Kamis, 28 Desember 2017

KAPAN PENGUCAPAN "Alhamdulillah allakhulihaal"

 

 Kapan sih, pas nya kita mengucapkan kalimat

"Alhamdulillah allakulihal" & "Alhamdulillahilladzi bi
ni’matihi tatimmus shalihaat" ?

Seorang mukmin seyogyanya senantiasa bersyukur dalam setiap keadaan dalam hidupnya, karena dengan rasa syukurnya inilah bukti bahwa ia adalah sosok yang ridho atas segala yang Allah takdirkan untuk hidupnya.



Karenanya Iblis paling tidak suka dengan hamba Allah yang pandai bersyukur, maka tak henti-hentinya Iblis Laknatullah berusaha keras mengalihkan
manusia agar lalai dari bersukur.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman,

ﺛُﻢَّ ﻵﺗِﻴَﻨَّﻬُﻢْ ﻣِﻦْ ﺑَﻴْﻦِ ﺃَﻳْﺪِﻳﻬِﻢْ ﻭَﻣِﻦْ ﺧَﻠْﻔِﻬِﻢْ ﻭَﻋَﻦْ ﺃَﻳْﻤَﺎﻧِﻬِﻢْ ﻭَﻋَﻦْ
ﺷَﻤَﺎﺋِﻠِﻬِﻢْ ﻭَﻻ ﺗَﺠِﺪُ ﺃَﻛْﺜَﺮَﻫُﻢْ ﺷَﺎﻛِﺮِﻳﻦَ “…

kemudian saya (iblis) akan mendatangi mereka dari
muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari
kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati
kebanyakan mereka bersyukur” (QS al-A’raaf: 17)

Maka bersyukurlah pada setiap keadaan.

Ibunda Kaum Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
bertutur,

Adalah kebiasaan Rasulullah apabila mendapatkan
perihal yang beliau sukai akan berucap:

ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﺑِﻨِﻌْﻤَﺘِﻪِ ﺗَﺘِﻢُّ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤَﺎﺕ
ُ
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmus shalihaat
(Segala puji bagi Allah yang dengan nikmatNya
sempurnalah seluruh kebaikan)

Adapun jika melihat perkara yang TIDAK
MENYENANGKAN beliau berucap:

ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺣَﺎﻝٍ “

Alhamdulillahi ‘ala kulli haal“
(Segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan)
(Hasan; HR Ibnu Majah: 3803, Silsilah ash-Shahihah:
265 al-Albani)

Semoga kita senantiasa bersyukur dalam setiap keadaan...

Pahit getir kehidupan hal yang biasa terjadi, karena hidup memang sarat denga ujian..

So,
Syukurin aja...

Tebet City, 29 Des' 2017
abie

Rabu, 27 Desember 2017

Memanggil Seseorang Dengan Nama Yang di Sukainya




Tidak sulit menarik hati orang lain, ada banyak amalan ringan pengikat hati yang diajarkan Rasulullah Shalallahualaihi wassalam. Satu dari sekian banyak amalan tersebut adalah memanggil seseorang dengan panggilan yang disukainya.

Memang agak remeh, tapi ketahuilah memanggil dengan panggilan terbaik dapat menarik hati orang lain, sebab tidak ada yang disukai seseorang selain dirinya sendiri. Sehingga ketika ada orang lain yang memanggilnya dengan nama kesayangannya dan terus memanggil dengan nama panggilan tersebut, maka dia akan merasa dihormati dan disayangi.

Hal ini telah dibuktikan sendiri oleh Rasulallah Shalallahualaihi wassalam. Para Sahabat, bagaimanapun keadaannya selalu betah berada disisi Rasulallah Shalallahualaihi wassalam karena Rasulullah menghormati dan menyayangi mereka dengan cara memanggil mereka dengan nama yang disukai, bahkan dengan anak kecil sekalipun.

Diriwayatkan dari Anas Radhiallahuanhu, dia berkata: “Nabi Shalallahualaihi wassalam adalah orang yang paling baik akhlaqnya. Aku mempunyai seorang adik yang biasa dipanggil Abu Umair, suatu ketika Nabi datang dan menyapanya. “Wahai Abu Umair, apa yang terjadi dengan Nughair ?” (H.R Bukhori)

Nughair adalah burung kecil yang biasa diajaknya bermain. Ketika burung kecil itu mati, lantas Rasulullah menyapa Abu Umair untuk menghiburnya. Perlu diingat!!! Bahwa kunyah (dibaca: kun-yah) adalah panggilan yang diawali dengan Abu atau abie atau Ummu, menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauzy tidak mesti diberikan kepada orang yang sudah mempunyai anak saja. Karena pada hakikatnya kunyah digunakan untuk mengagungkan, memuliakan, dan menghormati orang yang dipanggil. Karena kunyah di Indonesia tidak begitu lazim, kita dapat menggantinya dengan julukan-julukan yang baik. Sebab, julukan-julukan yang jelek dapat membuat orang yang dijuluki berfikiran negative atas dirinya sendiri sehingga dapat membunuh karakternya atau yang lebih parah lagi yaitu terbentuknya Mental Block  dalam dirinya.

Selain itu, memberi julukan-julukan yang jelek dapat menjadikan seorang Mukmin menjadi munafiq menurut firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surat Al-Hujurat ayat 11:

Artinya: “Janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.”

Sebenarnya ayat ini merupakan teguran dari Allah bagi Rasulallah Shalallahualaihi wassalam ketika beliau memanggil seorang sahabatnya dari Bani Salamah dengan nama yang tidak disukainya.
Abu Jubairah bin Adh-Dhahak bercerita, “Rasulullah datang menemui kami dan masing-masing dari kami mempunyai dua atau tiga nama. Lalu tiba-tiba Rasulullah Shalallahualaihi wassalam memanggil salah satu dari kami “Wahai fulan.” Maka orang-orangpun berkata “Cukup wahai Rasulullah, dia akan marah jika dipanggil demikian.” Maka turunlah ayai ini:

 “Dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan….”

Yang istimewa dalam pembahasan ini adalah yang tejadi saat Malaikat pencabut nyawa membawa jiwa seorang mukmin yang wangi. Rasulullah Shalallahualaihi wassalam bersabda: “Hingga tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu bertanya-tanya, “Milik siapakah ruh yang wangi ini?” para Malaikat yang membawanya menjawab, “Ini adalah ruh milik Fulan bin Fulan.” Dengan menyebutkan nama terbaik yang digunakan manusia untuk menyebutnya di Dunia. Adapun ruh yang buruk, malaikat yang membawanya mengatakan, “Ini adalah Fulan bin Fulan.” Dengan menyebutan nama terjelek yang digunakan manusia untuk menyebutnya didunia.” (H.R.Ahmad)

Malaikat saja mengamalkannya

Jangan dikira menggembirakan hati orang lain itu harus dengan memberikan sesuatu kepadanya, sebab memanggilnya dengan nama panggilan yang disayanginya sudah cukup ampuh untuk memikat hati dan menarik simpatinya, tentunya harus disertai dengan keikhlasan sepenuh hati agar dapat membekas lebih jauh kedalam lubuk hatinya...

Panggil aku dengan nama “Abie Sabiella”
Jazakumullah Khairan ya Habiby...

Sahabatmu,

Abie sabiella