Jangan mencintai orang yang tidak mencintai Allah, jika mereka saja dapat meninggalkan Allah, apalagi dirimu...
Sebuah
ungkapan yang luar biasa yang sarat dengan hikmah dan pelajaran, betapa tidak,
Allah adalah Sang pencipta kita (Creator), yang berarti pula keberadaan Allah
dalam hidup setiap hamba adalah faktor yang sangat penting bahkan maha penting.
Justru karena adanya Allah maka ada-lah kita.
Bagaimana
mungkin seorang hamba tidak mencintai penciptanya, dan bagaimana ia bisa mempu
melakukan itu...
Tapi
kenyataannya ini terjadi, dimana banyak sekali para hamba yang tidak mempunya
rasa cinta terhadap sang penciptanya. Jangankan memiliki rasa cinta, bahkan
mengenalpun tidak...
Banyak
sekali bukti yang mengindikasikan bahwa seseorang tidak mempunyai rasa cinta
pada penciptanya. Pada umumnya seseorang yang mencintai sesuatu, maka iya akan
berusaha untuk mendapatkan yang di cintainya itu, ia akan mencarinya dan apapun
akan ia korbankan untuk sesuatu yang di cintainya itu.
Mencintai
Allahpun demikian, kita harus mencari dimana keberadaan Allah sang pencipta
itu, kita pun harus mencari bagaimana cara mencintai Allah itu dan syarat -
syarat apa saja yang harus kita penuhi sehingga kita layak mendapatkan cinta
Alla jala wa ala.
Rupanya
langkah - langka inilah yang sebagian hamba enggan menempuhnya, sehingga wajar
saja mereka tidak mampu mencintai Allah, bahkan sampai tahap mengenalpun tidak.
Mencintai
Allah Subhanahu wata’ala adalah menjadikan -Nya dan segala perintahNya sebagai
prioritas utama dalam segala wujud kehidupan seorang hamba. Cinta kepada Allah
Subhanahu wata’ala adalah cinta pada level tertinggi, mengalahkan segala bentuk
cinta kepada seluruh mahluk, termasuk
kepada orang tua, istri, anak-anak, harta benda dan semuanya.
Katakanlah, "Jika bapa-bapa,
anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal
yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari
berjihad di jalan NYA, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan
NYA." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS
At-Taubah: 24)
Allah menyebut mereka yang mencintai selain diri-Nya dengan tingkat kecintaan yang lebih tinggi dari mencintai Allah, mereka adalah orang fasik.
Jangankan menjadikan yang selain Allah Subhanahu wata’ala itu lebih tinggi derajatnya dengan cinta kepada Allah, bahkan bila hanya sama dan sederajat nya saja, sudah dikatakan Dzalim oleh Allah sebagaimana dalam firman-Nya;
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat Dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa, bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya. QS. Al-Baqarah: 165)
Allah menyebut mereka yang mencintai selain diri-Nya dengan tingkat kecintaan yang lebih tinggi dari mencintai Allah, mereka adalah orang fasik.
Jangankan menjadikan yang selain Allah Subhanahu wata’ala itu lebih tinggi derajatnya dengan cinta kepada Allah, bahkan bila hanya sama dan sederajat nya saja, sudah dikatakan Dzalim oleh Allah sebagaimana dalam firman-Nya;
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat Dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa, bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya. QS. Al-Baqarah: 165)
Cara Mencintai Allah
Cara mencintai Allah tentu harus sesuai dengan cara yang ditentukan Allah Subhanahu wata’ala. Bukan dengan cara – cara yang kita reka – reka sendiri, yang tidak memiliki dasar sandaran (dalil ) dan cendrung hasil dari penalaran akan dan bisikan nafsu yang merusak. Bukan….! Bukan seperti ini.
Adapun cara mencintai Allah Subhanahu wata’ala yang paling tepat adalah dengan cara mengikuti petunjuk dari Rasulullah Shalallahualaihi wassalam. Sebab beliau adalah figure teladan, Rasul pilihan yang diutus Allah Subhanahu wata’ala kepada umat manusia untuk mengajarkan bagaimana cara mewujudkan bentuk real sebuah cinta kepada-Nya.
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah:
"Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS.Ali
Imran: 31)
Apapun realisasi rasa cinta seseorang kepada Allah Subhanahu wata’ala, tetapi kalau sampai bertentangan dengan apa yang telah Rasulullah Shalallahualaihi wasalam ajarkan, maka pengungkapan bentuk cinta itu justru tertolak, bahkan malah melahirkan laknat dan siksa dari Allah.
Apapun realisasi rasa cinta seseorang kepada Allah Subhanahu wata’ala, tetapi kalau sampai bertentangan dengan apa yang telah Rasulullah Shalallahualaihi wasalam ajarkan, maka pengungkapan bentuk cinta itu justru tertolak, bahkan malah melahirkan laknat dan siksa dari Allah.
“Barang
siapa mengada-adakan satu perkara (dalam agama) yang sebelumnya belum pernah
ada, maka ia tertolak “. (HR.
Bukhari Muslim)
Sebab kedudukan Rasulullah Shalallahualaihi wassalam adalah sebagai utusan resmi (Rasul) dari Allah kepada seluruh manusia, bahkan kepada seluruh makhluk hidup yang ada. Maka apa pun yang beliau sampaikan, wajib kita ikuti dengan sepenuh hati. Sebaliknya, apapun yang dilaranganya, tentu saja wajib kita jauhi dari diri kita. Penegasan pernyataan ini disampaikan Allah langsung di dalam Al-Quran Al-Kariem.
Sebab kedudukan Rasulullah Shalallahualaihi wassalam adalah sebagai utusan resmi (Rasul) dari Allah kepada seluruh manusia, bahkan kepada seluruh makhluk hidup yang ada. Maka apa pun yang beliau sampaikan, wajib kita ikuti dengan sepenuh hati. Sebaliknya, apapun yang dilaranganya, tentu saja wajib kita jauhi dari diri kita. Penegasan pernyataan ini disampaikan Allah langsung di dalam Al-Quran Al-Kariem.
وَمَا ءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
“Dan apa-apa yang datang dari Rasul kepadamu
maka ambillah dia, dan apa yang kamu dilarang mengerjakannya maka jauhilah!”
(al-Hasyr: 7)
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah pernah menggambarkan sebuah pengibaratan tentang bentuk cinta kepada Allah, Beliau berkata bahwa cinta kepada Allah itu ibarat pohon dalam hati, akarnya adalah merendahkan diri di hadapan Dzat yang dicintainya, batangnya adalah mengenal nama dan sifat Allah, rantingnya adalah rasa takut kepada (siksa)Nya, daunnya adalah rasa malu terhadap-Nya, buah yang dihasilkan adalah taat kepadaNya Dan penyiramnya adalah dzikir kepadaNya. Kapanpun jika amalan-amalan tersebut berkurang maka berkurang pulalah mahabbahnya kepada Allah”. (Raudlatul Muhibin, 409, Darush Shofa).
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah pernah menggambarkan sebuah pengibaratan tentang bentuk cinta kepada Allah, Beliau berkata bahwa cinta kepada Allah itu ibarat pohon dalam hati, akarnya adalah merendahkan diri di hadapan Dzat yang dicintainya, batangnya adalah mengenal nama dan sifat Allah, rantingnya adalah rasa takut kepada (siksa)Nya, daunnya adalah rasa malu terhadap-Nya, buah yang dihasilkan adalah taat kepadaNya Dan penyiramnya adalah dzikir kepadaNya. Kapanpun jika amalan-amalan tersebut berkurang maka berkurang pulalah mahabbahnya kepada Allah”. (Raudlatul Muhibin, 409, Darush Shofa).
Seperti itulah seorang hamba dalam menggapai cinta
sang penciptanya, yakni dengan melaksanakan apa saja yang pernah Rasulullah Shalallahualaihi
wassalam lakukan semasa hidupnya, dengan penuh kesabaran, dalam hal ini sabar
dalam menjalankan ketaatan dan sabar dalam menghindari kemaksiatan.
Adapun mereka yang enggan menggapai cinta Allah
(ingkar), di sebabkan mereka telah tertutup mata dan hatinya akibat menuruti
hawa nafsunya, hobbynya dan kesenangan dunia mereka, sehingga mereka menjadi
hamba – hamba yang tidak pandai bersyukur atas segala karunia dan penciptaan
dirinya oleh Allah Subhanahu wata’ala.
Kembali pada ungkapan di atas;
Jangan
mencintai orang yang tidak mencintai Allah, jika mereka saja dapat meninggalkan
Allah, apalagi dirimu...
Mencintai Allah adalah segalanya,
sedangkan mencintai manusia yang tidak atas dasar cinta karena Allah, maka
tinggalkanlah, karena itu hanya sebuah kehinan, kesia – siaan, dan kamu akan di
tinggalkan.
Jakarta, 21 Dzulqa'ida 1433 H
Abie Sabiella
Tidak ada komentar:
Posting Komentar