Ketika kita membaca buku Personality Plus karya Florence
Littauer, setidaknya kita akan temukan 4 karakter kepribadian, kita akan mengenal lebih jauh karakter
sanguinis yang gemar berbicara, melankolis si pemikir, korelis yang gila kerja dan phlegmatis si pendamai. Kita jadi banyak mengetahui kepribadian orang
yang kita ajak berbicara dan berinteraksi.
Tapi nanti janganlah
heran bila bertemu dengan orang bertipe sanguin yang gemar berbicara, namun
ketika kita harapkan janji-janji dari omongannya seringkali tidak terpenuhi,
atau tipe Melankolis yang penuh pemikiran namun mudah sedih, gampang rapuh.
Yang
Koleris misalnya yang terkesan individualis sehingga kurang toleran dengan
orang lain atau tipe phlegmatis yang sangat sabar dan penuh ketenangan bahkan
dalam situasi yang sarat konflik dan genting sekalipun…
Semuanya tadi adalah tinjauan penilaian kepribadian dalam
prespektif psikologis, dan jika ini bisa saling di fahami kita akan mendapatkan
banyak kemudahan dalam bermuamalah.
Namun ke empat karakter tersebut akan semakin kuat dan
memiliki nilai lebih jika pemiliknya telah memiliki kepribadian yang baik dalam
tinjauan spiritual (Religius)
Yang pertama; Keshalihan terhadap diri pribadi. Yaitu
berbuat baik terhadap diri sendiri dengan memenuhi hak dan kebutuhan sesuai
dengan proporsinya serta mendidik dan mempergunakannya dalam kepatuhan kepada
Allah Subhanahu wata’ala. Keshalehan pribadi ini diwujudkan dengan menghiasi
diri dengan berbagai ibadah dan perilaku-perilaku terpuji (al-akhlaq
al-karimah) seperti tidak berlebih-lebihan, syukur, jujur, ikhlas, khusyu',
tadharru' (rendah hati), adil, pemaaf, sabar, qana'ah, 'iffah (kebersihan
diri), dan lain-lain. seperti ditegaskan
ayat-ayat al-Qur'an dan hadits Nabi berikut:
وَكُلُوا
وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ
لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
"Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan". (QS. Al
A'raf [7]: 31)
وَمَنْ
يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ
"Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia
bersyukur untuk dirinya sendiri" (QS. Luqman [31]: 12)
إن لنفسك عليك حقا
وإن لجسدك عليك حقا
وإن لزوجك عليك حقا
وإن لعينك عليك حقا
(رواه البخاري)
"Sesungguhnya jiwamu mempunyai hak (yang harus kau
penuhi), ragamu mempunyai hak (yang harus kau penuhi), suami/istri-mu mempunyai
hak (yang harus kau penuhi) dan kedua matamu mempunyai hak (yang harus kau
penuhi)". (HR. Bukhari)
عليكم بالصدق فإن الصدق
يهدي إلى البر وإن
البر يهدي إلى الجنة
(رواه البخاري)
"Kalian harus bersikap jujur karena kejujuran membawa
pada kebaikan, sementara kebaikan membawa kepada surga". (HR. Bukhari)
Keshalihan terhadap diri sendiri juga diwujudkan dengan
memeliharanya dari mara bahaya yang mengancam eksistensinya. Firman Allah:
وَلا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
"Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan" (QS. Al Baqarah [2]: 195)
وَاسْتَعِينُوا
بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ
(٤٥)
"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar
dan shalat. Sesungguhnya yang demikian itu teramat berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu'" (QS. Al Baqarah [2]: 45)
Yang kedua; Keshalihan
terhadap sesama manusia, Sebagai makhluk sosial, manusia harus berlaku shalih
terhadap sesamanya untuk mencapai kemaslahatan bersama. Keshalihan ini
diwujudkan dalam bentuk berbagai ibadah dan perilaku-perilaku terpuji
(al-akhlaq al-karimah) seperti zakat, tolong-menolong, amanah, dermawan,
menghormati orang lain, bersikap adil dengan memberikan hak-hak orang lain,
mengembangkan ilmu pengetahuan, saling mngingatkan (amar ma'ruf nahy munkar)
dan sebagainya, sebagaimana ditegaskan oleh ayat-ayat al-Qur'an dan hadits
berikut:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ
تُؤَدُّوا الأمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا
حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ
تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا
يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ
كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat-amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. An Nisa [4]: 58)
"Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran".(QS. Al Maidah [5]: 2)
Demikian juga sabda Rasulullah Shalallahualaihi wassalam
yang diriwayatkan oleh Imam Bukahri, Muslim dan Ibnu Majah :
من فرج عن مسلم
كربة فرج الله عنه
كربة من كرب يوم
القيامة
"Barang siapa melepaskan seorang muslim dari sesuatu
kesukaran, maka Allah Subhanahu wata’ala akan melepaskannya pula dari sesuatu
kesukaran di hari kiamat." (H.R. Bukhari-Muslim dari Ibnu Majah).
"Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi
semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS. Al Taubah [9]: 122)
Termasuk dalam keshalihan terhadap sesama ini adalah
keshalihan terhadap keluarga. Keshalihan terhadap keluarga bahkan harus
diutamakan sebelum seseorang berperilaku saleh kepada orang lain. Firman Allah:
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan
keluargamu dari api neraka." (QS. Al Tahrim [66]: 6)
قال النبي: استوصوا بالنساء
خيرا فإنكم أخذتموهن بأمانة
الله واستحللتم فروجهن بكلمة الله
"Nabi Shalallahualaihi wassalam bersabda: Berwasiatlah
(bersikap dan berprilakulah) kepada kaum wanita dengan baik. Karena
sesungguhnya engkau sekalian mengambil (menikahi) mereka atas dasar amanat
Allah dan dihalalkan menggauli mereka atas dasar kalimat Allah".
خيركم خيركم لأهلي وأنا
خيركم لأهلي
"Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik (perilakunya)
terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik di antara kamu terhadap
keluargaku"
Mampu mengenali kepribadian diri sendiri adalah sebuah
karunia yang luar biasa, namun tidak berhenti sampai di situ, setelah mengenali
kepribadian diri, maka mulailah melakukan penggalian potensi diri,
mengoptimalkan dan wujudkan dalam bentuk kerja nyata, amaliah konkret, bukan
sekedar bualan atau janji – janji manis.
Setelah mengenali diri, menghiasinya dan
memvisualisasikannya dalam bentuk Akhlak yang baik (Aal-akhlaq al-karimah), maka
inilah tujuan mengapa kita perlu mengenali kepribadian kita, karena kita
menginginkan sebuah OutPut yang baik, menjadi manusia yang BERAKHLAK…
Semoga bermanfaat...
Tebet City, 9 September 2013
Abie Sabiella