Sejenak
kupejamkan mata, menatap liarnya dunia dalam bayangan. Apa yang bisa
kulakikan untuk melawan dunia yang telah di padati orang-orang lalim? Kamu terlalu kerdil cha… Sekali lagi, terlalu kerdil! lirih
dalam benakku.
Ach, tetapi tidak, bukankah sepatutnya aku berbesar
hati, lagi-lagi- karena aku seorang muslimah..?
Aku adalah pencetak generasi pembangun peradaban. Ya, aku seorang calon ibu.
Aku adalah pencetak generasi pembangun peradaban. Ya, aku seorang calon ibu.
Dari rahim ini
akan lahir manusia-manusia baru, yang aku didik dengan mengagumkan, dan
mereka akan bertumbuh menjadi sosok yang juga mengagumkan. Insya Allah…
Pertanyaannya
sekarang adalah, sudah sejauh mana persiapanku untuk membentuk generasi
yang mengagumkan itu? Cukupkah hanya dengan duduk manis di teras rumah
sambil sesekali bergosip dengan tetangga? Atau dengan selonjoran didepan
tv sambil membuka majalah fashion? TIDAK. Tentu saja tidak cukup dengan
itu. Dan justru aku miris melihat para ibu yang mempunyai habit
seperti itu.
Lalu bagaimana? Bisakah aku menjadi ibu yang
baik, ibu yang handal, ibu yang mengagumkan…? Itulah yang aku cemaskan
sejak awal. Menjadi seorang ibu adalah hal luar biasa, baik bahagianya
maupun tanggung jawabnya. Aku merasa panas dingin jika mengingat-ngingat
tentang ini. Mengemban amanah sebagai seorang ibu, seperti apakah
rasanya? Bisakah aku melakukannya dengan baik…?
Ach, lalu
seonggok pemikiran bermanuver di benakku, mengapa aku harus takut..?
Allah telah membekaliku dengan bekal yang baik. Dari kisah para
Ummahatul mukminin sebagai sosok muslimah-muslimah tangguh yang bisa aku
ambil ibrahnya. Aku tinggal berazzam untuk menjadi ibu terbaik bagi
anak-anakku kelak. Itu saja…
Lahir sebagai seorang wanita,
aku tahu dan sadar betul bahwasannya wanita adalah madrasah pertama
yang akan memformat generasi. Apa yang diterima anak maka itulah yang
akan menentukan perjalanan hidupnya. Maka, wanita adalah orang pertama
yang memberi kontribusi dalam kehidupan pemuda dan bangsa.
Dengan
demikian sosok wanita adalah ujung tombak bagaimana nantinya teropong
masa depan keberlangsungan umat dan sebuah geherasi suatu bangsa. Karena
wanitalah yang nantinya akan melahirkan generasi-generasi penerus
peradaban, yang nantinya akan membesarkan dan membimbing mereka dalam
mengarungi beratnya kehidupan.
Nah, ini pun menjadi sebuah
renungan bagiku dimana aku adalah termasuk sosok pencetak generasi
peradaban ini dan tentunya untuk para wanita masa kini lainnya,
teman-teman. Apakah kita sudah berusaha untuk meningkatkan kualitas diri
kita agar nantinya dapat menciptakan kualitas generasi yang terbaik
pula? Apakah kita sudah tahu bagaimana potensi kita untuk melaksanakan
tugas berat ke depan sebagai pencetak generasi pemimpin peradaban? Yuk
kita renungkan dalam diri kita masing-masing.
Sebuah
bangsa yang maju adalah karena ada andil seorang wanita di belakangnya.
Seharusnya sebagai seorang wanita, kita berhak bangga atas berbagai
kesempatan dan potensi yang telah diberikan Allah untuk kita. Kita bisa
melahirkan, kita bisa menjadi ibu bagi para pemimpin bangsa, kita juga
bisa menjadi istri bagi para pejuang umat. Nah, lalu apa permasalahannya
saat ini? Permasalahannya adalah dari wanitanya sendiri, teman-temanku.
Para wanita saat ini, seakan telah melebur dalam kesibukan dunia
sehingga seakan kehilangan kodratnya sebagai seorang wanita. Para wanita
saat ini, seakan telah terperdaya oleh keegoisan diri sehingga tak lagi
pernah peduli akan bagaimana nantinya masa depan umat ini. Mungkin
tidak semua wanita saat ini seperti itu, tapi sebagian besar dari wanita
saat ini memang seperti itu.
Sering mendengar kan, kasus
seorang ABG yang menggugurkan kandungannya, mengaborsi, melakukan zinah
dan berbagai hal maksiat lainnya. Sering mendengar juga kan, kasus
seorang ibu yang membuang anaknya, ibu yang tidak peduli dengan anaknya
sehingga anaknya menjadi brandal, ibu yang seluruh harinya hanya untuk
bekerja di kantor, ibu yang kerjaannya setiap hari hanya
menghabis-habiskan uang, pergi ke salon dan berfoya-foya.
Pasti
juga sering mendengar kan, istri yang selingkuh di belakang suaminya,
istri yang durhaka terhadap suami, istri yang tidak lagi mematuhi suami,
dan hal mudharat lainnya. Nah, sekarang kita kaitkan kasus-kasus diatas
dengan bobroknya pemimpin bangsa saat ini, merosotnya moral para umat
saat ini. Banyak pemimpin yang korupsi, bertindak dzalim, melakukan
kriminal moralitas, berzinah, dan maksiat lainnya. Pemimpin bangsa dan
umat yang sebagian besar didominasi kaum adam merupakan korban dari
bobroknya moral wanita yang berada di belakangnya. Percaya atau tidak,
tapi kenyataannya memang seperti itu.
Tidakkah kita
belajar dari sejarah, sahabatku…akan kesetiaan dan kemuliaan dari
seorang Khadijah, akan ketinggian ilmu dan akhlak dari seorang Aisyah,
akan kelembutan dan keindahan akhlak dari seorang Fatimah, dan akan
kesabaran dan ketangguhan diri dari seorang Asiyah. Tidakkah kita
merefleksikan mereka dalam kehidupan kita, teman? Sudah seharusnya kita
para wanita muslim menjadi para penggerak wasiat sejarah ini. Sudah
seharusnya kita para wanita mukmin menjadi tonggak berdirinya kemajuan
umat dan bangsa ini.
Selama masih ada kita, maka harapan
kita untuk menjadikan Islam sebagai peradaban akan terwujud. Oleh karena
itu, jadilah wanita yang dirindukan Allah, jadilah wanita yang dicintai
Allah, karena pada hakikatnya, wanita diberikan kenikmatan dan
keindahan yang begitu banyak oleh Sang Maha Pencipta ini.
Semoga
aku dan sahabat wanita semua termasuk wanita yang dipercaya Allah untuk
menjadi seorang ibu. Ibu terbaik…! Agar setitik donor kebaikan bisa aku
berikan untuk peradaban islam, melalui malaikat-malaikat kecil luar
biasa yang kelak lahir dari rahimku. Aamiin.
Allahu’alambisshawwab…
Cha, Yogyakarta - 19 Ramadhan 1433 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar