Sabtu, 22 Maret 2014

::: ROMANTIS BUKAN FAKTOR KETURUNAN :::



Tidak ada yang mampu membuat hati ini tersentuh, 
kecuali dirimu bun.., 
karena kamulah bidadari terindah dalam hidupku…

Wajahmu tidak membuatku takjub,
senyummu juga tidak bisa membuatku takluk,
Tapi ketulusanmu mencintaiku yang membuat hatiku bersimpuh di hamparan lembah hatimu…

Masya Allah...

ROMANTIS..
Sebuah untaian kata manis yang sebenarnya tidak terlalu berlebihan untuk ukuran orang – orang yang telah memiliki pasangan dan yang berusaha untuk selalu menyenangkan orang - orang yang di kasihinya…

ROMANTIS…
Ya satu kata yang tersusun dari delapan huruf, yang awalnya berasal dari negeri luar dengan kata Romance yang berarti sebuah gambaran tentang kegembiraan akan sebuah perasaan yang terkait dengan hal Cinta.

ROMANTIS...
bukan berasal dari factor genetic atau keturunan, tapi romantis dapat tercipta dengan cara pembiasaan melakukan tindakan, perbuatan ataupun perkataan yang mempunyai karakter romantic.

Latihan adalah cara untuk menjadikan karakter romantis menempel menjadi karakter yang permanen dalam pribadi kita.

Siapapun kita, bisa memiliki pribadi yang romantis asalkan mau berlatih dan membiasakan dirinya dengan bahasa dan tindakan yang romantis…

Dan satu hal penting bahwa romantic tidak identik dengan Nge- Gombal, sekalipun sangat tipis perbedaannya, Romantis biasanya di dominasi oleh bahasa tubuh atau tindakan anggota badan, sementara kalau nge-Gombal, biasanya kebanyakan bicaranya ketimbang tindakannya.

Mari kita bentuk pribadi – pribadi yang romantis dan kita persembahkan untuk orang – orang yang kita cintai, kita sayangi sehingga tercipta sebuah suasana yang sejuk, indah, menyenangkan dan jauh dari karakter temperamental, kekerasan dan anarki…

Salam Romantis,
Abie Sabiella #RomanticPreneur

Senin, 17 Maret 2014

Keadaan Seorang Mukmin




Al-Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan,
“Manusia terdiri dari tiga golongan: mukmin, kafir, dan munafik.
Orang mukmin, Allah Subhanahu wa Ta’ala memperlakukan mereka sesuai dengan ketaatannya.
Orang kafir, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menghinakan mereka sebagaimana kalian lihat.
Adapun orang munafik, mereka ada di sini, bersama kita di rumah-rumah, jalan-jalan, dan pasar-pasar. Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demi Allah, mereka tidak mengenal Rabb mereka. Hitunglah amalan jelek mereka sebagai bentuk ingkar mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sungguh, tidaklah seorang mukmin memasuki waktu pagi melainkan dalam keadaan cemas, meski telah berbuat baik. Tidak pantas baginya selain demikian. Ia pun memasuki waktu sore dalam keadaan khawatir, meski telah berbuat baik. Sebab, dia berada di antara dua kekhawatiran:
• Dosa yang telah berlalu; dia tidak tahu apa yang akan Allah Subhanahu wa Ta’ala lakukan terhadap dosanya (apakah diampuni atau tetap dibalasi dengan azab, -red.).
• Ajal yang tersisa (dalam hidupnya); dia tidak tahu kebinasaan apa saja yang akan menimpanya pada masa yang akan datang.”
(Mawa’izh al-Hasan al-Bashri, hlm. 57-58)
Sumber: Majalah Asy Syariah no. 95/VIII/1434 H/2013, rubrik Permata Salaf.

Selasa, 11 Maret 2014

Kepada-mu...



Kepadamu duhai hamba yang ragu akan rizkinya…


Kepadamu pemuda yang ragu melangkah maju untuk menikah, khawatir tidak bisa menghidupi rumah tangganya…

Kepada orang tua yang membatasi anaknya hanya dua atau tiga saja, karena khawatir miskin…

Kepada suami yang ragu untuk berpoligami, karena takut tidak bisa memberi makan istri kedua dan anak-anaknya…

Kepada istri pertama, yang tidak mau memberikan izin kepada suaminya untuk berpoligami karena khawatir jatuh miskin, atau tidak mendapatkan nafkah dari suami karena dibagi kepada istri kedua…

Dan,
Kepada siapapun yang bingung akan  hidup… takut miskin...

Kepada manusia orang yang selalu mengeluh kesusahan hidupnya...dll

Simaklah untaian emas dari seorang Ulama besar rujukan Ummat berikut ini:

قال الحسن البصري: قرأت في تسعين موضعا من القرآن أن الله قدر الأرزاق وضمنها لخلقه ، وقرأت في موضع واحد ” الشيطان يعدكم الفقر” : فشككنا في قول الصادق في تسعين موضعا ، وصدقنا قول الكاذب في موضع واحد “

Hasan al Basri berkata: aku telah membaca di sembilanpuluh tempat (90 kali disebutkan) di dalam al Quran, bahwa sesungguhnya Allah telah menetapkan (mentaqdirkan) rizki dan menjamin  rizki itu untuk makhlukNya, dan aku membaca (hanya) pada satu tempat “ syeitan menakut-nakutimu akan kefakiran” , lantas, (apakah layak) kita ragu terhadap perkataan yang maha benar di sembilan puluh tempat, sementara kita mempercayai perkataan si pembohong syeitan (hanya) di satu tempat..?

Apakah setelah ini, kita masih ragu terhadap rizki yang telah ditetapkan Allah untuk kita..?

Bersemangatlah..!!!

Maju…. Langkahkanlah kakimu untuk maju ke depan…