Minggu, 15 September 2013

"Orang - Orang yang Puas"



Siapakah sesungguhnya orang - orang yang puas itu...?

Sahabat,
Di akhirat kelak seluruh amal - amal kita akan di timbang, baik amala yang shalih ataupun amalan yang tholeh (amal buruk).

Hasil dari timbangan inilah, seorang hamba akan merasakan satu di antara dua keadaan, keadaan yang pertama adalah mereka yang menerima hasil timbangan dengan perbandingan amalan baiknya lebih berat dari amalan buruknya, dan inilah orang - orang yang masuk kategori orang yang PUAS...

Sedangkan keadaan yang kedua adalah mereka yang menerima hasil timbangan amalnya, dimana amal buruknya jauh lebih berat di banding amal baiknya, dan inilah orang - orang yang MENYESAL...

Allah Subhanahu wata'ala berfirman;
"Dan adapun orang - orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka ia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang - orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah".(Qs. Al Qaari'ah : 6-9)

Timbangan menjadi berat dengan amal shalih, dan timbangan akan menjadi ringan dengan amal buruk.

Sahabat,
Kebanggaan yang sebenarnya bukan dari banyaknya harta, anak keturunan, kedududkan, rumah yang mewah, tanah yang luas, tapi kebanggaan yang hakiki adalah ketika kita keluar dari hisabnya Allah (kelak di hari qiamat) dengan membawa kitab catatan amal yang di penuhi dengan catatan amal kebaikan.

Dimana bergembiralah mereka yang kitab catatan amalnya di penuhi catatan kebaikan, mereka berlari di antara manusia, dengan wajah yang bersinar dan penuh kebahagiaan dan berkata;

..."Ambilah, bacalah kitabku ini (kitab catatan amal) sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku".(Qs. Al Haaqah:19-20)

Sementara orang-orang yang MENYESAL itu wajahnya menjadi Muram, Hitam, karena penyesalan, kerugian, sakit dan terbukanya semua kesalahan yang mereka lakukan selama di dunia, lalu mereka berkata;

..."Wahai alangkan baiknya kiranya tidak di berikan kepadaku kitabku ini(catatan amal) dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sama sekali tak memberi manfaat kepadaku, telah hilang kekuasaanku atas diriku".(Qs Al haaqah:25-29).

Sahabat,
Jangan terlalu bangga dengan perbendaharaanmu di dunia ini, Carilah kebanggaan yang Hakiki, sehingga engkau menjadi hamba - hamba Allah yang PUAS...!!!


Tebet City, 16 Sept 2013


Abie Sabiella

Minggu, 08 September 2013

Mengenal Kepribadian Diri


Ketika kita membaca buku Personality Plus karya Florence Littauer, setidaknya kita akan temukan 4 karakter kepribadian, kita akan mengenal lebih jauh karakter sanguinis yang gemar berbicara, melankolis si pemikir, korelis yang gila kerja dan phlegmatis si pendamai. Kita jadi banyak mengetahui kepribadian orang yang kita ajak berbicara dan berinteraksi.

Tapi nanti janganlah heran bila bertemu dengan orang bertipe sanguin yang gemar berbicara, namun ketika kita harapkan janji-janji dari omongannya seringkali tidak terpenuhi, atau tipe Melankolis yang penuh pemikiran namun mudah sedih, gampang rapuh. 

Yang Koleris misalnya yang terkesan individualis sehingga kurang toleran dengan orang lain atau tipe phlegmatis yang sangat sabar dan penuh ketenangan bahkan dalam situasi yang sarat konflik dan genting sekalipun…

Semuanya tadi adalah tinjauan penilaian kepribadian dalam prespektif psikologis, dan jika ini bisa saling di fahami kita akan mendapatkan banyak kemudahan dalam bermuamalah.

Namun ke empat karakter tersebut akan semakin kuat dan memiliki nilai lebih jika pemiliknya telah memiliki kepribadian yang baik dalam tinjauan spiritual (Religius)

Yang pertama; Keshalihan terhadap diri pribadi. Yaitu berbuat baik terhadap diri sendiri dengan memenuhi hak dan kebutuhan sesuai dengan proporsinya serta mendidik dan mempergunakannya dalam kepatuhan kepada Allah Subhanahu wata’ala. Keshalehan pribadi ini diwujudkan dengan menghiasi diri dengan berbagai ibadah dan perilaku-perilaku terpuji (al-akhlaq al-karimah) seperti tidak berlebih-lebihan, syukur, jujur, ikhlas, khusyu', tadharru' (rendah hati), adil, pemaaf, sabar, qana'ah, 'iffah (kebersihan diri),  dan lain-lain. seperti ditegaskan ayat-ayat al-Qur'an dan hadits Nabi berikut:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

"Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan". (QS. Al A'raf [7]: 31)

وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ

"Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri" (QS. Luqman [31]: 12)

إن لنفسك عليك حقا وإن لجسدك عليك حقا وإن لزوجك عليك حقا وإن لعينك عليك حقا (رواه البخاري)

"Sesungguhnya jiwamu mempunyai hak (yang harus kau penuhi), ragamu mempunyai hak (yang harus kau penuhi), suami/istri-mu mempunyai hak (yang harus kau penuhi) dan kedua matamu mempunyai hak (yang harus kau penuhi)". (HR. Bukhari)

عليكم بالصدق فإن الصدق يهدي إلى البر وإن البر يهدي إلى الجنة (رواه البخاري)

"Kalian harus bersikap jujur karena kejujuran membawa pada kebaikan, sementara kebaikan membawa kepada surga". (HR. Bukhari)

Keshalihan terhadap diri sendiri juga diwujudkan dengan memeliharanya dari mara bahaya yang mengancam eksistensinya. Firman Allah:

وَلا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ

"Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan" (QS. Al Baqarah [2]: 195)

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ (٤٥)

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya yang demikian itu teramat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'" (QS. Al Baqarah [2]: 45)

Yang kedua;  Keshalihan terhadap sesama manusia, Sebagai makhluk sosial, manusia harus berlaku shalih terhadap sesamanya untuk mencapai kemaslahatan bersama. Keshalihan ini diwujudkan dalam bentuk berbagai ibadah dan perilaku-perilaku terpuji (al-akhlaq al-karimah) seperti zakat, tolong-menolong, amanah, dermawan, menghormati orang lain, bersikap adil dengan memberikan hak-hak orang lain, mengembangkan ilmu pengetahuan, saling mngingatkan (amar ma'ruf nahy munkar) dan sebagainya, sebagaimana ditegaskan oleh ayat-ayat al-Qur'an dan hadits berikut:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat-amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. An Nisa [4]: 58)

"Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran".(QS. Al Maidah [5]: 2)

Demikian juga sabda Rasulullah Shalallahualaihi wassalam yang diriwayatkan oleh Imam Bukahri, Muslim dan Ibnu Majah :

من فرج عن مسلم كربة فرج الله عنه كربة من كرب يوم القيامة

"Barang siapa melepaskan seorang muslim dari sesuatu kesukaran, maka Allah Subhanahu wata’ala akan melepaskannya pula dari sesuatu kesukaran di hari kiamat." (H.R. Bukhari-Muslim dari Ibnu Majah).

"Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS. Al Taubah [9]: 122)

Termasuk dalam keshalihan terhadap sesama ini adalah keshalihan terhadap keluarga. Keshalihan terhadap keluarga bahkan harus diutamakan sebelum seseorang berperilaku saleh kepada orang lain. Firman Allah:

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluargamu dari api neraka." (QS. Al Tahrim [66]: 6)

قال النبي: استوصوا بالنساء خيرا فإنكم أخذتموهن بأمانة الله واستحللتم فروجهن بكلمة الله

"Nabi Shalallahualaihi wassalam bersabda: Berwasiatlah (bersikap dan berprilakulah) kepada kaum wanita dengan baik. Karena sesungguhnya engkau sekalian mengambil (menikahi) mereka atas dasar amanat Allah dan dihalalkan menggauli mereka atas dasar kalimat Allah".

خيركم خيركم لأهلي وأنا خيركم لأهلي

"Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik (perilakunya) terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik di antara kamu terhadap keluargaku"

Mampu mengenali kepribadian diri sendiri adalah sebuah karunia yang luar biasa, namun tidak berhenti sampai di situ, setelah mengenali kepribadian diri, maka mulailah melakukan penggalian potensi diri, mengoptimalkan dan wujudkan dalam bentuk kerja nyata, amaliah konkret, bukan sekedar bualan atau janji – janji manis.

Setelah mengenali diri, menghiasinya dan memvisualisasikannya dalam bentuk Akhlak yang baik (Aal-akhlaq al-karimah), maka inilah tujuan mengapa kita perlu mengenali kepribadian kita, karena kita menginginkan sebuah OutPut yang baik, menjadi manusia yang BERAKHLAK…

Semoga bermanfaat...
Tebet City, 9 September 2013
Abie Sabiella

Jumat, 06 September 2013

KETIKA MENANTI HADIRNYA SANG JODOH


Ketika aku pasrah dan tawakal kepada Allah, dalam menanti jodoh yang terbaik  menurut Sang Khalik, aku coba singkirkan apa yang menjadi keinginanku tentang jodoh yang tepat menurut aku.

Tapi jodohku masih belum datang juga...


Ternyata, ketika mulutku meminta, hatiku tidak seiring, sejalan dengan apa yang aku ucapkan. Akupun berusaha sekuat tenaga untuk menyelaraskan antara ucapan dengan apa yang terlintas dalam hatiku.


Ketika aku pasrah dan tawakal kepada Allah, dalam menanti jodoh terbaik menurut Sang Maha Kasih, dan aku selaraskan antara apa yang terucap oleh mulutku dan apa yang terlintas dalam benak hatiku, Allaj jalla wa ala langsung merespon Munajad - Munajadku....


Beberapa waktu kemudian, hadirlah sosok yang menjadi Pilihan Robbu untukku. Allah pertemukan aku dengan seorang wanita yang aku hanya kenal namanya dan nama ayahnya. Aku tidak memperdulikan kecantikannya, latar belakang pendidikannya, usianya berapa, jumlah saudaranya berapa atau bagaimana kondisi keluarganya. Jika Allah telah memberika yang terbaik aku harus siap menghadapi segala kekurangan dan kelebihan yang ada pada wanita itu.


Ketika aku pasrah dan bertawakal kepada Allah Yang Maha Penentu Takdir, Dia telah memberikan lebih dari apa yang kira ketika aku tidak lagi menentukan kriteia yang banyak...


Justru Allah memberiku seorang wanita dengan kriteria yang dulu pernah aku pinta siang dan malam dalam setiap doa - doaku...


Allahu Akbar...

Wanita itu menerimaku apa adanya, dan kini ia telah menjadi Ibu dari ketiga anakku. Wanita itu sungguh mampu melayaniku, menghiburku ketika aku lelah, menyemangatiku ketika aku rapuh, mendukungku ketika aku lemah dan selalu menguatkanku di beberapa kesempatan dalam menghadapi cobaan hidup...

Ketika aku pasrah dan bertawakal kepada Allah Robbul Izzati Wal Jallallah, dalam menerima ia sebagai pendamping hidupku, aku berkeyakinan bahwa Istriku akan lebih baik dan lebih cantik ketika kami sama - sama di syurga kelak..., 


Ya Robbi..., Kumpulkanlah kami di dalam SyurgaMu kelak, Amiiiin...


Sahabatku...
Ketika engkau mampu pasrah dan bertawakal penuh kepada Alla Jalla wa alla, dalam segala hal, apapun kebutuhanmu, dalam kondisi apapun keberadaanmu, maka Berkeyakinanlah bahwa Sang Maha Mendengar Segala Doa (Allah Azza Wa Jalla) akan mengabulkan doa - doamu, Insya Allah...

Tebet City, 6 Sept 2013
Babeh Abie Sabiella