Saudaraku…
Engkau pasti masih ingat
detik-detik ketika kakek hendak meninggalkan kita beberapa saat yang lalu…?
Ketika kakek meregang nyawa…?
Saat kakek perlahan
menghembuskan nafasnya…, menuntaskan misi hidupnya…?
Perlahan raga tua itu
diam, kaku, dingin dan Ruh pun segera pergi meninggalkan raga yang selama ini
selalu bersama – sama…
Ruh menuju Sang mpunya,
sementara raga kembali ke asalnya…
Selamat jalan Kakek…L
Engkau pergi tidak
sendirian,
Engkau pergi bertemankan
amal – amal kebaikanmu,
Engkau pergi diiringi doa –
doa anak dan cucumu, yang telah engkau didik menjadi hamba – hamba yang
bertaqwa…
Kek…
Petuahmu akan slalu kami
ingat,
Nasehatmu jadi pijakan
dalam setiap langkah,
Selamat jalan ya kek…
Jalanmu akan terang,
kuburmu pun lapang,
Insya Allah…
Kakek…
Engkau telah mendahului
kami…
Namun cepat atau lambat,
kamipun akan menyusulmu…
Setelah kami menghantarmu,
kami akan kembali sibuk mempersiapkan bekal kami, seperti yang pernah kakek
siapkan dulu…
Dan, Semoga kami tidak
menjadi orang – orang yang menyesal…
Kami pernah mendengar dari
guru – guru kami tentang peristiwa yang akan di alami dan di temui oleh seorang
hamba ketika telah meninggal, dan kakek pasti tengah menemui peristiwa seperti
ini;
Rasulullah
Shallallahu ’alaihi wa sallam telah mengkhabarkan melalui sabdanya sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan Ibnu Majah):
إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِى انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلاَئِكَةٌ مِنَ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الشَّمْسُ مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِىءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِى إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ - قَالَ - فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فِى السِّقَاءِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِى يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَأْخُذُوهَا فَيَجْعَلُوهَا فِى ذَلِكَ الْكَفَنِ وَفِى ذَلِكَ الْحَنُوطِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ - قَالَ - فَيَصْعَدُونَ بِهَا فَلاَ يَمُرُّونَ - يَعْنِى بِهَا - عَلَى مَلأٍ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ إِلاَّ قَالُوا مَا هَذَا الرُّوحُ الطَّيِّبُ فَيَقُولُونَ فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ بِأَحْسَنِ أَسْمَائِهِ الَّتِى كَانُوا يُسَمُّونَهُ بِهَا فِى الدُّنْيَا
"Sesungguhnya bila seorang yang beriman
hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh sekelompok
malaikat dari langit. Wajah mereka putih bercahaya bak matahari. Mereka membawa
kain kafan dan wewangian dari surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata
memandang dari orang tersebut. Pada saat itulah Malaikat Maut ’alaihissalam
menghampirinya dan duduk didekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera
berkata: "Wahai jiwa yang baik,bergegas keluarlah dari ragamu menuju kepada
ampunan dan keridhaan Allah". Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan
begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut guci. Begitu
ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah
berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk
sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejappun berada di tangan Malaikat
Maut. Para malaikat segera mengambil ruh orang mukmin itu dan membungkusnya
dengan kain kafan dan wewangian yang telah mereka bawa dari surga. Dari
wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang
paling harum yang pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa
ruhnya itu naik ke langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi sekelompok
malaikat lainnya, melainkan mereka akan bertanya: "Ruh siapakah ini,
begitu harum." Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: Ini adalah arwah
Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup
di dunia ia pernah dipanggil dengannya)."
Saudaraku…
Walau
demikian mudah arwah orang mukmin keluar dari raganya, akan tetapi bukan
berarti bebas dari rasa sakit…! Sekali-kali tidak…!!!
Nabi Shallallahu
’alaihi wa sallam adalah orang mukmin yang paling sempurna keimanannya, Akan
tetapi kemulian dan kesempurnaan iman beliau tidak dapat melindungi beliau dari
rasa pedihnya sakaratul maut. Oleh karena itu, tatkala beliau menghadapi
sakaratul maut, beliau begitu gundah. Beliau berusaha menenangkan dirinya
dengan mengusap wajahnya dengan tangannya yang telah dicelupkan ke dalam bejana
berisi air. Beliau mengusap wajahnya berkali-kali, sambil bersabda:
(لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ) رواه البخاري
"Tiada Tuhan Yang berhak diibadahi selain
Allah. Sesungguhnya kematian itu disertai oleh rasa pedih." [Riwayat Imam Bukhari]
Pada suatu hari sahabat Umar bin Al Khatthab
Radhiyallahu ’anhu bertanya kepada Ka’ab Al Ahbaar:
يا كعب حدثنا عن الموت، قال: يا أمير المؤمنين غصن كثير الشوك يدخل في جوف الرجل فتأخذ كل شوكة بعرق يجذبه رجل شديد الجذب، فأخذ ما أخذ، وأبقى ما أبقى.
"Wahai Ka’ab: Ceritakan kepada kita
tentang kematian!. Ka’ab pun berkata: Wahai Amirul Mukminin! Gambaran sakitnya
kematian adalah bagaikan sebatang dahan yang banyak berduri tajam, tersangkut
di kerongkongan anda, sehingga setiap duri menancap di setiap syarafnya.
Selanjutnya dahan itu sekonyong-konyong ditarik dengan sekuat tenaga oleh
seorang yang gagah perkasa. Bayangkanlah, apa yang akan turut tercabut bersama
dahan itu dan apa yang akan tersisa!" [Riwayat Abu Nu’aim Al Asfahani dalam kitabnya
Hilyatul Auliya’]
شداد بن أوس الموت افظع هول في الدنيا والآخرة على المؤمن وهو أشد من نشر بالمناشير وقرض بالمقاريض وغلي في القدور. ولو أن الميت نشر فأخبر أهل الدنيا بالموت ما انتفعوا بعيش ولا لذوا بنوم
Syaddaad bin Al Aus berkata: "Kematian adalah pengalaman yang
paling menakutkan bagi seorang mukmin, baik di dunia ataupun di akhirat.
Kematian itu lebih menyakitkan dibanding anda digergaji, atau dipotong dengan
gunting, atau direbus dalam periuk. Andai ada seseorang yang telah mati
diizinkan untuk menceritakan tentang apa yang ia rasakan pada saat menghadapi
kematian, niscaya mereka tidak akan pernah bisa menikmati kehidupan dan juga
tidak akan pernah tidur nyenyak."
Bila demikian dahsyatnya rasa sakit yang
menimpa seorang mukmin ketika menghadapi sakaratul maut, maka bagaimana dengan
diri kita sahabat…?
Betapa
banyak dosa dan kemaksiatan yang menodai lembaran hidup kita selama ini..?
Saudaraku…
Betapa
dasyatnya dan luar biasa pedihnya rasa sakaratul, Simaklah kelanjutan hadits
riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Majah di atas:
وَإِنَّ الْعَبْدَ الْكَافِرَ وفي رواية وَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ السُّوءُ إِذَا كَانَ فِى انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مِنَ السَّمَاءِ مَلاَئِكَةٌ سُودُ الْوُجُوهِ مَعَهُمُ الْمُسُوحُ فَيَجْلِسُونَ مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِىءُ مَلَكُ الْمَوْتِ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْخَبِيثَةُ اخْرُجِى إِلَى سَخَطٍ مِنَ اللَّهِ وَغَضَبٍ - قَالَ - فَتُفَرَّقُ فِى جَسَدِهِ فَيَنْتَزِعُهَا كَمَا يُنْتَزَعُ السَّفُّودُ مِنَ الصُّوفِ الْمَبْلُولِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِى يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَجْعَلُوهَا فِى تِلْكَ الْمُسُوحِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَنْتَنِ رِيحِ جِيفَةٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ فَيَصْعَدُونَ بِهَا فَلاَ يَمُرُّونَ بِهَا عَلَى مَلأٍ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ إِلاَّ قَالُوا مَا هَذَا الرُّوحُ الْخَبِيثُ فَيَقُولُونَ فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ بِأَقْبَحِ أَسْمَائِهِ الَّتِى كَانَ يُسَمَّى بِهَا فِى الدُّنْيَا رواه أحمد وابن ماجة وصححه الألباني
"Bila orang kafir, pada riwayat lain:
Bila orang jahat hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia
didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Mereka berwajahkan hitam kelam,
membawa kain yang kasar, dan selanjutnya mereka duduk darinya sejauh mata
memandang. Pada saat itulah Malaikat Maut ’alaihissalam menghampirinya dan
duduk didekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata:
"Wahai jiwa yang buruk, bergegas engkau keluarlah dari ragamu menuju
kepada kebencian dan kemurkaan Allah". Segera ruh orang jahat itu menyebar
keseluruh raganya. Tanpa menunda-nunda malaikat maut segera mencabut ruhnya
dengan keras, bagaikan mencabut kawat bergerigi dari bulu domba yang basah.
Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat Maut menyambutnya. Dan bila ruhnya
telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu
duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejappun berada di tangannya.
Para malaikat segera mengambil ruh orang jahat itu dan membukusnya dengan kain
kasar yang mereka bawa. Dari kain itu tercium aroma busuk bagaikan bau bangkai
paling menyengat yang pernah tercium di dunia. Selanjutnya para malaikat akan
membawa ruh itu naik ke langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi
segerombolan malaikat lainnya, melainkan mereka akan bertanya: "Ruh
siapakah ini, begitu buruk." Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: Ini
adalah arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terburuk yang dahulu
semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya)."
Saudaraku…
Coba anda
ingat kembali, rasa pedih dan sakit yang pernah engkau rasakan ketika tertusuk
atau tersengat api! Sangat menyakitkan bukan? Padahal syaraf yang merasakan
rasa sakit hanyalah sebagiannya. Walau demikian, rasanya begitu menyakitkan,
sehingga susah untuk dilupakan?
Nah bagaimana halnya bila kelak pada saat
sakaratul maut seluruh syaraf kita merasakan sakit. Disaat ruh berusaha
berpegangan erat-erat dengan setiap syaraf – syaraf kita sedangkan Malaikat
Maut mencabutnya dengan keras dan kuat. Betul-betul saaangat menyakitkan…
Dan di
tambah lagi dengan penampilan Malaikat Maut yang begitu seram dan menakutkan
akan semakin menambah pedih rasa sakit yang kita rasakan.
Saudaraku…,
Siapkah kita menjalani pengalaman yang begitu
menakutkan dan begitu menyakitkan ini…?
Bila tidak
kuasa menjalani sakaratul maut yang sangat menyakitkan seperti ini, maka
mengapa noda-noda maksiat terus mengotori lembaran amal dan menghitamkan hatimu…?
Mengapa kaki
- kakimu terasa kaku, tangan serasa terbelenggu, mata seakan melekat dan pintu
hati seakan terkunci ketika ada seruan beribadah kepada Allah…?
Saudaraku…,
Agar hati kita
kembali menjadi lunak dan pintu hati kita terbuka lebar-lebar untuk menerima
dan mengamalkan kebenaran, maka alangkah baiknya bila kita sering-sering
berziarah ke kuburan. Dengan berziarah ke kuburan, kita berharap akan senantiasa
menyadari, cepat atau lambat kita pasti menjadi salah seorang dari penghuni
kuburan itu.
(زُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ) رواه مسلم
"Berziarahlah ke kuburan, karena ziarah
ke kuburan itu dapat mengingatkan kalian akan kematian." [Riwayat Muslim].
Saudaraku…,
Sebuah
pertanyaan yang tidak mungkin kita temukan jawabannya sebelum kita mengalaminya
sendiri: Termasuk golongan manakah diri kita, apakah termasuk golongan
orang-orang mukmin yang dimudahkan ketika menghadapi sakaratul maut ataukah
termasuk golongan yang kedua…?!
Cukuplah
kepergian kakek menjadi sebuah pelajaran yang berharga, sesungguhnya kita
sedang dalam antrian panjang menuju gerbang kematian.
Karenanya,
marilah kita berjuang, bersungguh – sungguh dan berdoa memohon kepada Allah
agar diri kita –dengan rahmat dan kemurahan Allah- dimasukkan ke dalam golongan
orang-orang yang mendapatkan keteguhan dan kemudahan ketika menghadapi Malaikat
Maut dimudahkan. Amiin.
Untuk Kakek
kami;
“SALIM
SARIDIN”
Yang telah
wafat hari ini di Menado, Smoga Allah menempatkan Kakek di tempat yang Mulia di
sisih-Nya
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ
Jkt, 14 Maret 2013
Abie sabiella
Tidak ada komentar:
Posting Komentar