Dosa akan menghancurkan seorang
hamba yang mana ia sangat membutuhkan keselamatan! Untuk itulah sangat pantas
bagi orang yang mengetahui bahaya sebuah dosa, untuk menangis dan bertaubat,
atau takut akan akibat yang ditimbulkanya.
Dari Uqbah Ibn Amir RA berkata,” Aku bertanya kepada
Rasullah tentang keselamatan.” Beliau pun menjawab,
“Jagalah lisanmu, menetaplah dirumahmu (tatkala terjadi fitnah atau kemungkaran merajalela), dan menangislah atas dosa-dosamu.”[1]
“Jagalah lisanmu, menetaplah dirumahmu (tatkala terjadi fitnah atau kemungkaran merajalela), dan menangislah atas dosa-dosamu.”[1]
Abdurrahman Ibn Abdullah Ibn Mas`ud berkata bahwa Ayahnya
berkata kepadanya, “Takutlah terhadap Tuhanmu, menetaplah dirumahmu,
kuasailah lidahmu, dan menangislah dengan mengingat dosa-dosamu.”[2]
ãAlqomah
Ibn Martsad berkisah, “Sifat zuhud bermuara pada delapan orang Tabi`in, salah
satunya adalah al-Aswad Ibn Yazid. Dia adalah seorang yang tekun beribadah, dan
berpuasa sampai-sampai wajahnya kelihatan menghijau dan menguning. Alqomah Ibn
Qais bertanya kepadanya, “Untuk apakah penderitaan ini?” Ia menjawab, "Aku
ingin mengistirahatkan jasad ini (dari siksa akhirat), sesungguhnya
akhirat membutuhkan kesungguhan."
Ketika sedang sakaratul maut ia
menangis, maka ia ditanya: "Mengapa kamu takut?" ia menjawab:
“Bagaimana aku tidak takut! Lalu siapakah yang berhak dariku akan hal itu?!
Demi Allah, kalau sekiranya aku dianugerahi ampunan dari Allah AWJ, niscaya
rasa malu akan menggelayutiku, akibat dari perbuatanku! Sesungguhnya seorang
yang berbuat kesalahan kepada seseorang, lalu orang tersebut memaafkanya, maka
laki-laki itu akan sesenantiasa merasa malu pada orang yang memaafkanya.”
ãMasma`
Ibn Ashim bercerita, “Aku dan Abdul Aziz Ibn Sulaiman berangkat menemui
Nasyirah Ibn Sa`id al-Hanafi, Dia selau menangis hingga matanya tak dapat
melihat lagi. Kami meminta izin kepadanya dan iapun mengizinkan kami, lalu kami
memasuki rumahnya. Abdul Aziz memberi salam kepadanya. Nasyarah berkata, “Abu
Muhammad?” (bertanya untuk memastikan). Abdul Aziz, menjawab, “Iya benar.”
Nasyirah bertanya, “Apakah tujuan anda datang kemari?” Abdul Aziz menjawab,
“Kami datang untuk mendengarkanmu menangis, agar kami menangis bersamamu, atas
dosa-dosa yang telah lampau.” Kemudian merekapun menangis ketika aku melihat
air mata sudah membanjir, akupun memisahkan diri, lalu pergi keluar.”
Salamah Ibn Sa’id bercerita bahwa
pada suatu hari Ziyad tertawa sehingga suaranya terdengar melengking.” Lalu ia
berucap, “Astaghfirullah!” dan iapun menangis dengan sangat keras. Setelah
majlis tersebut bubar, teman-temanya berkata, “Kami tidak pernah melihat
-semoga Allah memberi kemashalatan kepada tuan- suatu tangisan akibat dari
tertawa, secepat tangisanmu yang kemarin!” Ziyad berkata, “Demi Allah,
sesungguhnya pada saat itu aku terkenang suatu dosa yang pernah aku perbuat,
dan aku sangat menikmatinya!, tapi kemudian aku mengingatnya maka akupun
menangis karena takut akan akibat buruknya,” lalu iapun menagis lagi.”
Muhammad Ibn Rayyah Al-Qaisiy
-seorang kerabat Rayyah al-Qaisiy. Berkata, “Tatkala aku masuk masjid, aku
mendapati Rayyah menangis. Ketika aku memasuki rumahnya ia dalam keadaan
menangis dan ketika aku menemuinya di padang pasir, diapun menangis. Maka pada
suatu kali aku bertanya kepadanya, “Apakah sepanjang waaktumu hanya untuk
bersedih,?!” Rayyah pun menangis, lalu berkata, “Ini adalah sesuatu yang sangat
pantas dilakukan oleh orang-orang yang berbuat dosa dan tertimpa kesusahan
(akibat maksiat).”
Musa Ibn Isa al-Absi menuturkan,
“Hudzaifah al-Mar`asyi memandangi seorang laki-laki yang sedang menangis.
Hudzaifah bertanya, “Apakah gerangan yang menyebabkanmu menangis, wahai
pemuda?!”
“Aku terkenang dosa-dosaku yang
telah aku perbuat.” Jawab pemuda tersebut Kemudian Hudzaifiah ikut menangis,
lalu berguman, “Benar! Wahai saudaraku! Untuk perbuatan dosalah kita patut
menangis.”
Abdullah Ibn Musa al-Absi bercerita,
“Pada suatu hari kami berada (dimajlis) al-Hasan Ibn Shalih. Dia menyebutkan
suatu perkara yang kemudian membuat hati terenyuh. Maka menangislah salah
seorang jama'ah dan suaranya pun meninggi dan tangisanya semakin melengkung.
Lantas ada seorang berkata, “Benar, wahai saudaraku! Menagislah seperti ini
atas apa yang menimpa dirimu (dari dosa). Tidak akan ada kebaikan bagi orang
yang tidak menyayangi dirinya sendiri?! Ubaidullah berkata, “Setelah peristiwa
itu, aku sering mendengar al-Hasan mengulang-ulang kalimat, “Tidak akan pernah
memperoleh kebaikan, orang yang tidak menyayangi diriya?!”
Qais Ibn Sulaim al-Anbariy berkata,
“Tersebutlah bahwa adh-Dhahhak Ibn Muzahim menangis apabila senja menjelang.
Diapun ditanya, “Apakah gerangan yang menyebabkan anda menangis.” Adh-Dhahhak
menjawab, ‘Aku tidak tahu, amalanku yang mana (yang baik atau yang buruk) yang
diangkat pada hari ini`.”
Zuhair Ibn Nu`aim as-Saluliy
menuturkan, “Tersebutlah seorang laki-laki dari kabilah bal`anbar yang gemar
menangis. Anda tidak akan pernah mendapatinya berhenti menangis. (hal ini)
menyebabkan salah seorang dari kaumnya menegur apa yang ia perbuat seraya
berkata, “Mengapa engkau menangis berkepanjangan seperti ini, semoga Allah
merahmatimu,?” pemuda itu kembali menangis, kemudian bersenandung,”
Aku
menangisi dosa-dosaku yang begitu besar
Memang
para pendosa lebih pantas untuk menangis
Andaikata
tangisan itu dapat menolak kegalaunku
Niscaya
darah akan menyertai air mata kebahagiaan.
Abu Mihraz menuturkan bahwa Abu
Imran al-Jauniy pernah berkata, “menangislah, maka kamu akan selamat.”
Thalhah Ibn Musharrif bercerita,
“Ada seorang orang yang pernah melakukan banyak dosa. Setiap kali ia mengingat
dosa-dosanya iapun menangis. Maka salah satu budaknya berkata, “Jika demikian
cara anda menyesali dosa (yaitu menangis terus menerus) niscaya suatu saat
nanti saya akan menuntun andaa yang menjadi buta (karena keseringan
menangis)."
Sa`id Ibn Abdurrahman an-Nashibiy
berkata, “Abu Sulaiman al-Labban adalah seorang yang menghabiskan sebagian
besaar waktunya dengan menangis. Pada suatu hari aku mendengar dia berguman,
dan perkataan yang paling sering ia ulang-ulang adalah, “Tangisilah dosa-dosa
(yang telah anda perbuat) sebelum datang hari penyesalan, kosongkanlah hati,
kecuali dengan kesibukan untuk menghitung dosa!!” Diapun menangis sambil
berkata, “Kami mendapati Allah sebagai Penolong Yang Maha Mulia bagi hamba yang
sangat keji!!
Muhammad Ibn al-Husain bertutur,
“Pada pertengahan malam, aku mendengar Abu Ja’far al-Qori` menangis, sembari
bersyair, “
Bersungguh-sungguhlah
dalam menangisi dosa-dosamu sepanjang masa Karena tangisan itu pegangan
orang-orang yang sedih
Kenanglah
selalu dosamu sepanjang hari
Karena
dosa-dosa itu selalu mengeliingi setiap insan.’
Lalu dia menangis sangat keras
sekali. Dan iapun terus mengulang-ulang syair tersebut.”
Bahr Abu Yahya berkata, “Aku
mendengar salah seorang ahli ibadah mengatakan, “Menangislah! Bagi siapa saja
yang mengetahui bahwa dia tidak akan selamat, melainkan dengan terus bersedih
dan menangis.” Lalu ia bersenandung, “
Barangsiapa
mengalirkan air matanya karena dunia,
(Ketahuilah)
sesungguhnya kami mengucurkan air mata karena menangis sebagai pengakuan atas
dosa-dosa kami.
Ibnu Hayyan menuturkan, “Aku telah
mendengar Shalih al-Mirriy mengucapkan, “Jika anda tidak menangis atas
dosa-dosa anda maka siapakah yang akan menangisi dosa-dosa itu sepeninggal
anda?!” Lalu Shalih pun menangis dan berkata lagi, “Wahai saudara-saudaraku!
Menangislah atas dosa-dosa! Sesungguhnya dosa-dosa itu jika telah mengotori
hati, hingga hati itu tertutupi, maka tak satupun dari petuah-petuah yang akan
melekat dihati.”
Imam Ibn al-Faradhi bersenandung,
menyeru kepada Allah , “
Seorang
tawanan dosa-dosa berdiri mengharap di depan gerbang-Mu
Dengan
perasaan takut dan cemas atas segala sesuatu (dosa) yang Engkau lebih
mengetahuinya.
Dia
takut atas dosa-dosanya yang tidak akan hilang dari pantauan-Mu.
Dia
megharapkan ampunan-Mu dengan penuh harap dan cemas.
Siapakah
tempat berharap dan takut selai diri-Mu
Yang
tidak akan pernah keliru dalam memutuskan hukuman.
Wahai
Tuhanku! Janganlah Engkau membuatku bersedih dengan catatan-catatanku.
Pada
hari perhitungan, di saat lembaran-lembaran amal dihamparan (dibuka).
‘Athiyah al-Aufi berkata, “Telah
sampai padaku sebuah riwayat bahwa barangsiap menangis atas
kesalahan-kesalahannya, maka itu akan menghapus kesalahan-kesalahannya.”
Malik Ibn Dinar berkata, “Menangis
atas dosa-dosa, itu akan menghapuskannya, seperti angin yang menerbangkan
dedaunan yang kering!”
Sumber : el Data
Tidak ada komentar:
Posting Komentar