Kamis, 28 Februari 2013

Keutamaan Menyantuni Anak Yatim



Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا »  وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً

“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya[1].

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan dan pahala orang yang meyantuni anak yatim, sehingga imam Bukhari mencantumkan hadits ini dalam bab: keutamaan orang yang mengasuh anak yatim.

Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
Makna hadits ini: orang yang menyantuni anak yatim di dunia akan menempati kedudukan yang tinggi di surga dekat dengan kedudukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam[2].
Arti “menanggung anak yatim” adalah mengurusi dan memperhatikan semua keperluan hidupnya, seperti nafkah (makan dan minum), pakaian, mengasuh dan mendidiknya dengan pendidikan Islam yang benar[3].
Yang dimaksud dengan anak yatim adalah seorang anak yang ditinggal oleh ayahnya sebelum anak itu mencapai usia dewasa[4].
Keutamaan dalam hadits ini belaku bagi orang yang meyantuni anak yatim dari harta orang itu sendiri atau harta anak yatim tersebut jika orang itu benar-benar yang mendapat kepercayaan untuk itu[5].
Demikian pula, keutamaan ini berlaku bagi orang yang meyantuni anak yatim yang punya hubungan keluarga dengannya atau anak yatim yang sama sekali tidak punya hubungan keluarga dengannya[6].
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan mengasuh anak yatim, yang ini sering terjadi dalam kasus “anak angkat”, karena ketidakpahaman sebagian dari kaum muslimin terhadap hukum-hukum dalam syariat Islam, di antaranya:

1. Larangan menisbatkan anak angkat/anak asuh kepada selain ayah kandungnya, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

{ادْعُوهُمْ لِآَبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آَبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ}

“Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak (kandung) mereka; itulah yang lebih adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu” (QS al-Ahzaab: 5).

2. Anak angkat/anak asuh tidak berhak mendapatkan warisan dari orang tua yang mengasuhnya, berbeda dengan kebiasaan di zaman Jahiliyah yang menganggap anak angkat seperti anak kandung yang berhak mendapatkan warisan ketika orang tua angkatnya meninggal dunia[7].

3. Anak angkat/anak asuh bukanlah mahram[8], sehingga wajib bagi orang tua yang mengasuhnya maupun anak-anak kandung mereka untuk memakai hijab yang menutupi aurat di depan anak tersebut, sebagaimana ketika mereka di depan orang lain yang bukan mahram, berbeda dengan kebiasaan di masa Jahiliyah.

 وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Kendari, 12 Muharram 1433 H



Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA
Artikel Muslim.Or.Id



[1] HSR al-Bukhari (no. 4998 dan 5659).

[2] Lihat kitab “’Aunul Ma’buud” (14/41) dan “Tuhfatul ahwadzi” (6/39).

[3] Lihat kitab “Syarhu shahiihi Muslim” (18/113).

[4] Lihat kitab “an-Nihaayah fi gariibil hadiitsi wal atsar” (5/689).

[5] Lihat kitab “Syarhu shahiihi Muslim” (18/113) dan “Faidhul Qadiir” (3/49).

[6] Ibid.

[7] Sebagaimana dalam HSR al-Bukhari (no. 3778), lihat juga kitab “Tafsir al-Qurthubi” (14/119).

[8] Mahram adalah orang yang tidak halal untuk dinikahi selamanya dengan sebab yang mubah (diperbolehkan dalam agama). Lihat kitab “Fathul Baari” (4/77).


Dari artikel 'Keutamaan Menyantuni Anak Yatim — Muslim.Or.Id'

STATUS ANAK ANGKAT DALAM ISLAM

Mengadopsi anak adalah fenomena yang sering kita jumpai di masyarakat kita, entah karena orang tersebut tidak memiliki keturunan, atau karena ingin menolong orang lain, ataupun karena sebab-sebab yang lain.

Akan tetapi, karena ketidaktahuan banyak dari kaum muslimin tentang hukum-hukum yang berhubungan dengan ‘anak angkat’, maka masalah yang terjadi dalam hal ini cukup banyak dan memprihatinkan, misalnya: menisbahkan anak angkat tersebut kepada orang tua angkatnya, menyamakannya dengan anak kandung sehinga tidak memperdulikan batas-batas mahram, menganggapnya berhak mendapatkan warisan seperti anak kandung, dan pelanggaran-pelanggaran agama lainnya.

Padahal, syariat Islam yang agung telah menjelaskan dengan lengkap dan gamblang hukum-hukum yang berkenaan dengan masalah anak angkat ini, sehingga jika kaum muslimin mau mempelajari petunjuk Allah Ta’ala dalam agama mereka maka mestinya mereka tidak akan terjerumus dalam kesalahan-kesalahan tersebut di atas.

Tradisi sejak jaman Jahiliyah

Kebiasan mengadopsi anak adalah tradisi yang sudah ada sejak jaman Jahiliyah dan dibenarkan di awal kedatangan Islam1. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri melakukannya, ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadopsi Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu sebelum beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus Allah Ta’ala sebagai nabi, kemudian Allah Ta’ala menurunkan larangan tentang perbuatan tersebut dalam firman-Nya,

{وَمَا جَعَلَ أَدْعِيَاءَكُمْ أَبْنَاءَكُمْ ذَلِكُمْ قَوْلُكُمْ بِأَفْوَاهِكُمْ وَاللَّهُ يَقُولُ الْحَقَّ وَهُوَ يَهْدِي السَّبِيلَ}

“Dan Allah tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar)” (QS al-Ahzaab: 4).

Imam Ibnu Katsir berkata, “Sesungguhnya ayat ini turun (untuk menjelaskan) keadaan Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu, bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebelum diangkat sebagai Nabi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkatnya sebagai anak, sampai-sampai dia dipanggil “Zaid bin Muhammad” (Zaid putranya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam), maka Allah Ta’ala ingin memutuskan pengangkatan anak ini dan penisbatannya (kepada selain ayah kandungnya) dalam ayat ini, sebagaimana juga firman-Nya di pertengahan surah al-Ahzaab,

{مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا}

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS al-Ahzaab: 40)”2.

Status anak angkat dalam Islam

Firman Allah Ta’ala di atas menghapuskan kebolehan adopsi anak yang dilakukan di jaman Jahiliyah dan awal Islam, maka status anak angkat dalam Islam berbeda dengan anak kandung dalam semua ketentuan dan hukumnya.

Dalam ayat tersebut di atas Allah Ta’ala mengisyaratkan makna ini:

“Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja”, artinya: perbuatanmu mengangkat mereka sebagai anak (hanyalah) ucapan kalian (semata-mata) dan (sama sekali) tidak mengandung konsekwensi bahwa dia (akan) menjadi anak yang sebenarnya (kandung), karena dia diciptakan dari tulang sulbi laki-laki (ayah) yang lain, maka tidak mungkin anak itu memiliki dua orang ayah3.

Adapun hukum-hukum yang ditetapkan dalam syariat Islam sehubungan dengan anak angkat yang berbeda dengan kebiasaan di jaman Jahiliyah adalah sebagai berikut:

1. Larangan menisbatkan anak angkat kepada selain ayah kandungnya, berdasarkan firman Allah Ta’ala,

{ادْعُوهُمْ لِآَبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آَبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا}

“Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak (kandung) mereka; itulah yang lebih adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu Dan tidak ada dosa bagimu terhadap apa yang kamu salah padanya, tetapi (yang ada dosanya adalah) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS al-Ahzaab: 5).

Imam Ibnu Katsir berkata, “(Ayat) ini (berisi) perintah (Allah Ta’ala) yang menghapuskan perkara yang diperbolehkan di awal Islam, yaitu mengakui sebagai anak (terhadap) orang yang bukan anak kandung, yaitu anak angkat. Maka (dalam ayat ini) Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengembalikan penisbatan mereka kepada ayah mereka yang sebenarnya (ayah kandung), dan inilah (sikap) adil dan tidak berat sebelah”4.

2. Anak angkat tidak berhak mendapatkan warisan dari orang tua angkatnya, berbeda dengan kebiasaan di jaman Jahiliyah yang menganggap anak angkat seperti anak kandung yang berhak mendapatkan warisan ketika orang tua angkatnya meninggal dunia5.

3. Anak angkat bukanlah mahram6, sehingga wajib bagi orang tua angkatnya maupun anak-anak kandung mereka untuk memakai hijab yang menutupi aurat di depan anak angkat tersebut, sebagaimana ketika mereka di depan orang lain yang bukan mahram, berbeda dengan kebiasaan di masa Jahiliyah. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Salim maula (bekas budak) Abu Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu tinggal bersama Abu Hudzaifah dan keluarganya di rumah mereka (sebagai anak angkat), maka (ketika turun ayat yang menghapuskan kebolehan adopsi anak) datanglah Sahlah bintu Suhail radhiyallahu ‘anhu, istri Abu Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dia berkata: Sesungguhnya Salim telah mencapai usia laki-laki dewasa dan telah paham sebagaimana laki-laki dewasa, padahal dia sudah biasa (keluar) masuk rumah kami (tanpa kami memakai hijab), dan sungguh aku menduga dalam diri Abu Hudzaifah ada sesuatu (ketidaksukaan) akan hal tersebut. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya,”Susukanlah dia agar engkau menjadi mahramnya dan agar hilang ketidaksukaan yang ada dalam diri Abu Hudzaifah”7.8

4. Diperbolehkannya bagi bapak angkat untuk menikahi bekas istri anak angkatnya, berbeda dengan kebiasaan di jaman Jahiliyah. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

{وَإِذْ تَقُولُ لِلَّذِي أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَنْعَمْتَ عَلَيْهِ أَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَاتَّقِ اللَّهَ وَتُخْفِي فِي نَفْسِكَ مَا اللَّهُ مُبْدِيهِ وَتَخْشَى النَّاسَ وَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَاهُ فَلَمَّا قَضَى زَيْدٌ مِنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنَاكَهَا لِكَيْ لا يَكُونَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ حَرَجٌ فِي أَزْوَاجِ أَدْعِيَائِهِمْ إِذَا قَضَوْا مِنْهُنَّ وَطَرًا وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولا}

“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: “Tahanlah terus isterimu dan bertaqwalah kepada Allah”, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap isterinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mu’min untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya (menceraikannya). Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi” (QS al-Ahzaab: 37).

Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata: “Sebab turunnya ayat ini adalah bahwa Allah Ta’ala ingin menetapkan ketentuan syriat yang umum bagi semua kaum mukminin, (yaitu) bahwa anak-anak angkat hukumnya berbeda dengan anak-anak yang sebenarnya (kandung) dari semua segi, dan bahwa (bekas) istri anak angkat boleh dinikahi oleh bapak angkat mereka…Dan jika Allah menghendaki suatu perkara, maka Dia akan menjadikan suatu sebab bagi (terjadinya) hal tersebut, (yaitu kisah) Zaid bin Haritsah yang dipanggil “Zaid bin Muhammad” (di jaman Jahiliyah), karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengangkatnya sebagai anak, sehingga dia dinisbatkan kepada (nama) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sampai turunnya firman Allah:

“Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak (kandung) mereka” (QS al-Ahzaab: 5).

Maka setelah itu dia dipanggil “Zaid bin Haritsah”.

Istri Zaid bin Haritsah adalah Zainab bintu Jahsy radhiyallahu ‘anha, putri bibi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Telah terlintas dalam hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa jika Zaid menceraikannya maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menikahinya. Kemudian Allah menakdirkan terjadinya sesuatu antara Zaid dengan istrinya tersebut yang membuat Zaid mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta izin kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menceraikan istrinya…(Kemudian setelah itu Allah Ta’ala menikahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Zainab bintu Jahsy radhiyallahu ‘anha sebagaimana ayat tersebut di atas)”9.

Memanggil ‘anak atau nak’ kepada orang lain untuk memuliakan dan kasih sayang

Hal ini diperbolehkan dan sama sekali tidak termasuk perkara yang dilarang dalam ayat di atas. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri melakukannya, sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa hadits yang shahih, di antaranya:

- Dari Ibnu Abbas radhiayallahu ‘anhuma dia berkata: Ketika malam (menginap) di Muzdalifah, kami anak-anak kecil keturunan Abdul Muththalib datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dengan menunggangi) keledai, lalu beliau menepuk paha kami dan bersabda: “Wahai anak-anak kecilku, janganlah kalian melempar/melontar Jamrah ‘aqabah (pada hari tanggal 10 Dzulhijjah) sampai matahari terbit”10.

- Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada: “Wahai anakku”11.12

Oleh karena itu, imam an-Nawawi dalam kitab “shahih Muslim” (3/1692) mencantumkan hadits ini dalam bab: Bolehnya seseorang berkata kepada selain anaknya: “Wahai anakku”, dan dianjurkannya hal tersebut untuk menunjukkan kasih sayang.

Penutup

Demikianlah penjelasan singkat tentang hukum mengadopsi anak dalam Islam. Meskipun jelas ini bukan berarti agama Islam melarang umatnya untuk berbuat baik dan menolong anak yatim dan anak terlantar yang membutuhkan pertolongan dan kasih sayang.

Sama sekali tidak! Yang dilarang dalam Islam adalah sikap berlebihan terhadap anak angkat seperti yang dilakukan oleh orang-orang di jaman Jahiliyah, sebagaimana penjelasan di atas.

Agama Islam sangat menganjurkan perbuatan menolong anak yatim dan anak terlantar yang tidak mampu, dengan membiayai hidup, mengasuh dan mendidik mereka dengan pendidikan Islam yang benar. Bahkan perbuatan ini termasuk amal shaleh yang bernilai pahala besar di sisi Allah Ta’ala, sebagaimana dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,“Aku dan orang yang menyantuni anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya13.

Artinya: orang yang menyantuni anak yatim di dunia akan menempati kedudukan yang tinggi di surga dekat dengan kedudukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam 14.

Demikianlah, dan kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar Dia melimpahkan taufik dan kemudahan dari-Nya kepada kita untuk mencapai keridhaan-Nya dengan melaksanakan semua kebaikan dalam agama-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Kendari, 18 Rabi’ul awal 1432 H



Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA

Artikel www.muslim.or.id



1 Lihat “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 658) dan “Aisarut tafaasiir” (3/289).

2 Kitab “Tafsir Ibnu Katsir” (3/615).

3 Kitab “Tafsir Ibnu Katsir” (3/615).

4 Ibid.

5 Sebagaimana dalam HSR al-Bukhari (no. 3778), lihat juga kitab “Tafsir al-Qurthubi” (14/119).

6 Mahram adalah orang yang tidak halal untuk dinikahi selamanya dengan sebab yang mubah (diperbolehkan dalam agama). Lihat kitab “Fathul Baari” (4/77).

7 HSR Muslim (no. 1453), hadits yang semakna juga terdapat dalam “Shahih al-Bukhari” (no. 3778).

8 Lihat kitab “Tafsir Ibnu Katsir” (3/615).

9 Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 665).

10 HR Abu Dawud (no. 1940), Ibnu Majah (no. 3025) dan Ahmad (1/234), dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani.

11 HSR Muslim (no.2151).

12 Lihat kitab “Tafsir Ibnu Katsir” (3/615).

13 HSR al-Bukhari (no. 4998 dan 5659).

14 Lihat kitab “’Aunul Ma’buud” (14/41) dan “Tuhfatul ahwadzi” (6/39).

___________________________________________
Dari artikel 'Anak Angkat dan Statusnya Dalam Islam — Muslim.Or.Id'

Bidadari Surga dalam Penggambaran al-Qur’an



Oleh: Al-Ustadzah Ummu Ishaq al-Atsariyah

Al-Qur’an yang mulia sering menyebutkan kenikmatan-kenikmatan yang dijanjikan Allah Subhaanahu Wa Ta’ala kepada orang-orang yang beriman yang akan diperoleh kelak di surga, karena memang surga adalah tempat bersenang-senang dalam keridhaan ar-Rahman. Berbeda halnya dengan dunia sebagai darul ibtila’ wal imtihan, negeri tempat ujian dan cobaan.

Di dalam surga, penghuninya akan beroleh apa saja yang mereka inginkan. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala kabarkan dalam kalam-Nya yang agung:

 وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ ۖ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Di dalam surga itu terdapat segala apa yang diidamkan oleh jiwa dan sedap (dipandang) mata.” (az-Zukhruf: 71)

Al-‘Allamah Abdurrahman ibnu Nashir as-Sa’di Rahimahullah menafsirkan ayat di atas dengan ucapannya, “Kalimat (dalam ayat) ini merupakan lafadz yang jami’ (mengumpulkan semuanya). Ia mencakup seluruh kenikmatan dan kegembiraan, penenteram mata, dan penyenang jiwa. Jadi, seluruh yang diinginkan jiwa, baik makanan, minuman, pakaian, maupun pergaulan dengan pasangan hidup, demikian pula hal-hal yang menyenangkan pandangan mata berupa pemandangan yang bagus, pepohonan yang indah, hewan-hewan ternak, dan bangunan-bangunan yang dihiasi, semuanya bisa didapatkan di dalam surga. Semuanya telah tersedia bagi penghuninya dengan cara yang paling sempurna dan paling utama.” (Taisir al-Karimir Rahman, hlm. 769)

Di antara kenikmatan surga adalah beroleh pasangan/istri berupa bidadari surga yang jelita. Al-Qur’anul Karim menggambarkan sifat dan kemolekan mereka dalam banyak ayat, di antaranya:

1. Surat an-Naba ayat 31—33

إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا (٣١)حَدَائِقَ وَأَعْنَابًا (٣٢)وَكَوَاعِبَ أَتْرَابًا (٣٣)

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa akan beroleh kesenangan, (yaitu) kebun-kebun, buah anggur, dan kawa’ib atraba (gadis-gadis perawan yang sebaya).” (an-Naba’: 31—33)

Ibnu Abbas, Mujahid, dan selainnya menafsirkan bahwa kawa’ib adalah nawahid, yakni buah dada bidadari-bidadari tersebut tegak, tidak terkulai jatuh, karena mereka adalah gadis-gadis perawan yang atrab, yaitu sama umurnya/sebaya. (Tafsir Ibni Katsir, 7/241)

2. Surat al-Waqi’ah ayat 35—37

إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً (٣٥)فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا (٣٦)عُرُبًا أَتْرَابًا (٣٧)

“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (wanita surga) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (al-Waqi’ah: 35—37)

Wanita penduduk surga diciptakan Allah Subhaanahu Wa Ta’ala dengan penciptaan yang tidak sama dengan keadaannya ketika di dunia. Mereka diciptakan dengan bentuk dan sifat yang paling sempurna yang tidak dapat binasa. Mereka semuanya, baik bidadari surga maupun wanita penduduk dunia yang menghuni surga, dijadikan Allah Subhaanahu Wa Ta’ala sebagai gadis-gadis yang perawan selamanya dalam seluruh keadaan. Mereka senantiasa mengundang kecintaan suami mereka dengan tutur kata yang baik, bentuk dan penampilan yang indah, kecantikan paras, serta rasa cintanya kepada suami.

Apabila wanita surga ini berbicara, orang yang mendengarnya ingin andai ucapannya tidak pernah berhenti, khususnya ketika wanita surga berdendang dengan suara mereka yang lembut dan merdu menawan hati. Apabila suaminya melihat adab, sifat, dan kemanjaannya, penuhlah hati si suami dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Apabila si wanita surga berpindah dari satu tempat ke tempat lain, penuhlah tempat tersebut dengan wangi yang semerbak dan cahaya. Saat “berhubungan” dengan suaminya, ia melakukan yang terbaik.

Usia mereka, para wanita surga ini, sebaya, 33 tahun, sebagai usia puncak/matang dan akhir usia anak muda.

Allah Subhaanahu Wa Ta’ala menciptakan mereka sebagai perempuan yang selalu gadis lagi sebaya, selalu sepakat satu dengan yang lain, tidak pernah berselisih, saling dekat, ridha dan diridhai, tidak pernah bersedih, tidak pula membuat sedih yang lain. Bahkan, mereka adalah jiwa-jiwa yang bahagia, menyejukkan mata, dan mencemerlangkan pandangan. (Lihat keterangan al-Allamah as-Sa’di Rahimahullah dalam Taisir al-Karimir Rahman, hlm. 834)

3. Surat ar-Rahman ayat 55—58

“Maka nikmat Rabb kalian yang manakah yang kalian berdua dustakan? Di ranjang-ranjang itu ada bidadari-bidadari yang menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin1. Maka nikmat Rabb kalian yang manakah yang kalian berdua dustakan? Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (ar-Rahman: 55—58)

Mereka menundukkan pandangan dari melihat selain suami-suami mereka sehingga mereka tidak pernah melihat sesuatu yang lebih bagus daripada suami-suami mereka. Demikian yang dinyatakan oleh Ibnu Abbas c dan lainnya.

Diriwayatkan bahwa salah seorang dari mereka berkata kepada suaminya, “Demi Allah! Aku tidak pernah melihat di dalam surga ini sesuatu yang lebih bagus daripada dirimu. Tidak ada di dalam surga ini sesuatu yang lebih kucintai daripada dirimu. Segala puji bagi Allah yang Dia menjadikanmu untukku dan menjadikanku untukmu.” (Tafsir Ibni Katsir, 7/385)

Bidadari yang menjadi pasangan hamba yang beriman tersebut adalah gadis perawan yang tidak pernah digauli oleh seorang pun sebelum suami-suami mereka dari kalangan manusia dan jin. Mereka diibaratkan permata yakut yang bersih bening dan marjan yang putih karena bidadari surga memang berkulit putih yang bagus lagi bersih. (Taisir al-Karimir Rahman, hlm. 385)

4. Surat ar-Rahman ayat 70

فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ (٧٠)

“Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik (akhlaknya) lagi cantik-cantik parasnya.” (ar-Rahman: 70)

Terkumpullah kecantikan lahir dan batin pada bidadari atau wanita surga itu. (Taisir al-Karimir Rahman hlm. 832)

5. Surat ar-Rahman ayat 72

حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ (٧٢)

“(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dan dipingit di dalam rumah.” (ar-Rahman: 72)

Rumah mereka dari mutiara. Mereka menyiapkan diri untuk suami mereka. Namun, bisa jadi mereka pun keluar berjalan-jalan di kebun-kebun dan taman-taman surga, sebagaimana hal ini biasa dilakukan oleh para putri raja dan yang semisalnya. (Taisir al-Karimir Rahman, hlm. 832)

6. Surat ad-Dukhan ayat 51—54

كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ (٥٤)

“Sesungguhnya orang-orang bertakwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata air-mata air. Mereka memakai sutra yang halus dan sutra yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan, demikianlah. Dan Kami nikahkan mereka dengan bidadari-bidadari.” (ad-Dukhan: 51—54)

Wanita yang berparas jelita dengan kecantikan yang luar biasa sempurna, dengan mata-mata mereka yang jeli, lebar, dan berbinar. (Taisir al-Karimir Rahman, hlm. 775)

7. Surat ash-Shaffat ayat 48—49

وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ عِينٌ ﴿٤٨

كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَّكْنُونٌ ﴿٤٩

“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya (qashiratuth tharf) dan jeli matanya, seakan-akan mereka adalah telur burung unta yang tersimpan dengan baik.” (ash-Shaffat: 48—49)

Qashiratuth tharf adalah afifat, yakni wanita-wanita yang menjaga kehormatan diri. Mereka tidak memandang lelaki selain suami mereka. Demikian kata Ibnu Abbas, Mujahid, Zaid bin Aslam, Qatadah, as-Suddi, dan selainnya.

Mata mereka bagus, indah, lebar, dan berbinar-binar. Tubuh mereka bersih dan indah dengan kulit yang bagus. Ibnu Abbas c berkata, “Mereka ibarat mutiara yang tersimpan.”2

Al-Imam al-Hasan al-Bashri t mengatakan, “Mereka terjaga, tidak pernah disentuh oleh tangan.” (Tafsir Ibni Katsir, 7/11)

Ini menunjukkan ketampanan lelaki dan kecantikan wanita di surga. Sebagiannya mencintai yang lain dengan cinta yang membuatnya tidak memiliki hasrat kepada yang lain. Hal ini juga menunjukkan bahwa mereka seluruhnya menjaga kehormatan diri, tidak ada hasad di dalam surga, tidak ada saling benci dan permusuhan, karena tidak adanya sebab yang bisa memicu ke sana. (Taisir al-Karimir ar-Rahman, hlm. 703)

Semoga Allah Subhaanahu Wa Ta’ala memberi taufik kepada kita untuk beramal dengan amalan yang dapat menyampaikan kepada ridha-Nya dan memasukkan kita ke negeri kemuliaan-Nya. Amin.

Catatan Kaki:

1 Ini adalah dalil bahwa jin yang beriman pun akan masuk surga.

2 Hal ini sebagaimana firman Allah Subhaanahu Wa Ta’ala tentang kenikmatan yang diperoleh penduduk surga,

“Dan bidadari surga yang bermata jeli. Mereka seperti mutiara yang tersimpan.” (al-Waqi’ah: 22—23)

Sumber : http://asysyariah.com/bidadari-surga-dalam-penggambaran-al-quran.html

Hadits Abdullah ibnu Mas’ud Rodiallohu ‘anhu :

« أَوَّلُ زُمْرَةٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ ضَوْءُ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، وَالْزُّمْرَةُ الثَّانِيَةُ عَلَى لَوْنِ أَحْسَنِ كَوْكَبٍ دُريَ فِي السَّمَاءِ، لِكُل رَجُلٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، عَلَى كُل زَوْجَةٍ سَبْعُونَ حُلَّةً، يُرَىٰ مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ لُحُومِهِمَا وَحُلَلِهِمَا، كَمَا يُرَىٰ الشَّرَابُ الأَحْمَرُ فِي الزُّجَاجَةِ الْبَيْضَاءِ »

“Kelompok pertama kali yang masuk surga, seolah wajah mereka cahaya rembulan di malam purnama. Kelompok kedua seperti bintang kejora yang terbaik di langit. Bagi setiap orang dari ahli surga itu dua bidadari surga. Pada setiap bidadari ada 70 perhiasan. Sumsum kakinya dapat terlihat dari balik daging dan perhiasannya, sebagaimana minuman merah dapat dilihat di gelas putih.” (HR. Thabrani dengan sanad shahih, dan Baihaqi dengan sanad hasan. Hadits hasan, shahih lighairi: Shahih al-Targhib: 3745)

Selasa, 26 Februari 2013

Kau jadi "tulang punggungku". Aku jadi "tulang rusukmu". AKU + KAU = KUA…





Tukeran coklat…? Gak Zamannya lagi, Mending kita tukeran tulang. Kau jadi "tulang punggungmu". Aku jadi "tulang rusukmu". AKU + KAU = KUA…

Akhir – akhir ini aku sering banget menemukan kalimat ini di dumay (dunia maya). Dan pertama kali aku baca potongan kalimat itu di status BB (Blackberry®) seorang teman yang ternyata selang beberapa bulan terbukti teman saya itu benar – benar tukar menukar tulangnya sebagaimana kalimat dalam ungkapan di atas.

Kalimat tersebut tidak hanya mengandung rima yang unik tapi aku anggap ungkapan ini cukup diplomatis yang sekaligus sebagai pernyataan sikap pertanda kematangan seseorang dalam hal penyempurnaan setengah Dien-nya.

Dan berdasarkan pengamatanku beberapa teman yang memposting kalimat ini mereka adalah yang notabene sosok  yang sudah cukup matang dalam hal usia maupun kesiapan mental ( khususnya para wanita) namun mereka belum bertemu dengan pasangan tulang rusuk mereka. Ada sebuah harapan besar pada mereka kiranya segera hadir orang – orang yang di harapkan mempunyai visi dan misi yang sama yang tidak lagi sibuk menanyakan hal – hal yang remeh seperti layaknya anak – anak usia belasan tahun, justru hal – hal yang prinsip yang sudah ter-visi-kan dan tinggal mengsingkronkan saja keduanya.
Lihat ungkapan – ungkapan mereka ; 

Kelak rindu ini tertunai, oleh engkau yang akan membersamaiku menjinakan hujan dan kemarau.

Suami adalah teman hidup seharga separuh agama. Ia yang akan menjadi Imam bagiku dan Ayah bagi anak-anakku. Ia yang kuharapkan akan menuntun langkah-langkahku di dunia demi kebaikan dunia-akhiratku. Ia yang kuharapkan akan menjadi pasangan sayap dalam mengarungi kehidupan sesuai dengan visi dan harapan bersama. Ia yang kuharapkan akan menjadi pelipur segala lara, penenang hati, pencerah segala kejumudan dan pemicu segala kestagnanan. Untuk fungsi, harapan, dan nilai yang setinggi ini aku memilih setia pada kesendirian. Atas nama keyakinan dan perasaan yang sangat mendalam padamu, aku memilih untuk menjaga cinta ini untukmu. Untukmu yang masih di sekat sana, entah siapa…

Seperti Balqis yang mendapat sepucuk surat dari Lelaki beriman (Sulaymaan) untuk Menyembah Allah Subhanahu wata’ala Mengajak pada kebenaran, Jalan yang mustaqiim untuk bersama-sama istiqomah. Begitu cemerlang dan mengangkasa ya hati Wanita jika diperlakukan begitu.
Ini hari sabtu, dan sudah hampir malam. Nah… nah… mulai deh status-status galau bermunculan. Sudah-sudah, syukuri saja kesendirian itu. :D

Mari memantaskan diri ya Sahabatku..
Istiqomahkan kami yaa Muhaimin yaa Mu'izz...

Setelah hampir setengah bulan malam-malam jelang tidur saya selalu hening, kini mulai lagi dengan konser berisik itu pemirsaaah. Dan lagu yang dinyanyikan kali ini adalah Bunga Seroja. Beri hamba kekuatan ya Allah. :D :D

Tak ada orang tua yang tak khawatir melihat anak Gadisnya yang semakin hari semakin berumur tapi tampak santai-santai saja melakoni hidup sebagai Single Fighter. Apalagi di kondisi semua teman-teman sebayanya, bahkan junior-juniornya yang sudah berkeluarga semua. 

Pak.. Bu.. Insha Allah, bukan tidak dipikirkan, apalagi tidak diinginkan, hanya sedang bersiap-siap menuju ke sana, pada saatnya, pada waktu dan kondisi kesiapan yang benar-benar tepat dan matang. :)


Dalam hidup ini kita sebenarnya membutuhkan beragam partner; partner religius, partner domestik, partner intelektual, partner spesialisasi, partner sosial, partner kerja, partner hobi, dll. Adalah mustahil untuk menemukan level kompetensi memuaskan dari setiap aspek partnership pada satu sosok yang akan kita jadikan partner legal kita dalam perspektif agama dan sosial. Solusi untuk berdamai dengan kecendrungan rasa tidak puas kita yang manusiawi adalah mungkin dengan memilih sosok yang kita rasa baik untuk menjadi partner religius dan domestik. Sisanya kita bisa saling mendukung untuk meng-upgrade level kompetensi masing-masing kita dari setiap aspek partnership tadi. Selain itu, mungkin juga dengan tetap menjaga relasi baik dan wajar dengan sosok-sosok yang kita merasa produktif dan progresif ketika berpartner dengan mereka dalam suatu aspek partikular dari berbagai macam partnership tadi. Jadi kalau mau cari pasangan yang sempurna, bersiaplah untuk perawan seumur hidup. :)

Menelusuri jengkal demi jengkal bumiNya. Barangkali di salah satu tempat yang kulewati adalah kota yang sedang menghidupi paru-parumu. Kamu yang masih di sekat sana. Entah siapa…

Barangkali salah satu alasan Tuhan dalam menggariskan keadaan yang membuat tidak yakin pada kemungkinan hasil ikhtiar kita adalah agar kita bisa memparipurnakan prosesnya dengan doa yang sungguh-sungguh. Dalam konstruksi pandangan hidupku, aku menghayati bahwa sesungguhnya tak pernah ada pencapaian signifikan dalam hidup tanpa kesungguhan ikhtiar dan doa. Terhadap beberapa hal, terkadang doa menjadi begitu determinan dan bahkan kerap memungkinkan sesuatu yang seperti mustahil bagi logika. Rabbanaa laa tuaakhidznaa in nasiina aw akhta'naa. Gariskan takdir baik dan penuh hikmah dari setiap ikhtiar dan doa kami.[nawang wulandari – malang]


Kutahu diriku lemah, Abang. Tapi bukan berarti pikiran dan akalku lemah. Kutahu tenagaku lemah, Abang. Tapi rasa ambisi positifku mampu mengalirkan energi dahsyat. Kutahu aku bukan wanita sempurna, tapi aku bersyukur karena aku berusaha menjadi wanita pilihan.

Sebelum batas umurku habis,
Aku selalu ingin meninggalkan suatu kenangan. Yang aku, anakku, suamiku dan semuanya akan mengingat tentangku.
Sebelum pancainderaku melemah,
Aku selalu berambisi menyulam asa menjadi cita nyata. Yang kehidupan akan melahirkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi semua umat.


Sebelum rezekiku habis,
Aku selalu ingin beramal semampuku dan sekuat tenagaku. Yang aku kelak bertemu dengan Sang Khalik dengan wajah bercahaya.
Sayang, sudah pahamkah kau tentang diriku.
Ya inilah aku. Sosok wanita lemah tapi santun menutur. Kuhimpun diriku dalam tiap bait syair. Ntah kau mengerti atau tidak. Tapi inilah diriku.


Kekecewaan itu pasti ada.
Kesedihan itu juga ada. Kebahagiaan itu pasti ada. Kesenangan itu juga ada. Karena semua sudah bagian dari kehidupan, abang. Janganlah kau ragu untuk menjalankannya. Kalau semua tak ada berarti diri telah mati.
 
Bait syair teruntuk kekasih masa depanku yang kuukir sebelum usiaku membeku.[evi andriani – Medan]

Saatnya menatap lurus kedepan,
yakinlah bahwa skenario-NYA adalah skenario terbaik..!
karena DIA adalah sutradara terbaik...!
Hanya satu tujuan, yaah..hanya satu saja...
Maka, tetaplah pada tujuan itu...


Tetaplah...
Karena,…inilah Jalanku..! Hadza sabiliy...Inilah Jalanku

melewati bilangan hari yang teramat berat..
hati yang teramat sangat lelah..
bila waktuku telah tiba..
hatiku yang bicara..
aku slalu cinta.. :’)


keluarga itu madrasah peradaban islam...
1 suami 4 istri dgn 40 jundi2 kecil amanah ALLAH (1 istri=10 anak)
MasyaALLAH...ga kebayang, rameeenyaaaa :)))

*efek mudzakarah bab Ta'adud, yey..yey..yey..ummahat pada banyak yang pasang muka manyun...pasrah tapi tak rela...:))*

kamu tahu rain,

“Cinta itu cuma ilusi…cinta tercipta atas dasar ketakutan manusia menghadapi kehidupan, karenanya manusia kemudian membutuhkan cinta demi mendapat keberanian”

Dari awal aku selalu bilang sama kamu, bahwa mencintai itu sepaket dengan sakitnya”
"dan aku masih percaya bahwa cinta itu hanya candu yang melemahkan…

..........hening...........

debat dengan gerimis di waktu senja tentang CINTA ...

ku tak pernah berpinta,
Untuk menjadi tulang rusuk
atau bahkan mencurinya darimu....

Padamu,
Pemilik tulang rusuk yang hilang....
*yey..yey..yey..efek mudzakarah tentang tulang rusuk semalam*

meski aku tidak dapat membersamaimu di dunia, tapi aku ingin membersamaimu di syurga kelak...pernikahan di syurga...walinya adalah Rasulullah SAW..saksi-saksinya adalah malaikat-malaikat suci, tamunya adalah para penghuni syurga...pernikahan kita di syurga..our wedding in heaven....[wide Marini – Padang]

Pilihlah lelaki baik yang mampu menjadi imam untukmu dan ayah bagi anak-anakmu; bukan sekadar menjadi pasanganmu semata – semata.

Imam adalah seorang pemimpin, seorang yang memimpin, dan seorang yang mempunyai kewajiban lebih untuk melindungi, mendidik dan membimbing dengan baik kepada yang di pimpinnya. sedangkan Imam dalam keluarga adalah seorang yang mempunyai kewajiban untuk melindungi istri serta anak-anaknya.

tujuan yang tidak semata-mata hidup berdua dengan uang dan harta yang banyak, dengan cinta yang begitu melimpah dan dengan segala bentuk-bentuk materi yang akan di miliki untuk menjalani kehidupan. jauh dari tujuan itu ada hal yang justru sangat penting untuk menjadi sebuah pertimbangan untuk menjalani kehidupan rumah tangga, seorang suami yang Sholeh, suami yang mampu menjaga dan benar-benar mengajari tentang indahnya memiliki pasangan hidup yang senantiasa saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.

ada ribuan wanita yang menginginkan kehidupan seperti itu, seorang Imam yang gak ada di sampingnya saat adzan berkumandang, seorang yang bisa mengajaknya selalu ingat kepada-Mu Ya Allah.. Sang pencipta Langit dan Bumi beserta isinya.

Ya Allah Ya Rohman..
Pertemukanlah kami dengan jodoh yang engkau janjikan...
dekatkanlah kami dengan orang-orang yang mengerti...
Orang-orang yang mampu menunjukkan betapa indahnya hidup dengan Kehadiran-Mu...
menunjukkan betapa luar biasanya memiliki pasangan hidup yang selalu mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran…



Rabbana hablana milladunka zaujan thayyiban wayakuna shahiban lii fiddini waddunya wal akhirah…


Ya Robb kami, berikanlah kami pasangan yg terbaik dari sisiMu, pasangan yg juga menjadi sahabat kami dlm urusan agama, urusan dunia & akhirat. amin ...

Jkt, 26 Feb 2013
Abie Sabiella

Minggu, 24 Februari 2013

APAKAH TUHAN ITU BENAR BENAR ADA....???













(3 Pertanyaan, dengan 1 Jawaban)

 Al kisah ada seorang pemuda yang lama
sekolah diluar negeri,ia telah
kembali ketanah air, sesampainya
di rumah ia meminta kepada
orang tuanya untuk mencari
seorang guru agama (Ustadz)/
siapapun yang bisa menjawab 3
pertanyaan darinya.
Akhirnya orang tua pemuda itu
mendapatkan orang tersebut.
.
Pemuda :: (Dng nada sombong
pemuda itu bertanya) Anda
siapa...???dan apakah bisa
menjawab pertanyaan saya...???
Ustadz :: Saya hanya hamba ALLAH
& dengan izinnya saya akan
menjawab pertanyaan anda.
.
Pemuda :: (Tetap dng nada
sombong)Anda yakin....??? sedang
profesor & banyak orang pintar
saja gak mampu menjawab
pertanyaan saya.
Ustadz :: Saya akan mencoba
sejauh kemampuan saya....!!!
.
Pemuda :: Saya punya 3 buah
pertanyaan...?? ?

1. Kalau memang TUHAN itu
ada,tunjukan wujud TUHAN
kepada saya ?

2. Apakah yang dinamakan
TAKDIR ?

3. Kalau SETAN diciptakan dari api,
kenapa dimasukan ke neraka yang
dibuat dari api,tentu tidak
menyakitkan buat setan,sebab
mereka memiliki unsur yang
sama..? apakah TUHAN tidak
pernah berfikir sejauh itu..?

Tiba-tiba Pemuka Agama tersebut
menampar pipi si pemuda dengan
keras.
(sambil menahan sakit) si Pemuda
berkata :::
Pemuda : Kenapa...??? anda marah
kepada saya...???
.
Ustadz :: Saya tidak marah...!!!
tamparan itu adalah jawaban saya
atas 3 buah pertanyaan yang anda
ajukan kepada saya..!!!
Pemuda :: Saya sungguh2 tidak
mengerti..???!! !
.
Ustadz :: Bagaimana rasanya
tamparan saya..!?
Pemuda :: Tentu saja saya
merasakan sakit..!
Ustadz :: Jadi anda percaya bahwa
sakit itu ada ?!!
Pemuda :: Ya..percaya !!
Ustadz :: Tunjukan pada saya
wujud sakit itu ??!!
Pemuda :: Saya tidak bisa..!!!
Ustadz :: Itulah jawaban
pertanyaan pertama,kita semua
merasakan keberadaan TUHAN
tanpa mampu melihat wujudnya.
.
Ustadz :: Apakah tadi malam anda
bermimpi akan di tampar oleh
saya..??!!
Pemuda :: Tidak...!!!
Ustadz:: Apakah pernah terpikir
oleh anda akan menerima sebuah
tamparan dari saya hari ini..??!!
Pemuda :: Tidak...!!!
Ustadz :: Itulah yang dinamakan
TAKDIR !!!
Ustadz :: Terbuat dari apakah
tangan yang saya gunakan untuk
menampar anda..??!!
Pemuda :: Kulit...!
Ustadz :: Terbuat dari apa pipi
anda...??!!
Pemuda :: Kulit...!!!
Ustadz :: Bagaimana rasanya
tamparan saya..??!!
Pemuda :: Sakit...!!!
Ustadz :: Walaupun setan terbuat
dari api dan neraka terbuat dari
api, jika TUHAN berkehendak maka
neraka akan menjadi tempat
menyakitkan bagi setan.
.
MASIHKAH ANDA MERAGUKAN
KEHADIRAN 'TUHAN' DALAM HARI-
HARI KALIAN...???
.
TIADA TUHAN YANG BERHAQ DI SEMBAH SELAIN ALLAH...