Jumat, 29 Juni 2012

INABAH


Pengertian inabah secara bahasa

Inabah memiliki asal kata ‘naaba’ yang artinya dekat atau kembali. Naaba ila syai’ artinya kembali kepada sesuatu dan membiasakan diri dengannya.

Dan apabila dikatakan : Naaba ilallaah maka maknanya adalah : taaba wa lazima thaa’atahu (bertaubat dan tetap mentaati-Nya).

Dan apabila dikatakan anaaba fulan ila syai’ maka maknanya adalah : raja’a ilaihi marratan ba’da ukhra (terus kembali kepadanya untuk kesekian kalinya). Dan apabila dikatakan anaaba ilallaah maka maknanya adalah : taaba wa raja’a (bertaubat dan rujuk kepada Allah) (al-Mu’jam al-Wasith, 2/961)

Pengertian inabah secara istilah

Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin rahimahullah berkata, “Inabah adalah kembali kepada Allah ta’ala dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya serta menjauhi kemaksiatan kepada-Nya. Makna inabah ini mirip dengan taubat, hanya saja inabah lebih halus daripada taubat karena di dalamnya terkandung perasaan bergantung kepada Allah dan memulangkan persoalan kepada-Nya…” (Syarh Tsalatsatil Ushul, hal. 61)

Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Inabah semakna dengan taubat akan tetapi para ulama mengatakan bahwa inabah memiliki derajat yang lebih tinggi daripada taubat. Karena taubat itu meliputi sikap meninggalkan (maksiat), menyesal dan bertekad kuat untuk tidak mengulanginya. Adapun inabah, maka di dalamnya tercakup ketiga unsur tersebut dan selain itu ia juga memiliki kelebihan lainnya yaitu menghadapkan jiwa-raga kepada Allah dengan mengerjakan ibadah-ibadah.

Maka apabila ada seseorang yang meninggalkan perbutan maksiat kemudian bertekad untuk tidak melakukannya lagi dan dia menyesali perbuatan yang telah dilakukannya itu, dan dia terus konsisten dalam beribadah maka orang itu disebut sebagai taa’ib (pelaku taubat), akan tetapi apabila setelah bertaubat itu dia terus berusaha memperbaharui sikap menghadapkan diri (kepada Allah) maka orang ini disebut sebagai muniib (orang yang berinabah) kepada Allah ta’ala.” (Hushul al-Ma’mul, hal. 90)

Allah mencintai hamba-Nya yang Muniib

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan inabahlah kepada Rabb kalian serta pasrahlah kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar : 54).

Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata ketika menafsirkan ayat ini, “Dan inabahlah kepada Rabb kalian.” Yaitu dengan hati kalian, “dan pasrahlah kepada-Nya.” Yaitu dengan anggota badan kalian. Apabila kata inabah disebutkan secara bersendirian maka amal-amal fisik sudah tercakup di dalamnya. Dan apabila digabungkan keduanya sebagaimana di dalam ayat ini maka maknanya adalah sebagaimana yang telah kami sebutkan.” Dan di dalam firman Allah, “kepada Rabb kalian dan pasrahlah kepada-Nya.” terdapat dalil untuk ikhlas, dan menunjukkan bahwa tanpa keikhlasan tidak akan berguna sama sekali amal-amal lahir maupun batin.” (Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 727)

http://abu0mushlih.wordpress.com/

Rabu, 27 Juni 2012

Kapsul Minyak Habbatussauda ; Mu'jizatussyifa



Seiring dengan perkembangan teknologi, tanpa disadari perkembangan terapi modern tidak mutlak mampu meyembuhkan beberapa penyakit, bahkan obat-obatan yang sekarang beredar sebagian ada yang menyimpan efek samping yang membahayakan tubuh manusia. 

Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda : 

‘ Gunakanlah Al Habbatussauda’, karena didalamnya terdapat obat   utk segala macam penyakit kecuali as Sam (maut)  (Shahih Bukhori dan Muslim).

Mengkonsumsi Habbaatussauda’ sebagai obat yang dianjurkan Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam tidak begitu dikenal oleh muslimin di Indonesia, Padahal di berbagai negara (Eropa, Amerika dan sejumlah negara Asia) Obat ini mengalami kepoluleran yang sangat nyata dengan dilakukan beberap riset ilmiyah untuk mengungkap kebenaran hadits tersebut. ( diantaranya oleh Profesor El Dakhany dari Microbiologi Research Center, Arabia, Dr Michael Tierra L.A.C.O MD, Pharmachology Research Department Laboratory, Departement Pharmachy King College London dll).

Diantara manfaat habbatussauda’ :

Menguatkan sistem kekebalan

Jinten Hitam (Habbatussauda) dapat meningkatkan jumlah se-sel T, yang baik untuk meningkatkan sel-sel pembunuh alami. Evektifitasnya hingga 72 % jika dibandingkan dengan plasebo hanya 7 %. Dengan demikian mengkonsumsikan Habbatussauda’ dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Pada tahun 1993, Dr Basil Ali dan koleganya dari Collge of Medicine di Universitas King Faisal, mempublikasikan dalam jurnal Pharmasetik Saudi. Keampuhan extract Habbatussauda diakui Profesor G Reimuller, Direktur Institut Immonologi dari Universitas Munich, dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan dapat digunakan sebagai bioregulator. Dengan demikian Habbatussauda dapat dijadikan untuk  penyakit yang menyerang kekebalan tubuh seperti kanker dan AIDS.

Meningkatkan daya ingat, konsentrasi dan Kewaspadaan

Dengan kandungan asam linoleat (omega 6 dan asam linoleat (Omega 3), Habbatusssauda merupakan nutrisi bagi sel otak berguna untuk meningkatkan daya ingat dan kecerdasan, Habbatussauda juga memperbaiki mikro (peredaran darah) ke otak dan sangat cocok diberikan pada anak usia pertumbuhan dan lansia.

Meningkatkan Bioaktifitas Hormon

Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endoktrin, yang masuk dalam peredaran darah. Salah satu kandungan habbatussauda adalah sterol yang berfungsi sintesa dan bioaktivitas hormon.

Menetralkan Racun dalam Tubuh

Racun dapat menganggu metabolisma dan menurunkan fungsi organ penting seperti hati, paru-paru dan otak. Gejala ringan seperti keracunan dapat berupa diare, pusing, gangguan pernafasan dan menurunkan daya konsentrasi. Habbatussauda’ mengandung saponin yang dapat menetralkan dan membersihkan racun dalam tubuh.

Mengatasi gangguan Tidur dan Stress

Saponin yang terdapat didalam habbatussauda memiliki fungsi seperti kortikosteroid yang dapat mempengaruhi karbohidrat, protein dan lemak serta mempengaruhi fungsi jantung, ginjal, otot tubuh dan syaraf. Sapion berfungsi untuk mempertahankan diri dari perubahan lingkungan, gangguan tidur, dan dapat menghilangkan stress.

Anti Histamin

Histamin adalah sebuah zat yang dilepaskan oleh jaringan tubuh yang memberikan reaksi alergi seperti pada asma bronchial. Minyak yang dibuat dan Habbatussauda dapat mengisolasi ditymoquinone, minyak ini sering disebut nigellone yang berasal dari volatile nigella. Pemberian minyak ini berdampak positif terhadap penderita asma bronchial. Penelitian yang dilakukan oleh Nirmal Chakravaty MD tahun 1993 membuktikan kristal dari niggelone memberikan efek suppressive. Kristal-kristal ini dapat menghambat protemkinase C, sebuah zat yang memicu pelepasan histamin. Penelitian lain membuktikan hal serupa. Kali ini dilakukan Dr Med. Peter Schleincher, ahli immonologi dari Universitas Munich. Ia melakukan pengujian terhadap 600vorang yang mederita alergi. Hasilnya cukup meyakinkan 70 % yang mederita alergi terhadap, sebuk, jerawat, dan asma sembuh setelah diberi minyak Nigella (Habbatussauda’). Dalam praktiknya Dr Schleincher memberikan resep habbatussauda’ kepada pasien yang menderita influenza.

Memperbaiki saluran pencernaan dan anti bakteri

Habbatussauda’ mengandung minyak atsiri dan volatif yang telah diketahui manfaatnya untuk memperbaiki pencernaan. Secara tradisional minyak atsiri digunakan untuk obat diare. Tahun 1992, jurnal Farmasi Pakistan memuat hasil penelitian yang membuktikan minyak volatile lebih ampuh membunuh strainbakteri V Colera dan E Coli dibandingkan dengan antibiotik seperti Ampicillin dan Tetracillin.

Melancarkan Air Susu Ibu

Kombinasi bagian lemak tidak jenuh dan struktur hormonal yang terdapat dalam minyak habbatussauda dapat melancarkan air susu ibu. Penelitian ini kemudian di publikasikan dalam literature penelitian di Universitas Potchestroom tahun 1989.

Tambahan Nutrisi Pada Ibu Hamil dan Balita

Pada masa pertumbuhan anak membutuhkan nutrisi untuk meningkatkan system kekebalan tubuh secara alami, terutama pada musim hujan anak akan mudah terkena flu dan pilek. Kandungan Omega 3, 6, 9 yang terdapat dalam habbatussauda merupakan nutrisi yang membantu perkembangan jaringan otak balita dan janin.

Anti Tumor

Pada Kongress kanker International di New Delhi , minyak habbatussauda diperkenalkan ilmuwan kanker Immonobiologi Laboratory dari California Selatan, habbatussauda dapat merangsang sumsum tulang dan sel-sel kekebalan, inferonnya menghasilkan sel-sel normal terhadap virus yang merusak sekaligus menghancurkan sel-sel tumor dan meningkatkan antibody

Nutrisi bagi manusia

Habbatussauda kaya akan kandungan nutrisi sebagai tambahan energi sangat ideal untuk lansia, terutama untuk menjaga daya tahan tubuh dan revitalitas sel otak agar tidak cepat pikun. Habbatussauda mengandung 15 macam asam amino penyusun isi protein termasuk didalmnya 9 asam amino esensial. Asam amino tidak  dapat diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang cukup oleh karena itu dibutuhkan suplemen tambahan, Habbatussauda dapat mencukupinya.


Adapun Kapsul Habbatussauda ; Mu'jizatussyifa adalah Minyak Habbatussauda pilihan dengan kwalitas produk no. 1

DEPKES RI NO. TR. 99320631
Sert.Halal Cangkang Kapsul
LP POM MUI 00260027540104

Dosis

Untuk Kesehatan : 3 x 1 kapsul setengah jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.

Untuk Pengobatan : 3 x 2 kapsul, atau hubungi konsultan herbal Anda. 

ISI: 210 Kapsul

Harga : Rp. 100.000

Untuk Info Dan Pemesanan Hubungi:
Abie Sabiella
Ym: abiesabiella@yahoo.co.id
E-Mail: abiesabiella@yahoo.co.id
Hp : 0817 7470 21
Pin BB 29822667


Selasa, 26 Juni 2012

Biar Allah saja yang mengenal-ku...

Ada sebuah pesan menarik dari seorang ulama salaf yang penting sekali untuk kita renungkan dalam menapaki perjalanan hidup kita,

Tu’rafuna fi ahlis-sama’ wa tukhfuna fi ahlil ardhi.

Berusahalah agar kalian lebih dikenal oleh para penghuni langit, walau tak seorangpun penduduk bumi yang mengenal kalian.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut tipe manusia seperti ini dengan sebutan Al Akhfiya’; manusia-manusia tersembunyi. Beliau juga mengatakan Allah Azza wa Jalla sangat mencintai manusia tipe ini.

Mereka tidak pernah peduli apa kata manusia tentang mereka, sebab -bagi mereka- yang penting adalah apa kata Allah tentang mereka. Itulah sebabnya, mereka tidak pernah mengalami kegilaan akan kemasyhuran.

Tidak seperti manusia - manusia abad ini, justru popularitas menjadi tujuan hidup mereka yang pada akhirnya mereka tertipu dengan tipu daya dunia.


Sungguh hal ini sangat berbeda dengan yang di lakukan ulama salaf yang selalu menyembunyikan diri mereka dan menasehatkan agar kita pun tidak usah mencari ketenaran.

Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Wahai hamba Allah, sembunyikanlah selalu kedudukan muliamu. Jagalah selalu lisanmu. Minta ampunlah terhadap dosa-dosamu, juga dosa yang diperbuat kaum mukminin dan mukminat sebagaimana yang diperintahkan padamu.”

Abu Ayub As Sikhtiyani mengatakan, “Seorang hamba sama sekali tidaklah jujur jika keinginannya hanya ingin mencari ketenaran.”[1]

Ibnul Mubarok mengatakan bahwa Sufyan Ats Tsauri pernah menulis surat padanya, “Hati-hatilah dengan ketenaran.”[2]

Daud Ath Tho’i mengatakan, “Menjauhlah engkau dari manusia sebagaimana engkau menjauh dari singa.”[3] Maksudnya, tidak perlu kita mencari-cari ketenaran ketika beramal sholih.
Imam Ahmad mengatakan, “Beruntung sekali orang yang Allah buat ia tidak tenar.” Beliau juga pernah mengatakan, “Aku lebih senang jika aku berada pada tempat yang tidak ada siapa-siapa.”[4]

Dzun Nuun mengatakan, “Tidaklah Allah memberikan keikhlasan pada seorang hamba kecuali ia akan suka berada di jubb (penjara di bawah tanah) sehingga tidak dikenal siapa-siapa.”[5]
Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Rahimahullahu ‘abdan akhmala dzikrohu (Moga-moga Allah merahmati seorang hamba yang tidak ingin dirinya dikenal/tenar)”[6]

Basyr bin Al Harits Al Hafiy mengatakan, “Aku tidak mengetahui ada seseorang yang ingin tenar kecuali berangsur-angsur agamanya pun akan hilang. Silakan jika ketenaran yang dicari. Orang yang ingin mencari ketenaran sungguh ia kurang bertakwa pada Allah.” Suatu saat juga Basyr mengatakan, “Orang yang tidak mendapatkan kelezatan di akhirat adalah orang yang ingin tenar.”[7]

Ibrohim bin Ad-ham mengatakan, “Tidaklah bertakwa pada Allah orang yang ingin kebaikannya disebut-sebut orang.”[8]

Cobalah lihat bagaimana ulama salaf dahulu tidak ingin dirinya tenar. Al Hasan Al Bashri pernah menceritakan mengenai Ibnul Mubarok. Suatu saat Ibnul Mubarok pernah datang ke tempat sumber air di mana orang-orang banyak yang menggunakannya untuk minum. Tatkala itu orang-orang pun tidak ada yang mengenal siapa Ibnul Mubarok.

Orang-orang pun akhirnya saling berdesakan dengan beliau dan saling mendorong untuk mendapatkan air tersebut. Tatkala selesai dari  mendapatkan minuman, Ibnul Mubarok pun mengatakan pada Al Hasan Al Bashri, “Kehidupan memang seperti ini. Inilah yang terjadi jika kita tidak terkenal dan tidak dihormati.” Lihatlah Ibnul Mubarok lebih senang kondisinya tidak tenar dan tidak menganggapnya masalah.[9]

 abie sabiella, 25 juni 2012.

Sumber Rujukan :
- Rumaysho
- Chairunnisa al hikam
________________________________________
[1] Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 276.
[2] Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 277.
[3] Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 278.
[4] Idem
[5] Idem
[6] Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 280.
[7] Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 284.
[8] Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 286.
[9] Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 284 dan 288.

HADITS KEDUAPULUH TUJUH (Jauhilah Hal Yang Meresahkan)




عَنْ النَّوَّاسِ بنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ : الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ . [رَوَاهُ مُسْلِم] .

وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : أَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : جِئْتَ تَسْألُ عَنِ الْبِرِّ قُلْتُ : نَعَمْ، قَالَ : اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ، الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ، وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ “

[حديث حسن رويناه في مسندي الإمامين أحمد بن حنبل والدارمي بإسناد حسن]




Terjemah hadits / ترجمة الحديث  :

Dari Nawwas bin Sam’an radhiallahuanhu, dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda : “Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa mengaggu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui  manusia “

(Riwayat Muslim)

Dan dari Wabishah bin Ma’bad radhiallahuanhu dia berkata : Saya mendatangi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, lalu beliau bersabda : Engkau datang untuk menanyakan kebaikan ?, saya menjwab : Ya. Beliau bersabda : Mintalah pendapat dari hatimu, kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati tenang karenanya, dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.

(Hadits hasan kami riwayatkan dari dua musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad Darimi dengan sanad yang hasan)


Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :

1.     Tanda perbuatan dosa adalah timbulnya keragu-raguan dalam jiwa dan tidak suka kalau hal itu diketahui orang lain.

2.     Siapa yang ingin melakukan suatu perbuatan maka hendaklah dia menanyakan hal tersebut pada dirinya .

3.     Anjuran untuk berakhlak mulia karena akhlak yang mulia termasuk unsur kebaikan yang sangat besar.

4.     Hati seorang mu’min akan tenang dengan perbuatan yang halal dan gusar dengan perbuatan haram.

5.     Melihat terlebih dahulu ketetapan hukum sebelum mengambil tindakan. Ambillah yang paling dekat dengan ketakwaan dan kewara’an dalam agama.

6.     Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam  ketika menyampaikan sesuatu kepada para shahabatnya selalu mempertimbangkan kondisi mereka.

7.     Perhatian Islam terhadap pendidikan sisi agama yang bersifat internal dalam hati orang beriman dan meminta keputusannya sebelum mengambil tindakan.


Media Muslim INFO Project | http://www.mediamuslim.info | Indonesia @ 1428 H / 2007 M

Jumat, 22 Juni 2012

Kisah Islamnya Seorang Amerika Melihat Shaf Kaum Muslimin

 

Ada satu kisah di Saluran TV Majd beberapa tahun silam, nama program acaranya “Satu Keluarga”. Adalah Dr. Yahya sebagai Da’i / Penceramahnya kala itu, dengan lantang ia mengatakan bahwa umat Muslim itu memang tidak pernah teratur, yang dibutuhkan umat Muslim adalah satu keyakinan untuk dapat melakukan suatu aksi.

Lantas beliaupun menceritakan satu kisah seseorang Amerika Non-Muslim yang memperbincangkan tentang Islam seraya menyaksikan sebuah program Live (siaran langsung) di sebuah channel lain.

Orang Amerika tersebut sangat kagum dengan dengan kerumunan orang-orang di Masjidil Haram, ada lebih dari 3 Juta orang pada waktu itu yang berkumpul untuk shalat Isya di malam terakhir bulan Ramadhan.
Kondisinya sangat ramai dengan kerumunan orang-orang yang saling hilir mudik tidak beraturan.

Lalu Da’i tersebut bertanya kepada orang Amerika tadi: “Menurut anda, berapa lama waktu yang dibutuhkan supaya orang orang itu bisa baris dengan rapi ?”

Dan orang Amerika itupun menjawab: “Dua sampai tiga jam.”

Dan Da’i tadi menyatakan: “Itu Masjidil Haram mempunyai 4 tingkat.”

Si Amerika pun menjawab: “Kalo gitu butuh waktu dua belas jam.”

Sang Da’i pun kembali menjelaskan: “Mereka yang kamu lihat di TV itu datang dari negara berbeda & juga berbeda bahasa antara satu dengan yang lainnya.”

Kembali orang Amerika itu menyanggah: “Wah, kalo begitu mereka sama sekali tidak mungkin bisa dibariskan.”

Akhirnya waktu shalat itupun tiba dengan tanda bunyinya suara Iqamah. Tampak Sheikh Abdur-Rahman as-Sudais [imam besar Masjidil Haram] berdiri di posisi paling depan seraya berkata :

“Istawuu / آستوو”
Yang artinya “Luruskanlah shaf / barisan kalian masing-masing”.

Maka berdirilah jutaan jama’ah tersebut dalam shaf-shaf / barisan yang tersusun menjadi rapi, dan membutuhkan waktu tidak lebih dari dua menit. Lihatlah betapa agungnya agama ini, dengan memiliki sistemnya sendiri.

Si Amerika tadi terperanjat dengan argumennya sendiri yang dipatahkan oleh kenyataan yang ada di depannya. Dipandanginya layar TV sejenak, dan kemudian ia mengucapkan :

“أشهد ان لا اله الا الله و اشهد ان محمدا رسول الله”

Many thanks to my brother MA Tamimi for sharing the story

NOTE :
1) Bagi yang belum pernah berkunjung ke Baitullaah, harap diperhatikan, gambar diatas hanyalah sekedar ilustrasi saja, dimana pada gambar tersebut adalah pada saat Sheikh berkunjung ke Lahore, Pakistan.
Dan memimpin shalat Maghrib di بادشاہی مسجد / masjid Badshahi yaitu masjid terbesar kedua setelah masjid King Faisal di Islamabad yang selesai dibangun pada tahun 1673 oleh Moghal Emperor Aurangzeb.
[Video dapat dilihat disini : http://youtu.be/Fh_pbwJnV6w]

2) sedangkan kebiasaan khas sang Sheikh dalam memimpin jama’ah dengan mengucapkan “Istawuu” dapat juga disaksikan pada video-video yang lain saat beliau memimpin shalat berjama’ah.
[Sekedar contoh : http://youtu.be/AljHYLMhzZw]

© fb Haran Levi publish kembali oleh Moslemsunnah.Wordpress.com

Kamis, 21 Juni 2012

HARI INI DALAM CATATAN...




Dalam menapaki perjalanan hidup ini tidak mustahil kita akan di pertemukan dengan orang - orang yang culas, dengki, curang, gak amanah bahkan orang dzalim sekalipun...

Yang mereka - mereka itu akan bertindak dengan sebuah perbuatan yang sangat merugikan kepentingan kita...

Sedangkan kita, tidak pantas untuk melakukan tindakan yang sama atas perlakuan mereka terhadap kita, karena..., jika kita melakukan perbuatan yang sama seperti mereka, maka status kita tak ubahnya seperti mereka...

Lalu apa yang harus kita lakukan...???

Sebagai hamba yang berdiri di atas barisan hamba - hamba yang 'hanif" tentu kita akan mempertahankan status terhormat itu, dengan cara tetap bersabar dan jika mampu balaslah ke culasan mereka dengan sebait "DOA" semoga mereka segera menyadari kekeliruannya dan bergabung ke barisan kita...

Sahabat yang hanif...,
Tetaplah Istiqomah dan bersabar, karena jalan yang sedang kita lalui saat ini adalah bukan jalan - jalan yang banyak di lalui kebanyakan orang, tapi jalan jalannya hamba - hamba pilihan...

keep the spirit ... because Allah has promised us in heaven ...

abie Sabiella, 

...untukmu hamba yang hanif...

21 Juni 2012

Rabu, 20 Juni 2012

Ku tulis apa yang kurasakan ...

Mencoba mengulang kembali hal-hal yang pernah kulakukan, kurasakan...
Saat semua kenangan ku ukir melalui tulisan ini, di sana ada tangisan, derai  air mata, gelak tawa, luka dan bahagia..., ku simpan dan ku abadikan di Kanfas cinta ini...
# @bie Sabiella #

Selasa, 19 Juni 2012

MAAF - KAN...



Maafkan aku, de’…

Bukan maksud aku ingin menyakitimu, melukai hatimu…, bukan sama sekali bukan..


Tapi kakak hanya ingin mengajarkan padamu tentang cara bersikap yang baik  pada orang lain, karena setiap orang siapapun dia, dari latar belakang manapun dari status social yang paling rendah sekalipun pada fitrahnya ingin mendapatkan penghargaan, ingin di hargai, ingin di akui keberadaannya.

Karenanya setiap pribadi tidak ingin di rendahkan, di remehkan, dan di alpha-kan eksistensinya di komunitas kehidupan ini.

Maafkan kaka’, Ade’ qu…

Maafkan kaka’mu yang tak pernah bisa membuatmu nyaman di dekatku.
Maafkan kaka’ yang selalu berkomentar setiap kali engkau mengenakan pakaian yang kaka’ anggap aneh dari biasanya, yang menurut kaka’ itu sebuah kesalahan hatta ade’ acap kali menyangkalnya semuanya itu…
Maafkan kaka’ yang selalu menyalahkanmu dengan beribu pertanyaan di benakmu…

“Aku salah apa, kakaku…?  “Kenapa kakak selalu memarahiku…?


Maafkan aku, ade’sholehah…
Maafkan kaka’...

Mungkin caraku salah, dan terlalu frontal menghadapi sikapmu,  keras kepalamu, dan emosimu yang meluap-luap, dan yang  selalu merasa benar, sekalipun itu salah…

Memang…,

Aku tak sesabar  abah, yang selalu membelamu, dan kaka’ pun  tak sebijak ummi, dan tak sebaik hati ummi yang memanjakan ade’ selama ini…

Tidak-kah dikau tau ade’qu…
Bukankah yang kaka’ lakukan itu semata – mata agar dirimu selalu tetap dalam kebaikan, Istiqomah dan tegar di atasnya. Memangnya kaka’ untung apa…? Kaka’ tak mendapatkan keuntungan sedikitpun dari apa yang kaka’ lakukan buatmu ade’qu…

Maafkan kk ya de’…
Insya Allah, kaka’ akan berusaha memperbaiki diri, merubah sikapku  yang ( ade’ anggap ) salah, dan berusaha menjadi  sosok kaka’ yang terbaik untukmu…

Kaka’ sayang kamu dek…,Saaaaangat  sayang…
J

Sebuah puisi buat Ade’…

tersenyumlah saat kau mengingatku,
karena saat itu aku sangat merindukanmu,,,

menangislah saat kau merindukanku,
karena saat itu aku pasti tak berada disamping mu,,,

tapi, pejamkanlah mata indahmu itu,
karena saat itu aku akan terasa ada didekatmu,
karena kau telah berada dihatiku untuk selamanya,,,,,

Kini tak ada yang tersisia di sini,
tinggalah kenangan yang indah bersamamu,,,,

mata indah yang dengannya aku bisa melihat keindahan cinta
mata indah yang dahulu sering ku saksikan
kini semuanya terasa jauh, lenyap meninggalkanku…


betapapun hati ini telah terpikat pada sosok terang dalam kegelapanku,
yang tengah menghidupkan lentera jiwaku, namun tak dapat menyinari dan menghangatkan perasaanku yang sesungguhnya yang selalu membara saat – saat hadirmu nyata…



aku rasa tak ada cinta yang lain selain cintamu, yang mampu menggelorakan jiwa ini,
karena mereka tak  mampu tandingi sosokmu dalam jiwaku,
kau tak kan pernah terganti…

ba’ pecahan logam mengalahkan kesunyian, kesendirian dan kesedihanku, nyatanya kini aku telah kehilanganmu…


Jakarta, 19 Juni 2012

Abie Sabiella

Isbal Tanpa Bermaksud Sombong


Ana mau tanya Ustadz Apakah berdosa pelaku isbal itu…! Ana kekantor memakai celana panjang dibawah mata kaki..tapi ana tidak ada maksud untuk berlaku sombong…! mohon penjelasan. Trimakasih
Syaiful
Email: syaiful_uxxx@plasa.com


Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal menjawab:

Mungkin sebagian orang sering menemukan di sekitarnya orang-orang yang celananya di atas mata kaki (cingkrang). Bahkan ada yang mencemoohnya dengan menggelarinya sebagai ‘celana kebanjiran’. Pembahasan kali ini –insya Allah- akan sedikit membahas mengenai cara berpakaian seperti ini apakah memang pakaian ini merupakan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau bukan.

Penampilan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Celana Setengah Betis

Perlu diketahui bahwasanya celana di atas mata kaki adalah sunnah dan ajaran Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini dikhususkan bagi laki-laki, sedangkan wanita diperintahkan untuk menutup telapak kakinya. Kita dapat melihat bahwa pakaian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berada di atas mata kaki sebagaimana dalam keseharian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dari Al Asy’ats bin Sulaim, ia berkata :

سَمِعْتُ عَمَّتِي ، تُحَدِّثُ عَنْ عَمِّهَا قَالَ : بَيْنَا أَنَا أَمْشِي بِالمَدِيْنَةِ ، إِذَا إِنْسَانٌ خَلْفِي يَقُوْلُ : « اِرْفَعْ إِزَارَكَ  ، فَإِنَّهُ أَنْقَى» فَإِذَا هُوَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّمَا هِيَ بُرْدَةٌ  مَلْحَاءُ) قَالَ : « أَمَّا لَكَ فِيَّ أُسْوَةٌ  ؟ » فَنَظَرْتُ فَإِذَا إِزَارَهُ إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ

Saya pernah mendengar bibi saya menceritakan dari pamannya yang berkata, “Ketika saya sedang berjalan di kota Al Madinah, tiba-tiba seorang laki-laki di belakangku berkata, ’Angkat kainmu, karena itu akan lebih bersih.’ Ternyata orang yang berbicara itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku berkata,Sesungguhnya yang kukenakan ini tak lebih hanyalah burdah yang bergaris-garis hitam dan putih”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah engkau tidak menjadikan aku sebagai  teladan?” Aku melihat kain sarung beliau, ternyata ujung bawahnya di pertengahan kedua betisnya.” (Lihat Mukhtashor Syama’il Muhammadiyyah, hal. 69, Al Maktabah Al Islamiyyah Aman-Yordan. Beliau katakan hadits ini shohih)

Dari Hudzaifah bin Al Yaman, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang salah satu atau kedua betisnya. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

هَذَا مَوْضِعُ الإِزَارِ فَإِنْ أَبِيْتَ فَأَسْفَلَ فَإِنْ أَبِيْتَ فَلاَ حَقَّ لِلإِْزَارِ فِي الْكَعْبَيْنِ

Di sinilah letak ujung kain. Kalau engkau tidak suka, bisa lebih rendah lagi. Kalau tidak suka juga, boleh lebih rendah lagi, akan tetapi tidak dibenarkan kain tersebut menutupi mata kaki.” (Lihat Mukhtashor Syama’il Al Muhammadiyyah, hal.70, Syaikh Al Albani berkata bahwa hadits ini shohih)

Dari dua hadits ini terlihat bahwa celana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berada di atas mata kaki sampai pertengahan betis. Boleh bagi seseorang menurunkan celananya, namun dengan syarat tidak sampai menutupi mata kaki. Ingatlah, Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai teladan terbaik bagi kita dan bukanlah professor atau doctor atau seorang master yang dijadikan teladan.  Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab [60] : 21)

Menjulurkan Celana Hingga Di Bawah Mata Kaki

Perhatikanlah hadits-hadits yang kami bawakan berikut ini yang sengaja kami bagi menjadi dua bagian. Hal ini sebagaimana kami ikuti dari pembagian Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah dalam kitab beliau Syarhul Mumthi’ padaBab Satrul ‘Awrot

Pertama: Menjulurkan celana di bawah mata kaki dengan sombong

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلاَءَ

Allah tidak akan melihat kepada orang yang menyeret pakaianya dalam keadaan sombong.” (HR. Muslim no. 5574).

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma juga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الَّذِى يَجُرُّ ثِيَابَهُ مِنَ الْخُيَلاَءِ لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Sesungguhnya orang yang menyeret pakaiannya dengan sombong, Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.” (HR. Muslim no. 5576)

Masih banyak lafazh yang serupa dengan dua hadits di atas dalam Shohih Muslim.
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Ada tiga orang yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat nanti, tidak dipandang, dan tidak disucikan serta bagi mereka siksaan yang pedih.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tiga kali perkataan ini. Lalu Abu Dzar berkata,

خَابُوا وَخَسِرُوا مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ

Mereka sangat celaka dan merugi. Siapa mereka, Ya Rasulullah?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ

Mereka adalah orang yang isbal, orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian dan orang yang melariskan dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim no. 306). 

Orang yang isbal (musbil) adalah orang yang menjulurkan pakaian atau celananya di bawah mata kaki. 

Kedua: Menjulurkan celana di bawah mata kaki tanpa sombong

Dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ مِنَ الإِزَارِ فَفِى النَّارِ

Kain yang berada di bawah mata kaki itu berada di neraka.” (HR. Bukhari no. 5787)

Dari hadits-hadits di atas terdapat dua bentuk menjulurkan celana dan masing-masing memiliki konsekuensi yang berbeda. Kasus yang pertama -sebagaimana terdapat dalam hadits Ibnu Umar di atas- yaitu menjulurkan celana di bawah mata kaki (isbal) dengan sombong. Hukuman untuk kasus pertama ini sangat berat yaitu Allah tidak akan berbicara dengannya, juga tidak akan melihatnya dan tidak akan disucikan serta baginya azab (siksaan) yang pedih. Bentuk pertama ini termasuk dosa besar.

Kasus yang kedua adalah apabila seseorang menjulurkan celananya tanpa sombong. Maka ini juga dikhawatirkan termasuk dosa besar karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengancam perbuatan semacam ini dengan neraka.

Perhatikan bahwasanya hukum di antara dua kasus ini berbeda. Tidak bisa kita membawa hadits muthlaq dari Abu Huroiroh pada kasus kedua ke hadits muqoyyad dari Ibnu Umar pada kasus pertama karena hukum masing-masing berbeda. Bahkan ada sebuah hadits dari Abu Sa’id Al Khudri yang menjelaskan dua kasus ini sekaligus dan membedakan hukum masing-masing. Lihatlah hadits yang dimaksud sebagai berikut.

إِزْرَةُ الْمُسْلِمِ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ وَلاَ حَرَجَ – أَوْ لاَ جُنَاحَ – فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْكَعْبَيْنِ مَا كَانَ أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ فَهُوَ فِى النَّارِ مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا لَمْ يَنْظُرِ اللَّهُ إِلَيْهِ

Pakaian seorang muslim adalah hingga setengah betis. Tidaklah mengapa jika diturunkan antara setengah betis dan dua mata kaki. Jika pakaian tersebut berada di bawah mata kaki maka tempatnya di neraka. Dan apabila pakaian itu diseret dalam keadaan sombong, Allah tidak akan melihat kepadanya (pada hari kiamat nanti).” (HR. Abu Daud no. 4095. Dikatakanshohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih Al Jami’ Ash Shogir, 921)

Jika kita perhatikan dalam hadits ini, terlihat bahwa hukum untuk kasus pertama dan kedua berbeda.
Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa jika menjulurkan celana tanpa sombong maka hukumnya makruh karena menganggap bahwa hadits Abu Huroiroh pada kasus kedua dapat dibawa ke hadits Ibnu Umar pada kasus pertama. Maka berarti yang dimaksudkan dengan menjulurkan celana di bawah mata kaki sehingga mendapat ancaman (siksaan) adalah yang menjulurkan celananya dengan sombong. Jika tidak dilakukan dengan sombong, hukumnya makruh. Hal inilah yang dipilih oleh An Nawawi dalam Syarh Muslim dan Riyadhus Shalihin, juga merupakan pendapat Imam Syafi’i serta pendapat ini juga dipilih oleh Syaikh Abdullah Ali Bassam di Tawdhihul Ahkam min Bulughil Marom -semoga Allah merahmati mereka-.

Namun, pendapat ini kurang tepat. Jika kita melihat dari hadits-hadits yang ada menunjukkan bahwa hukum masing-masing kasus berbeda. Jika hal ini dilakukan dengan sombong, hukumannya sendiri. Jika dilakukan tidak dengan sombong, maka kembali ke hadits mutlak yang menunjukkan adanya ancaman neraka. Bahkan dalam hadits Abu Sa’id Al Khudri dibedakan hukum di antara dua kasus ini. Perhatikan  baik-baik hadits Abu Sa’id di atas: Jika pakaian tersebut berada di bawah mata kaki maka tempatnya di neraka. Dan apabila pakaian itu diseret dalam keadaan sombong, Allah tidak akan melihat kepadanya (pada hari kiamat nanti). Jadi, yang menjulurkan celana dengan sombong ataupun tidak, tetap mendapatkan hukuman.  

Wallahu a’lam bish showab.

Catatan: Perlu kami tambahkan bahwa para ulama yang menyatakan makruh seperti An Nawawi dan lainnya, mereka tidak pernah menyatakan bahwa hukum isbal adalah boleh kalau tidak dengan sombong. Mohon, jangan disalahpahami maksud ulama yang mengatakan demikian. Ingatlah bahwa para ulama tersebut hanya menyatakan makruh dan bukan menyatakan boleh berisbal. Ini yang banyak salah dipahami oleh sebagian orang yang mengikuti pendapat mereka. Maka hendaklah perkara makruh itu dijauhi, jika memang kita masih memilih pendapat yang lemah tersebut. Janganlah terus-menerus dalam melakukan yang makruh. Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua.

Sedikit Kerancuan, Abu Bakar Pernah Menjulurkan Celana Hingga di Bawah Mata Kaki

Bagaimana jika ada yang berdalil dengan perbuatan Abu Bakr di mana Abu Bakr dahulu pernah menjulurkan celana hingga di bawah mata kaki?

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah pernah mendapat pertanyaan semacam ini, lalu beliau memberikan jawaban sebagai berikut.

Adapun yang berdalil dengan hadits Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu, maka kami katakan tidak ada baginya hujjah (pembela atau dalil) ditinjau dari dua sisi.

Pertama, Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu mengatakan, ”Sesungguhnya salah satu ujung sarungku biasa melorot kecuali jika aku menjaga dengan seksama.” Maka ini bukan berarti dia melorotkan (menjulurkan) sarungnya karena kemauan dia. Namun sarungnya tersebut melorot dan selalu dijaga. Orang-orang yang isbal (menjulurkan celana hingga di bawah mata kaki, pen) biasa menganggap bahwa mereka tidaklah menjulurkan pakaian mereka karena maksud sombong. Kami katakan kepada orang semacam ini : Jika kalian maksudkan menjulurkan celana hingga berada di bawah mata kaki tanpa bermaksud sombong, maka bagian yang melorot tersebut akan disiksa di neraka. Namun jika kalian menjulurkan celana tersebut dengan sombong, maka kalian akan disiksa dengan azab (siksaan) yang lebih pedih daripada itu yaitu Allah tidak akan berbicara dengan kalian pada hari kiamat, tidak akan melihat kalian, tidak akan mensucikan kalian dan bagi kalian siksaan yang pedih.

Kedua, Sesungguhnya Abu Bakr sudah diberi tazkiyah (rekomendasi atau penilaian baik) dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamdan sudah diakui bahwa Abu Bakr tidaklah melakukannya karena sombong. Lalu apakah di antara mereka yang berperilaku seperti di atas (dengan menjulurkan celana dan tidak bermaksud sombong, pen) sudah mendapatkan tazkiyah dan syahadah(rekomendasi)?! Akan tetapi syaithon membuka jalan untuk sebagian orang agar mengikuti ayat atau hadits yang samar (dalam pandangan mereka, pen) lalu ayat atau hadits tersebut digunakan untuk membenarkan apa yang mereka lakukan. Allah-llah yang memberi petunjuk ke jalan yang lurus kepada siapa yang Allah kehendaki. Kita memohon kepada Allah agar mendapatkan petunjuk dan ampunan. (Lihat Fatawal Aqidah wa Arkanil Islam, Darul Aqidah, hal. 547-548).

Marilah Mengagungkan dan Melaksanakan Ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ

Barangsiapa yang menta’ati Rasul, sesungguhnya ia telah menta’ati Allah.” (QS. An Nisa’ [4] : 80)

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An Nur [24] : 63)

وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ

Dan jika kamu ta’at kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (QS. An Nur [24] : 54)
Hal ini juga dapat dilihat dalam hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu seolah-olah inilah nasehat terakhir Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehati para sahabat radhiyallahu ‘anhum,

فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

Berpegangteguhlah dengan sunnahku dan sunnah khulafa’ur rosyidin yang mendapatkan petunjuk (dalam ilmu dan amal). Pegang teguhlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban. At Tirmidizi mengatakan hadits ini hasan shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targhib wa At Tarhib no. 37)

Salah seorang khulafa’ur rosyidin dan manusia terbaik setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar Ash Shiddiqradhiyallahu ‘anhu mengatakan,

لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ

Aku tidaklah biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (Lihat Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa atsar ini shohih)

Sahabat Sangat Perhatian dengan Masalah Celana

Sebagai penutup dari pembahasan ini, kami akan membawakan sebuah kisah yang menceritakan sangat perhatiannya salaf (shahabat) dengan masalah celana di atas mata kaki, sampai-sampai di ujung kematian masih memperingatkan hal ini.

Dalam shohih Bukhari dan shohih Ibnu Hibban, dikisahkan mengenai kematian Umar bin Al Khaththab setelah dibunuh seseorang ketika shalat. Lalu orang-orang mendatanginya di saat menjelang kematiannya. Lalu datanglah pula seorang pemuda. Setelah Umar ngobrol sebentar dengannya, ketika dia beranjak pergi, terlihat pakaiannya menyeret tanah (dalam keadaan isbal). Lalu Umar berkata,

رُدُّوا عَلَىَّ الْغُلاَمَ

Panggil pemuda tadi!” Lalu Umar berkata,

ابْنَ أَخِى ارْفَعْ ثَوْبَكَ ، فَإِنَّهُ أَبْقَى لِثَوْبِكَ وَأَتْقَى لِرَبِّكَ ،

Wahai anak saudaraku. Tinggikanlah pakaianmu! Sesungguhnya itu akan lebih mengawetkan pakaianmu dan akan lebih bertakwa kepada Rabbmu.

Jadi, masalah isbal (celana menyeret tanah) adalah perkara yang amat penting. Jika ada yang mengatakan ‘kok masalah celana saja dipermasalahkan?’ Maka cukup kisah ini sebagai jawabannya. Kita menekankan masalah ini karena salaf (shahabat) juga menekankannya. -Semoga kita dimudahkan dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah-

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin. Semoga Allah selalu memberikan ilmu yang bermanfaat, rizki yang thoyib, dan menjadikan amalan kita diterima di sisi-Nya. Innahu sami’un qoriibum mujibud da’awaatAlhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Selesai disusun di Yogyakarta,
pada siang hari, hari ke-29 bulan Shofar tahun 1429 H
bertepatan dengan hari ‘ied umat Islam setiap pekannya (Jum’at), 7 Maret 2008

***
Penulis: Muhammad Abduh Tuasika

Minggu, 17 Juni 2012

Ketika Nasehat di Tolak...:(




Kenapa kamu yang marah..!!!
Toh aku yang ngejalanin kok,  lagian itu keinginan orang tuaku, masya’ iya aku harus menentangnya…

Sepenggal sanggahan dari seorang hamba Allah setelah mendapat kririkan dari sahabatnya, yang ternyata nasehatnya di tolak…

Ternyata tidak semua nasehat bisa di terima, bukan hanya orang – orang awam ( Badui gunung ) yang menolak pesan – pesan Ilahiyah namun orang – orang yang di anggap mengerti banyak hal dan tinggal di perkotaan pun bisa sangat mungkin menolak sebuah nasehat, bahkan alasannya (pembelaannya) di buat – buat se-ilmiah mungkin supaya kesalahannya dapat terlindungi dengan argument itu.

Teringat sebuah hadits Nabi yang termuat dalam bab Al-kibru (kesombongan),

Nabi telah menjelaskan Al-kibru (kesombongan) itu adalah: 

الْكِبْرُ بَطْرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

Menolak kebenaran dan merendahkan manusia”.
Adapun batharul haq artinya mengingkari kebenaran dan menolaknya. Sedang ghomthunaas artinya meremehkan mereka (manusia).

Semoga kita terhindar dari virus yang sangat membahayakan ini, dimana siapapun yang terinveksi virus ini akan mengalami penderitaan yang panjang dan penyesalan yang abadi, karena syurga mengharamkan dirinya.

Dari Abdullah Bin Mas’ud radhiayallahu’anhu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

وعن عبداللّه بن مسعودرضى اللّه عنه عن النّبىّ صلّى اللّه عليه وسلّم قال : لايدخل الجنّةمن كان فى قلبه مثقال ذرّةمن كبر ، فقال رجل : انّ الرّجل يحبّ ان يكون ثوبه حسناونعله حسنة ، قال : انّ اللّه جميل يحبّ الجمال . الكبر : بطرالحقّ وغمط النّاس (رواه مسلم)٠

Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebesar dzarrah dari kesombongan.” Salah seorang shahabat lantas bertanya: “Sesungguhnya seseorang senang jika bajunya bagus dan sandalnya baik?” Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Dzat yang Maha Indah dan senang dengan keindahan, Al-Kibru (sombong) adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”(HR Muslim dalam Shahih-nya, Kitabul Iman, Bab: Tahrimul Kibri wa Bayanuhu)


Ketahuilah, sesungguhnya agama itu Nasehat, Rasulullah Shalallahualaihi wassalam bersabda:

’’Agama itu nasihat, kami (para sahabat) menjawab, bagi siapa, ya Rasul?’’ Maka Beliau Shalallahualaihi wassalam bersabda,’’ Bagi Allah, rasul-Nya, pemimpin umat Islam dan setiap orang Islam,’’ (HRMuslim).

Dan kita ketahui bersama di dalam al qur’an pun telah di jelaskan pada surat Al 'Ashr bahwasannya kita di anjurkan untuk saling mengingatkan serta saling memberi nasehat. Karena dengan saling member nasehat dan mengingatkan, aku berharap, kita semua tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi. Sebagaimana penjelasan Al Qur’an berikut ;

“Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. 103. 2-3).

Sahabat…

Sebagai sesama muslim yang terikat dalam tali persaudaraan yang kuat dalam iman dan Islam, kita juga sudah semestinya untuk saling mengingatkan agar kita terus-menerus mencari kebenaran dalam ber-Islam, kapan-pun dan di mana-pun.


Para pendahulu kita ( ulama salaf ) tidak sedikit di antara mereka sangat senang jika di ingatkan akan sebuah kekeliruan yang mereka lakukan, karena mereka merasa di selamatkan dari kekeliruannya itu, berbeda dengan orang - orang zaman sekarang, ketika di ingatkan justru membantahnya dan merasa tidak bersalah bahkan bangga atas apa yang mereka lakukan, Naudzubillah min dzalik...

Betapa kebenaran itu harus kita cari / kita terima dari mana-pun / dari siapapun, Apalagi jika berasal dari saudaramu sesama muslim. Karena sesungguhnya kebenaran itu adalah milik Allah. 

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan dengannya maka akan memberikan kepadanya pemahaman dalam agama Islam”. (Muttafaq 'Alaih)

Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).Qs. al Baqarah : 269.

Smoga Bermanfaat…

Abie Sabiella

Senja di jakarta, 17 Juni 2012

Kewajibanmu adalah Hak-ku...




Allah Ta'ala berfirman,

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta'at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya , maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (An-Nisa': 34)

بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ

"karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita)"

Ayat di atas menggambarkan tentang metode yang berguna untuk keluarga dan kehidupan rumah tangga. Seorang suami dituntut untuk mengatur, meluruskan, dengan tegas terhadap istrinya. Seorang suuami wajib bekerja mencari rizqi dari kebutuhan primer maupun sekunder, sebaliknya istri tidak diwajibkan atas hal itu. Makanya, suami itu seperti seorang pengembala yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya, sehingga dengan superioritasnya seorang suami harus mengurus rumah tangganya sesuai dengan Syariat Allah Ta'ala.
Sedangkan  sikap seorang istri harus menghargai dan menerima pemberian suami.
Seorang istri wajib menerima pemberian dengan senang hati, meski pemberian itu kurang berkenan dihatinya, Menjaga kehormatan diri dan harta suami,

Sabda Rasulullah Shalallahualaihi wassalam, “Perempuan (istri) adalah pemimpin di rumah suaminya dan bakal ditanya tentang kepemimpinannya itu serta tentang harta suaminya.” (HR. Bukhari-Muslim).

Menyenangkan hati suami, Untuk itu Rasulullah menganjurkan agar para istri berdandan dihadapan suaminya.
“Sebaik-baiknya perempuan (istri) ialah yang menyenangkanmu jika engkau memandangnya.” (HR. Tabrani).

Sangat mudah bagi istri untuk bisa merawat dan mempercantik diri untuk suami di rumahnya.

Melayani suami dengan baik, Pekerjaan mengatur rumah dan segala isinya adalah tugas istri termasuk juga melayani suami selama istri mampu melakukannya.

 Rasulullah Shalallahualaihi wassalam bersabda, 

“Apabila seorang suami mengajak istrinya untuk memenuhi kebutuhannya, hendaknya si istri mendatanginya meski ia sedang berada di dapur.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i)

Taat dan patuh kepada suami, Inilah kewajiban paling utama seorang istri. 

Rasulullah Shalallahualaihi wassalam bersabda,

 “Sebaik-baiknya istri ialah jika memandangnya kamu akan terhibur. Jika kamu menyuruhnya, ia akan menurut patuh. Jika kamu memintanya melakukan sesuatu, ia memenuhinya dengan baik, dan jika kamu bepergian, ia menjaga dirinya dan harta bendamu.” (HR. Nasa’i).
 Saat terjadi pertengkaran pun, istri harus tetap hormat kepada suami. Namun, perlu diingat, tidak ada ketaatan terhadap mahluk jika menyuruhnya untuk bermaksiat kepada Allah.

لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ إِنَّمَا الطَّاعَةَ فِي الْمَعْرُوْفِ

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu dalam kebaikan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu).

Embrio Konflik

Manusia bukanlah sosok mahluk  yang statis, tetapi sangat dinamis. Perasaan dapat berubah setiap waktu. Dan cinta pun dapat terbang  bahkan hilang. Ikatan pernikahan pun bisa menjadi lemah bila tidak dijaga dengan baik dan kebahagian di dalam rumah tangga pun tidak bisa dijamin akan berlangsung terus. Perlu usaha dari kedua belah pihak suami istri untuk saling menjaga keberlangsungan cinta dan kasih mereka. Ibarat sebuah pohon, tanahnya perlu dirawat, dijaga dan dipupuk.

     Tidak menutup kemungkinan dalam sebuah rumah tangga terjadi  Miscommunication  , dan tentu ini akan menjadi embrio terjadinya konflik jika antar pasangan kurang tidak menyadari  yang menjadi akar permasalahan yang memicu konflik itu, dan biasanya memang ada hak atau kewajiban suami istri yang tidak di jalankan.

sebuah pernikahan tidak akan memcapai sebuah kebahagiaan jika kedua belah pihak tidak memperhatikan hak dan kewajiban antar pasangan.   Dalam hal ini seorang istri memiliki kewajiban untuk mendengar dan mengikuti suami, namun di sisi lain istri  juga mempunyai hak terhadap suaminya untuk mencari yang terbaik ketika melakukan diskusi, tidak menutup kemungkinan ide istrilah yang di pakai untuk menentukan sebuah keputusanm namun tetaplah pihak suami yang mengesahkan putusan itu.

Sehingga, sebaiknya antara suami dan istri dapat saling ingat mengingatkan ke arah kebaikan dengan cara musyawarah, diskusi yang baik, tanpa perlu menyinggung perasaan satu sama lain.

Hak Istri Menuntut Ilmu

     Sebenarnya, seorang istri berhak mendapatkan pelajaran ilmu agama dari suaminya atau kesempatan belajar dari orang alim lainnya, dengan tetap menjaga hijab dan akhlaknya. Seorang suami harus mengawasi istrinya dalam pelaksanaan terhadap syariíat dan komitmennya, suami berkewajiban mengingatkan dan menasihati istrinya dengan cara yang baik ketika menyimpang dari syariíat. Jangan membiarkan istrinya larut dalam kesalahan dan dosa, dan suami harus bersabar menghadapi semuanya.

     Akan tetapi, manakala suami tidak memenuhi kewajiban yang semestinya, harus dilakukan sebagai konsekuensi seorang pemimpin. Apalagi kalau dia sendiri malah tidak melakasanakan ketaatan kepada Allah, maka seorang istri wajib membantu suaminya agar tetap dalam ketaatan kepada Allah SWT. Janganlah seorang istri bersikap acuh tak acuh, tidak peduli dengan suaminya.

     Istri juga jangan membebani suaminya dengan sesuatu yang berada di luar kemampuannya. Istri, hendaklah menjadi faktor pendorong dan motivator bagi suami dalam beribadah kepada Allah, berjihad di jalan Allah, berdakwah dan berakhlak yang baik, sehingga menjadi uswah (teladan) bagi lingkungan sekitarnya, Firman Allah taíala:

’’Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.....’’ (QS. Thohaa; 132 ).

     Bagaimana Caranya? Yang harus dilakukan istri adalah memberi nasihat dengan cara yang baik dan memberikan contoh. Tunjukkanlah kepada suami bahwa Anda sangat mengharapkan suami melaksanakan ibadah secara istiqamah. Kewajiban setiap orang adalah memberi nasihat kepada sesama manusia. Adapun petunjuk dan hidayah itu datang dari Allah. Jangan bosan memberi nasihat dan memberi contoh. Firman Allah Subhanahu wata’ala:

’’Serulah (manusia) kepada jalan Robb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. An-Nahl: 125)

     Hikmah, adalah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

     Rasulullah Shalallahualaihi wassalam bersabda: ’’Agama itu nasihat, kami (para sahabat) menjawab, bagi siapa, ya Rasul?’’ Maka Beliau Shalallahualaihi wassalam bersabda,’’ Bagi Allah, rasul-Nya, pemimpin umat Islam dan setiap orang Islam,’’ (HRMuslim).

     Nasihat merupakan kata-kata yang mengandung nilai-nilai kebaikan, dalam bahasa Arab, tidak ada kata atau kalimat atau ungkapan yang lebih umum untuk menggambarkan kebaikan dunia maupun akhirat daripada kata nasihat.

Konon, seruan akan lebih mengena jika dilakukan dengan menyentuh hatinya. Lakukan dengan penuh kecintaan. Ajak dengan hati, dan semoga suami anda juga menerima dengan hati.

     Budaya saling taushiyah ini akan sangat indah diterapkan antar pasangan. Berbekal keikhlasan dan cinta, saling melakukan amar maíruf nahi munkar dalam keluarga, inilah tipologi keluarga rabbaniy atau keluarga yang di dalam rumahnya ada nuansa mencari tahu (belajar, mengilmui sesuatu) dan memberitahu (mengajarkan ilmu yang diketahui), dan inilah keluarga yang bertaqwa yang berhaq mendapatkan pertolongan Allah azza wajalla, sebagaimana firman-Nya, yang artinya :

“Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.” [Ath-Thalaq : 4]

     Ikhtiar adalah sikap yang diajarkan agama kita, tentang hasilnya bisa cepat atau lambat, bahkan bisa juga gagal. Allah Subhanahu wata’ala  berfirman, ’’Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.

“ Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia,’’ QS. Ar-Ríad:11)

    Dan tidak kalah pentingnya adalah selalu berdoa. meminta pada Allah Subhanahu wata’ala, dan jangan pernah putus asa.

 ’’Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar,” (QS. Al-Baqarah :153) .

Dan ungkapan terakhir dari artikel sederhana ini, bahwasannya ;

Bila ada surga di dunia itu adalah rumah tangga yang bahagia, rumah tangga yang penuh dengan rasa sakinah, mawaddah dan rahmah. Dan bila ada neraka di dunia itu adalah rumah tangga yang hancur, suami istri saling menyalahkan, curiga, tidak saling mencintai dan jauh dari rasa sakinah mawaddah dan rahmah.

Wallahu aílam bisshawaab

Abie Sabiella
Jakarta, 17 Juni 2012


Sumber rujukan :___________
http://www .suaramerdeka.com/
http://www.eramuslim.com/
Dan dari berbagai Sumber lainnya.