berlaku tentunya dalam hal ini.
Berhati – hatilah sahabatku dengan orang – orang yang mengaku mencintaimu,

Apakah dia mampu menjadikanmu makin dekat dengan Allah jala wa alla, atau malah sebaliknya…

Tebet City, 16 maret 2013
Bersama gerimis Senja
Abie sabiella

Kamis, 14 Maret 2013

KHABAR KEMATIAN




Saudaraku…
Engkau pasti masih ingat detik-detik ketika kakek hendak meninggalkan kita beberapa saat yang lalu…?

Ketika kakek  meregang nyawa…?
Saat kakek perlahan menghembuskan nafasnya…, menuntaskan misi hidupnya…?
Perlahan raga tua itu diam, kaku, dingin dan Ruh pun segera pergi meninggalkan raga yang selama ini selalu bersama – sama…
Ruh menuju Sang mpunya, sementara raga kembali ke asalnya…

Selamat jalan Kakek…L
Engkau pergi tidak sendirian,
Engkau pergi bertemankan amal – amal kebaikanmu,
Engkau pergi diiringi doa – doa anak dan cucumu, yang telah engkau didik menjadi hamba – hamba yang bertaqwa…

Kek…
Petuahmu akan slalu kami ingat,
Nasehatmu jadi pijakan dalam setiap langkah,
Selamat jalan ya kek…
Jalanmu akan terang, kuburmu pun lapang,
Insya Allah…

Kakek…
Engkau telah mendahului kami…
Namun cepat atau lambat, kamipun akan menyusulmu…

Setelah kami menghantarmu, kami akan kembali sibuk mempersiapkan bekal kami, seperti yang pernah kakek siapkan dulu…
Dan, Semoga kami tidak menjadi orang – orang yang menyesal…


Kami pernah mendengar dari guru – guru kami tentang peristiwa yang akan di alami dan di temui oleh seorang hamba ketika telah meninggal, dan kakek pasti tengah menemui peristiwa seperti ini;


Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam telah mengkhabarkan melalui sabdanya sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan Ibnu Majah):

 إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِى انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلاَئِكَةٌ مِنَ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الشَّمْسُ مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِىءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِى إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ - قَالَ - فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فِى السِّقَاءِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِى يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَأْخُذُوهَا فَيَجْعَلُوهَا فِى ذَلِكَ الْكَفَنِ وَفِى ذَلِكَ الْحَنُوطِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ - قَالَ - فَيَصْعَدُونَ بِهَا فَلاَ يَمُرُّونَ - يَعْنِى بِهَا - عَلَى مَلأٍ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ إِلاَّ قَالُوا مَا هَذَا الرُّوحُ الطَّيِّبُ فَيَقُولُونَ فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ بِأَحْسَنِ أَسْمَائِهِ الَّتِى كَانُوا يُسَمُّونَهُ بِهَا فِى الدُّنْيَا

"Sesungguhnya bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh sekelompok malaikat dari langit. Wajah mereka putih bercahaya bak matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut. Pada saat itulah Malaikat Maut ’alaihissalam menghampirinya dan duduk didekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: "Wahai jiwa yang baik,bergegas keluarlah dari ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah". Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut guci. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejappun berada di tangan Malaikat Maut. Para malaikat segera mengambil ruh orang mukmin itu dan membungkusnya dengan kain kafan dan wewangian yang telah mereka bawa dari surga. Dari wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi sekelompok malaikat lainnya, melainkan mereka akan bertanya: "Ruh siapakah ini, begitu harum." Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: Ini adalah arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya)."


Saudaraku…
Walau demikian mudah arwah orang mukmin keluar dari raganya, akan tetapi bukan berarti bebas dari rasa sakit…! Sekali-kali tidak…!!!

Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam adalah orang mukmin yang paling sempurna keimanannya, Akan tetapi kemulian dan kesempurnaan iman beliau tidak dapat melindungi beliau dari rasa pedihnya sakaratul maut. Oleh karena itu, tatkala beliau menghadapi sakaratul maut, beliau begitu gundah. Beliau berusaha menenangkan dirinya dengan mengusap wajahnya dengan tangannya yang telah dicelupkan ke dalam bejana berisi air. Beliau mengusap wajahnya berkali-kali, sambil bersabda:

 (لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ) رواه البخاري

"Tiada Tuhan Yang berhak diibadahi selain Allah. Sesungguhnya kematian itu disertai oleh rasa pedih." [Riwayat Imam Bukhari]

Pada suatu hari sahabat Umar bin Al Khatthab Radhiyallahu ’anhu bertanya kepada Ka’ab Al Ahbaar:

 يا كعب حدثنا عن الموت، قال: يا أمير المؤمنين غصن كثير الشوك يدخل في جوف الرجل فتأخذ كل شوكة بعرق يجذبه رجل شديد الجذب، فأخذ ما أخذ، وأبقى ما أبقى.

"Wahai Ka’ab: Ceritakan kepada kita tentang kematian!. Ka’ab pun berkata: Wahai Amirul Mukminin! Gambaran sakitnya kematian adalah bagaikan sebatang dahan yang banyak berduri tajam, tersangkut di kerongkongan anda, sehingga setiap duri menancap di setiap syarafnya. Selanjutnya dahan itu sekonyong-konyong ditarik dengan sekuat tenaga oleh seorang yang gagah perkasa. Bayangkanlah, apa yang akan turut tercabut bersama dahan itu dan apa yang akan tersisa!" [Riwayat Abu Nu’aim Al Asfahani dalam kitabnya Hilyatul Auliya’]

 شداد بن أوس الموت افظع هول في الدنيا والآخرة على المؤمن وهو أشد من نشر بالمناشير وقرض بالمقاريض وغلي في القدور. ولو أن الميت نشر فأخبر أهل الدنيا بالموت ما انتفعوا بعيش ولا لذوا بنوم

Syaddaad bin Al Aus berkata: "Kematian adalah pengalaman yang paling menakutkan bagi seorang mukmin, baik di dunia ataupun di akhirat. Kematian itu lebih menyakitkan dibanding anda digergaji, atau dipotong dengan gunting, atau direbus dalam periuk. Andai ada seseorang yang telah mati diizinkan untuk menceritakan tentang apa yang ia rasakan pada saat menghadapi kematian, niscaya mereka tidak akan pernah bisa menikmati kehidupan dan juga tidak akan pernah tidur nyenyak."

Bila demikian dahsyatnya rasa sakit yang menimpa seorang mukmin ketika menghadapi sakaratul maut, maka bagaimana dengan diri kita sahabat…?

Betapa banyak dosa dan kemaksiatan yang menodai lembaran hidup kita selama ini..?


Saudaraku…
Betapa dasyatnya dan luar biasa pedihnya rasa sakaratul, Simaklah kelanjutan hadits riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Majah di atas:

 وَإِنَّ الْعَبْدَ الْكَافِرَ وفي رواية وَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ السُّوءُ إِذَا كَانَ فِى انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مِنَ السَّمَاءِ مَلاَئِكَةٌ سُودُ الْوُجُوهِ مَعَهُمُ الْمُسُوحُ فَيَجْلِسُونَ مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِىءُ مَلَكُ الْمَوْتِ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْخَبِيثَةُ اخْرُجِى إِلَى سَخَطٍ مِنَ اللَّهِ وَغَضَبٍ - قَالَ - فَتُفَرَّقُ فِى جَسَدِهِ فَيَنْتَزِعُهَا كَمَا يُنْتَزَعُ السَّفُّودُ مِنَ الصُّوفِ الْمَبْلُولِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِى يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَجْعَلُوهَا فِى تِلْكَ الْمُسُوحِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَنْتَنِ رِيحِ جِيفَةٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ فَيَصْعَدُونَ بِهَا فَلاَ يَمُرُّونَ بِهَا عَلَى مَلأٍ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ إِلاَّ قَالُوا مَا هَذَا الرُّوحُ الْخَبِيثُ فَيَقُولُونَ فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ بِأَقْبَحِ أَسْمَائِهِ الَّتِى كَانَ يُسَمَّى بِهَا فِى الدُّنْيَا رواه أحمد وابن ماجة وصححه الألباني

 "Bila orang kafir, pada riwayat lain: Bila orang jahat hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Mereka berwajahkan hitam kelam, membawa kain yang kasar, dan selanjutnya mereka duduk darinya sejauh mata memandang. Pada saat itulah Malaikat Maut ’alaihissalam menghampirinya dan duduk didekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: "Wahai jiwa yang buruk, bergegas engkau keluarlah dari ragamu menuju kepada kebencian dan kemurkaan Allah". Segera ruh orang jahat itu menyebar keseluruh raganya. Tanpa menunda-nunda malaikat maut segera mencabut ruhnya dengan keras, bagaikan mencabut kawat bergerigi dari bulu domba yang basah. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat Maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejappun berada di tangannya. Para malaikat segera mengambil ruh orang jahat itu dan membukusnya dengan kain kasar yang mereka bawa. Dari kain itu tercium aroma busuk bagaikan bau bangkai paling menyengat yang pernah tercium di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruh itu naik ke langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya, melainkan mereka akan bertanya: "Ruh siapakah ini, begitu buruk." Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: Ini adalah arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terburuk yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya)."


Saudaraku…
Coba anda ingat kembali, rasa pedih dan sakit yang pernah engkau rasakan ketika tertusuk atau tersengat api! Sangat menyakitkan bukan? Padahal syaraf yang merasakan rasa sakit hanyalah sebagiannya. Walau demikian, rasanya begitu menyakitkan, sehingga susah untuk dilupakan?

Nah bagaimana halnya bila kelak pada saat sakaratul maut seluruh syaraf kita merasakan sakit. Disaat ruh berusaha berpegangan erat-erat dengan setiap syaraf – syaraf kita sedangkan Malaikat Maut mencabutnya dengan keras dan kuat. Betul-betul saaangat menyakitkan…

Dan di tambah lagi dengan penampilan Malaikat Maut yang begitu seram dan menakutkan akan semakin menambah pedih rasa sakit yang kita rasakan.

Saudaraku…,
Siapkah kita menjalani pengalaman yang begitu menakutkan dan begitu menyakitkan ini…?

Bila tidak kuasa menjalani sakaratul maut yang sangat menyakitkan seperti ini, maka mengapa noda-noda maksiat terus mengotori lembaran amal dan menghitamkan hatimu…?

Mengapa kaki - kakimu terasa kaku, tangan serasa terbelenggu, mata seakan melekat dan pintu hati seakan terkunci ketika ada seruan beribadah kepada Allah…?

Saudaraku…,
Agar hati kita kembali menjadi lunak dan pintu hati kita terbuka lebar-lebar untuk menerima dan mengamalkan kebenaran, maka alangkah baiknya bila kita sering-sering berziarah ke kuburan. Dengan berziarah ke kuburan, kita berharap akan senantiasa menyadari, cepat atau lambat kita pasti menjadi salah seorang dari penghuni kuburan itu.

 (زُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ) رواه مسلم

 "Berziarahlah ke kuburan, karena ziarah ke kuburan itu dapat mengingatkan kalian akan kematian." [Riwayat Muslim].

Saudaraku…,
Sebuah pertanyaan yang tidak mungkin kita temukan jawabannya sebelum kita mengalaminya sendiri: Termasuk golongan manakah diri kita, apakah termasuk golongan orang-orang mukmin yang dimudahkan ketika menghadapi sakaratul maut ataukah termasuk golongan yang kedua…?!

Cukuplah kepergian kakek menjadi sebuah pelajaran yang berharga, sesungguhnya kita sedang dalam antrian panjang menuju gerbang kematian.

Karenanya, marilah kita berjuang, bersungguh – sungguh dan berdoa memohon kepada Allah agar diri kita –dengan rahmat dan kemurahan Allah- dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang mendapatkan keteguhan dan kemudahan ketika menghadapi Malaikat Maut dimudahkan. Amiin.

Untuk Kakek kami;
“SALIM SARIDIN”
Yang telah wafat hari ini di Menado, Smoga Allah menempatkan Kakek di tempat yang Mulia di sisih-Nya

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ

Jkt, 14 Maret 2013
Abie sabiella

Senin, 11 Maret 2013

OH DUNIA..., JANGAN KAU MENIPUKU...


Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda, 'Seandainya seorang manusia memiliki dua lembah (yang berisi) harta (emas), maka dia pasti (berambisi) mencari lembah harta yang ketiga.'" (HR. al-Bukhari, no. 6072 dan Muslim, no. 116

Dunia.., dunia..., Masya Allah engkau dunia...
Luar biasa pengaruhmu, sungguh dasyat efek yang kau timbulkan...
Jutaan manusia bertekuk lutut menjadi budak - budakmu
Jutaan manusia mengabdi dan berhamba kepadamu...

Betapa tidak...!
Siang malamnya mereka habiskan untukmu,
detik, menit, jam, seeemua mereka pertaruhkan untukmu...
Sungguh luar biasa engkau, kemolekanmu telah memukaukan aku,
Keindahanmu telah memalingkan aku dari semua yang ku miliki...

Jujur...,
Aku masih memmbutuhkanmu
Aku masih sangat memerlukanmu,
Aku masih butuh dukunganmu,
Aku masih ingin partisipasimu,

Tapi dengan sebuah syarat...!

Aku masih butuh kamu, tapi nggak semua waktuku ku habiskan untukmu...
Aku masih perlu kamu, tapi nggak semua urusanku harus berorientasi untukmu,
Aku masih harapkan dukunganmu tapi aku tidak mau dengan Intervensimu...

Faham...!!!

Aku ngerti koq dunia itu penting...
Tapi, penting itu bukan berarti segala - galanya...
Kalau aku harus menyerahkan semua waktuku untukmu...? Nanti dulu...!
Kalau aku harus mengorbankan sebagian besar umurku...? pikir - pikir dech...
Kalau aku harus menginvestasikan seluruh hidupku untukmu...? hmmm..., nggak bisa'...!

Aku faham akan pentingnya dunia, dan Robb-ku telah menjelaskannya ;

 وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia... (al Qhassas :77)

Tujuan utama kita adalah akhirat, sedangkan dunia adalah alat tunggangan kita, kendaraan kita..., sangat Ironis dan menyedihkan manakala justru yang berstatus sebagai kendaraan malah menjadi tujuan dan yang menghabiskan sebagian waktu hidup kita.
Bagaimana mungkin kita akan rela kehilangan sesuatu yang hakiki dan abadi  dan di tukar dengan sesuatu (dunia) yang sesaat, sementara, dan palsu?

 وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآَخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (QS Al-Ankabut 64)

Namun dalam realitas kita melihat banyak manusia modern justeru bersikap sebaliknya. Dan ini tidak saja diperlihatkan oleh sembarang manusia. Bahkan sebagian manusia yang mengaku muslim sekalipun menampilkan sikap terbalik. Bila menyangkut urusan peluang keberhasilan di dunia ia menjadi sangat serius. Ia kerahkan perhatian, waktu, tenaga dan uang tanpa keraguan. Namun bila menyangkut urusan peluang keberhasilan di akhirat ia malah bersikap setengah hati bahkan bermain-main dan bersenda-gurau. Ia sangat fokus akan sukses dunia namun sangat tidak peduli sukses akhirat. Seolah sukses dunia merupakan sesuatu yang hakiki sedangkan sukses akhirat hanyalah mimpi tanpa bukti. Mengapa hal ini terjadi?

Ini akibat salah memahami atau bahkan tidak mengetahui konsep hidup seorang muslim, sehingga pemahaman yang kita miliki justru pemahaman yang terbalik yang menyelisihi pesan - pesan Illahiyah.

Lantas dari mana mereka mendapatkan pemahaman yang terbalik itu...? tidak lain dari orang - orang Yahudi dan Nasrani, Orang - orang yang menjadikan dunia sebagai tujuan mereka, dan inilah yang telah di prediksi oleh Baginda Nabi صلى الله عليه و سلم dalam sabdanya :

 قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ

 شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ

 لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ

Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda: “Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun, maka kalian pasti akan mengikuti mereka.” Kami bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum yahudi dan nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR Muslim – shahih)

Mereka telah menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya, maka tak heran jika mereka menghabiskan seluruh hidupnya untuk kejayaan dunia mereka. Allah menjelaskan dalam surah Ar-Ruum ayat ke tujuh:

 يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَاوَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

“Mereka hanya mengetahui yang lahir/material (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS Ar-Ruum ayat 7)

Sedangkan kita (mukmin) di berikan hidayah dengan mengetahuinya Abadinya negeri akhirat yang menjadi tujuan kita, masya' iya kita akan membutakan diri kita setelah Allah memberikan penerangan dalam kitabnya, misalnya terhadap ayat berikut:

 وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (QS Al-Qashshash 77)

Sudah sangat jelas bahwa melalui ayat di atas Allah سبحانه و تعالى menyuruh kita mengejar negeri akhirat sebagai fokus utama. Sedangkan terhadap kenikmatan duniawi Allah hanya mengatakan “jangan kamu lupakan bahagianmu”. Artinya, Allah menyuruh kita all out (habis-habisan) mengejar kebahagiaan akhirat. Sedangkan terhadap dunia yang penting jangan sampai kita melupakannya atau mengabaikannya. Redaksi ayat sudah amat-sangat jelas seperti demikian.

Orang yang cinta kepada akhirat akan memperoleh rezeki yang telah Allah tetapkan baginya di dunia tanpa bersusah payah, berbeda dengan orang yang terlalu berambisi mengejar dunia, dia akan memperolehnya dengan susah payah lahir dan batin (lihat keterangan Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Igaatsatul Lahfaan, 1/37). 

Silahkan berlomba menjadi orang kaya di dunia, sebab Islam tidak melarang anda menjadi orang kaya. Bahkan para sahabat banyak yang kaya-raya seperti Abu Bakar, Abdurrahman bin Auf dan Usman bin Affan. Silahkan kejarlah berbagai keberhasilan dunia….. Yang penting, janganlah sampai melupakan kehidupan akhirat….

Adilah dengan mengatur waktumu,
Sisakan waktu untuk akhiratmu...

Dawud ath-Tha'i rahimahullah juga mengatakan, "Malam dan siang tak lain hanya sekedar perjalanan yang pasti dilewati oleh seluruh manusia, sehingga hari-hari itu habis mereka lewati sampai akhir perjalanan. Jika engkau mampu menyiapkan bekal pada setiap harinya untuk perjalanan yang akan datang (akhirat), maka lakukan itu. Karena terputusnya perjalanan sudah dekat, sedang urusan lebih cepat dari itu. Berbekallah untuk perjalananmu, dan selesaikan urusan yang dapat kau selesaikan, seakan-akan urusan itu selalu mengagetkanmu.” 

Demikianlah orang shalih memahami betapa berartinya waktu dan umur. Mereka berusaha sekuat tenaga menghabiskan hari-harinya di dalam ketaatan kepada Allah. Maka sepantasnya setiap orang yang berakal menghitung dirinya, lalu mengarahkannya menuju jalan ketaatan. Demikian setiap hari ketika menyambut pagi hari yang baru. Ketika menuju pembaringan di malam hari hendaknya mengulang lagi muhasabah itu dan terus bertanya kepada diri sendiri.

Apakah engkau takut miskin...?
Subhanallah...,

Ketahuilah sesungguhnya kekayaan yang hakiki adalah kekakayaan dalam hati / dalam jiwa. 
Rasululah صلى الله عليه و سلم bersabda, "Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan (dalam) jiwa." (HR. al-Bukhari, no. 6081 dan Muslim, no. 1051).

Ya Allah ya Robb....
Mudahkan kami menggunakan karunia (dunia) ini benar - benar menjadi jalan kami menuju kampung akhirat..., kampung ke abadian...

Ya Rahman...
Hindarkan kami dari tipu daya dunia ini...

Jkt, 11 Maret 2013

abie sabiella

Minggu, 10 Maret 2013

Ketika mendapati Imam Ruku’, Makmum Masbuk Bertakbir untuk Takbiratul Ihram atau langsung takbir untuk Ruku’

Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Saya masuk masjid dan saat itu jama’ah sedang ruku’. Apakah dalam keadaan seperti ini, saya harus membaca takbiratul ikhram dan takbir ruku’ (membaca dua takbir?). Dan haruskan saya membaca do’a isftitah.

Jawab.
 Apabila seorang muslim masuk masjid dan imam sedang ruku’, maka dia harus ikut ruku bersama imam dengan dua kali takbir, yaitu takbiratul ihram kemudian dia berhenti, lalu takbir untuk ruku’ ketika dia membungkukkan badannya untuk ruku’. Dan dalam keadaan seperti ini, dia tidak usah membaca doa iftitah dan Al-Fatihah karena sempitnya waktu.

Dalam hal ini dia terhitung mendapat satu raka’at. Hal ini berdasarkan hadits Abu Bakrah As-Saqafi Radhiyallahu ‘anhu di dalam Shahih Bukhari.

“Bahwa pada suatu hari dia masuk masjid dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (beserta para jama’ah) sedang ruku’. Lalu Abu Bakrah Radhiyallahu ‘anhu ruku’ sebelum sampai shaf. Kemudian (sambil ruku’) dia berjalan menuju shaf. (setelah selesai shalat) Nabi bersabda kepadanya ; Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menambah semangatmu (dalam kebaikan) tapi jangan diulang lagi” [HR Abu Dawud : 586]

Dan ternyata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyuruh Abu Bakrah Radhiyallahu ‘anhu menambah satu rakaat lagi. Hal ini menunjukkan bawha orang yang masuk dalam shalat jama’ah ketika imam sedang ruku’, dia dihitung mendapat satu raka’at. Dan juga menunjukkan bahwa kita tidak boleh ruku’ sendirian di belakang shaf. Tapi harus masuk dulu ke dalam shaf, baru kita ruku’, walaupun hal ini bisa menyebabkan kita tertinggal (dari ruku’nya imam). Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepad Abu Bakrah Radhiyallahu ‘anhu.

“Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menambah semangatmu (dalam kebaikan) tapi jangan diulang lagi”

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Penolong

ORANG YANG KHAWATIR KETINGGALAN RUKU’, BOLEHKAH MELAKUKAN TAKBIRATUL IKHRAM SEKALIGUS TAKBIR UNTUK RUKU’

Pertanyaan
 Syaikh Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz ditanya : Apa hukum tergesa-gesa ketika mau masuk ke dalam shalat jama’ah yang imamnya sedang ruku? Dan cukupkah kita mengucapkan satu kali takbir yaitu takbiratul ikhram sekaligus takbir ruku’ karena waktunya yang mendesak?

Jawaban
 Disyari’atkan bagi seorang mukmin untuk berjalan menuju jama’ah dengan tenang dan tidak tergesa-gesa, walaupun saat itu imam sedang ruku’, sebagaimana yang diperintahkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika dia masih berkesempatan mendapatkan ruku’nya imam, maka alhamdulillah. Dan jika tidak keburu, maka dia harus menambah satu raka’at lagi.

Apabila seorang makmum mendapatkan ruku’nya imam, maka dia dianggap mendapat satu raka’at. Inilah pendapat yang benar dari jumhur ulama. Dan dalam keadaan seperti ini, dia tidak wajib membaca Al-Fatihah. Hal ini berdasarkan hadits Abu Bakrah As-Saqafi Radhiyallahu ‘anhu. (sebagaimana terdapat dalam soal di atas, pent).

Jika diperkirakan dia akan ketinggalan dari ruku’nya imam, maka dia boleh takbir sekali saja (takbiratul ikhram sekaligus takbir ruku’). Tapi yang lebih baik dan lebih utama adalah takbir dua kali (takbiratul ikhram dan takbir ruku’). Dengan cara seperti ini dia bisa keluar dari perselisihan diantara para ulama, yaitu para ulama yang mewajibkan takbiratul ikhram dan takbir untuk ruku’. Dan juga para ulama yang mewajibkan takbiratul ikhram ketika berdiri sebelum ruku’. Karena takbiratul ikhram wajib dikerjakan pada waktu berdiri.

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Penolong.

MEMBACA AL-FATIHAH LEBIH PENTING DARIPADA DO’A IFTITAH

Pertanyaan
 Syaikh Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz ditanya : Apabila saya ikut shalat jama’ah ketika imam sebentar lagi akan ruku’. Dalam keadaan seperti ini, apa yang harus saya baca? Do’a iftitah atau Al-Fatihah? Dan ketika imam ruku’ sementara saya belum selesai membaca Al-Fatihah, apa yang harus saya lakukan?

Jawaban
 Membaca do’a istiftah hukumnya sunnah sedangkan membaca Al-Fatihah hukumnya wajib. Demikianlah pendapat para ulama yang lebih shahih. Oleh karena itu jika anda hanya punya sedikit waktu, maka bacalah Al-Fatihah saja. Jika Al-Fatihah anda belum selesai sementara imam sudah ruku’, maka segeralah ruku’ bersama imam dan tinggalkan sisa Al-Fatihah yang belum anda baca. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Sesungguhnya imam itu dijadikan untuk diikuti. Maka janganlah kalian menyelisihi imam. Jika imam takbir, maka bertakbirlah kalian. Dan jika imam ruku’, maka ruku’lah kalian”[HR Bukhari 680 dan Muslim 622]

[Disalin dari kitab Al-Fatawa Juz Tsani, Edisi Indonesia Fatawa bin Baaz, Penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Penerjemah Abu Umar Abdillah, Penerbit At-Tibyan – Solo]
 Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz