Sabtu, 31 Desember 2011

OUTING AKHIR TAHUN - KU With RAMANI


Are you ready…!!!  

Teriak sang Instruktur kepada  para peserta Rafting dimana aku ada di salah satu perahu karet itu…

ini adalah kisah pengalaman keduaku bermain rafting atau arung jeram.

Setahun yang lalu aku berkesempatan untuk merasakan asyik dan serunya rafting di sebuah daerah di Sukabumi tepatnya di Citarik.


Kegiatan outing  ini sepertinya akan menjadi agenda tahunan di kantorku, maklumlah dengan jumlah staff  20 orang  lebih yang masih muda – muda jiwa petualangannya cukup lumayan tinggi . 

Kali ini kami mencoba provider Adventure yang lain yang kami anggap jauh lebih baik dalam artian paket yang kami ambil memang ada sedikit perbedaan di banding tahun yang lalu, selain Rafting, Paint Ball kami tambah satu lagi yakni Flaying fox.




Maka “Riam Jeram” adalah provider pilihan kami, di samping memang ber-BaseCamp di tepi sungai Citatih yang menjadi medan pengarungan kami kali ini, RJ memiliki tempat peristirahatan yang cukup nyaman dan sangat Asri di dukung juga dengan fasilitas lapangan bola yang memang kegilaan kami sama olah raga yang satu ini.

Tujuan kegiatan ini tidak lagi di samping untuk hiburan [refreshing ] dari penatnya dunia kerja selama  11 bulan yang lalu, acara ini bertujuan juga untuk  menambah keakraban diantara kami rekan-rekan kerja  di kantor.




Tepat hari H pagi-pagi sekali jam 03.00 wib kami serombongan berangkat dari jakarta menuju Sukabumi dengan jarak tempuh sekitar 115 km dengan menghabiskan waktu kurang lebih 5 jam. 

Setengah ngantuk kami meluncur menuju sukabumi dengan  mengendarai  satu mobil ELF , satu kijang dan satu lagi avansa, dua jam kemudian kami sampai di daerah lido tepat di kumandangkannya adzan subuh, kamipun segera menepi di sebuah masjid di pinggiran jalan dan menunaikan sholat subuh.

Subhanallah…, setelah sholat subuh usai kami melanjutkan perjalanan ke pantai  Pelabuhan Ratu. Sapaan hangat sang mentari pagi menemani perjalanan kami menuju bibir pantai di tambah lagi alam pegunungan yang menghijau membuat perjalanan kami semakin menyenangkan.




Setelah menempuh perjalanan selama lebih-kurang 5 jam dari Jakarta, kami tiba di obyek wisata pantai yang berlokasi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pantai Pelabuhan Ratu, demikianlah masyarakat menamai tempat ini. Panorama keindahan langsung menyambut setiap pengunjung sejak awal memasuki areal pantai teluk yang amat termashur di dekade-dekade lalu.


Dalam beberapa tahun terakhir, kepopuleran Pantai Pelabuhan Ratu agak menurun terutama disebabkan terbukanya akses jalan ke obyek wisata pantai di daerah lainnnya, seperti ke Pantai Carita di Provinsi Banten.

Kemudahan menjangkau Pantai Carita dan tersediannya fasilitas wisata di sana menjadikan warga Jakarta dan wisatawan lain cenderung memilih Pantai Carita sebagai tujuan berliburnya bersama keluarga.

Jarak tempuh yang cukup panjang dari Jakarta dan kesulitan akses ke lokasi Pantai Pelabuhan Ratu ini, cukup menyulitkan wisatawan.



Namun demikian, keunikan dan keistimewaan Pantai Pelabuhan Ratu sesungguhnya tetap menjadi daya tarik yang tiada duanya bagi wisatawan. Keindahan panorama alam perairan pinggiran Laut Selatan itu.



Akhirnya kamipun tiba di bibir pantai yang sangat indah ini.
Apa coba yang pertama kali kamu lakukan setelah sampai di pantai…?

Taktertahankan lagi,  jiwa keNarsis-an kami pun segera menggelora menuju titik puncak kenarsis-an kami, photo – photo…, trus berenang menantang ombak laut yang sangat mengasyikan, dan selanjutnya segera kamipun menyalurkan hobby wajib kami yakni “Main Bola” pantai…

Jarum jam menunjukan pukul 11.00 wib, kami segera meninggalkan pantai menuju Basecamp di Resort Kampung Jeram sukabumi, karena kami check – in tepat jam 13.00 wib.

Tapi sebelum sampai di lokasi kami mampir sebuah Restoran Terkenal di kalangan artis Indonesia yakni Restoran Baraya, milik Ibu Hj. Encum yang Alhamdulillah jamaah haji yang bergabung dengan kami tahun ini.



Sampai di Basecamp kami langsung sholat dhuhur jamak qoshor dengan ashar. dan segera bersiap siap untuk kegiatan pertama yakni Paint ball.


Acesoris Paint ball segera kami kenakan, seperti baju loreng, mantel anti peluru dan gugle (helm pengaman), selanjutnya menuju areal pertempuran.


Rombongan kami di bagi menjadi 4 pasukan, yang mengambil medan tempur di areal perkebunan karet yang di tumbuhi rumpur ilalang yang cukup tinggi, sehingga lumayan cukup sulit untuk mengetahui keberadaan musuh, tapi permainan berlangsung sangat seru dan menegangkan, di antara teman – teman kami ada yang tertembak kepalanya, leher dan punggungnya, aku sendiri tertembak di bagian punggung cukup lumayang sakit dan memerah, padahan sudah pake baju lapis tiga…


Selesai sudah selanjutnya kami menuju Resort kampong jeram, Qadarullah hujan deras, setelah check – in, kami pun tak panik justru senang, segera kami lari kelapangan bola yang sejak tadi nganggur menunggu kami. Bola lagi – bola lagi…




Capek main bola ternyata bikin perut kami menjadi laper sangat…
Makanan telah siap, makan dech dengan baju masih basah – basahan, apalagi dalam perjalanan tadi ada teman yang beli pete’ menu favorite kami…, Waaaoww…mantaaaaaaab….!!!


Sampai menjelang mahgrib, kami segera mandi dan siap – siap sholat mahgrib + Isya jamak qoshor dan di lanjutkan  acara bakar ikan yang ikan – ikan itu kami beli saat di pelabuhan ratu tadi pagi di sebuah pelelangan ikan yang cukup besar di pantai itu.


Malam sudah larut kamipun tidur…




Tepat jam 03.00 pagi kami bangun dan mulai antri di kamar mandi tuk mandi dan siap – siap untuk sholat subuh  yang di lanjutkan dengan TAUSYIAH yang di sampaikan oleh Ust. Ibadurrahman tentang I’DAD dan keutamaan seorang muslim yang  KUAT. jadi ingat sebuah hadits Nabi Shalallahualaihi wassalam ;  

Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, “Mu’min yang kuat lebih dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah “Qodarulloh wa maa syaa’a fa’al, Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi”. HR. Muslim




Setelah sarapan pagi, kami main Flaying fox, dengan di mulai memanjat tangga dari bambu setinggi 16 meter menuju Start. Ada kejadian lucu dan menggelikan, setelah satu, dua, tiga orang sukses meluncur  ada satu orang teman kami namanya ust.


Fahmi, temen kita satu ini memang memiliki berat badang yang cukup lumayan di atas 80kg, sejak dari bawah sudah ragu, tapi kami support akhirnya mau menaiki tangga dan menuju pos peluncuran, setelah sampai di pos ternyata gak berani meluncur karena takut, kami yang di bawah berteriak – teriak untuk kasih semangat, tapi tak membuahkan hasil.

Setelah beberapa beberapa lama, mungkin ada sampai 15 menit tegang di atas, kamipun menghitung 3 kali, satu…, dua…, tiga…, goooo…..!!!, masih juga belum membuahkan  hasil, tetap diam terpaku tak bergerak sedikitpun.

Akhirnya setelah berfikir panjang, berhasil juga meluncur ke bawah.., padahal kalau saja tau nikmatnya bermain flaying fox, antum pasti ingin mengulangnya beberapa kali. 

Coba dech..., aku saja ngulang sampai dua kali, dan yang ke duanya aku berani merentangkan tanganku sambil berteriak waaaauuuuuwww…


Jam 08.00 pagi, kami siap – siap untuk mengikuti Rafting, kemudian bergegas mengganti kostum dengan kostum “siap basah-basahan”. Celana pendek di bawah lutut dan t-shirt menjadi pilihan terbanyak di antara kami.




 Dipilihnya Sungai Cicatih di daerah Sukabumi ini , selain pemandangan alamnya yang indah juga jeram-jeramnya sangat menantang untuk diarungi dan terjaminnya aliran air dari dua sumber yaitu Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango. Disana dapat dijumpai fauna yang hidup disepanjang sungai dan juga berbagai flora yang membuat keadaaan alamnya begitu mempesona.


Tingkat kesulitan Sungai Cicatih serta jeramnya sangatlah bervariasi, mulai dari tingkat kesulitan atau “grade I sampai grade IV”. Namun masih dalam kategori aman untuk diarungi sekalipun untuk pemula.  




Setelah sampai di starting point kita persiapkan helm, life jacket a.k.a. pelampung dan dayung masing- masing sebelum turun ke sungai ada pembagian tim dan pengarahan tentang bagaimana cara mendayung yang benar, pake helm, pelampung yang benar, dan briefing singkat kode'' saat nanti kita berada di perahu.


“tak perlu panik”
“dengarkan selalu perintah Instruktur”
“dayung maju…”, “dayung mundur”, “stop”
“ketika Booommm!!! duduklah bersandar sejajar boat sambil berpegangan pada tali”



Pada level pemula di perkenalkan 4 kode utama saat berada di perahu yaitu "Maju,Mundur,Stop & Boom!" Boom di gunakan saat perahu akan menghantam jeram yang cukup liar sehingga kita yang tadinya posisi duduk di bibir perahu untuk siaga mendayung di haruskan turun dan duduk bersama-sama di tengah perahu agar menjaga kita tidak terjatuh…

Begitulah kira-kira beberapa dari instruksi yang kami harus ingat. oh iya, satu boat terdiri dari 5 peserta dan 1 Instruktur yang berasal dari panitia (EO-nya).

setelah cukup dengan semua petunjuk, kamipun langsung menuju titik start. Dan aku berada di tim No 4. artinya boat aku urutan ke 4 dilepasnya, kami terdiri dari 5 boat di tambah 1 boat tim resceu dan 1 boat peserta lain yang terdiri dari sepasang suami istri dan 2 orang anaknya, berani yaa….



Deg-degan sich nggak, semangat plus penasaran ajah, karena ini kali kedua aku ber-rafting Cuma kali ini sungai yang kami arungi  lebih besar yang memiliki jerang yang  lumayan tinggi karena rafting kali ini tingkat kesulitannya di level III – IV , dan boat pun segera meluncur ke depan…!

Bissmillahi tawakaltu alallah la khaula walaquwwata ila billah…, terucap dari bibir-bibir kami.
Ada sekitar 20 jeram di sungai Cicatih ini,diantaranya jeram jontor, jeram blender, jeram roller coster , jeram kuku patah, jeram asmara jeram panjang dll.Masing'' nama jeram di namai sesuai dengan karakteristiknya,jeram blender cukup berbahaya bila kita terjatuh karena arus nya memutar masuk ke bawah seperti blender sehingga kita bisa terjebak seperti di blender dan sulit keluar dari jeram itu.



Setiap kali akan melewati jeram, instruktur akan mengingatkan kami, bahwa di depan ada jeram, contohnya saat kita mau melewati jeram “kuku patah” , kita di ingatkan oleh instruktur bahwa di jeram ini dulu ada rafter yang terjatuh hanyut karena tangannya berusaha meraih tambatan yang ada, sampai kukunya patah, maka di jeram ini di namakan jeram kuku patah, dan kami di minta untuk berhati – hati dan kompak saat melewatinya.



Begitu juga waktu melewati “jeram Asmara”, lagi – lagi sang Instruktur menceritakan ikhwal jeram ini, jadi saat dulu awal – awal pembukaan jalur arung jeram ini ada peserta rafting sepasang pengantin baru, dan pada saat melewati jeram ini mereka terjatuh dan hanyut, uniknya saat dari jatuh sampai hanyut mereka berpelukan sampai di ke bawah sungai yang akhirnya tertolong oleh tim Resceu, subhanallah yaa…J Romantis dan sebuah pengalaman tak terlupakan tentunya…



Dan masih banyak lagi jeram – jeram yang harus kami lalui dengan penuh konsentrasi dan kekompakan,
Ada kejadian yang sangat menegangkan yang menimpa boat aku yang hanya di awaki oleh 5 rafter yang mestinya 6 berikut instruktur, aku bersama kak eko dengan berat badan yang cukup sama seperti aku dan dua orang temenku adalah faisal dan irfan yang hany memiliki berat badan di bawah rata – rata, terlalu langsing kalau boleh di bilang dan mas budi Instruktur kami.

Berat badan ternyata punya pengaruh terhadap keseimbangan boat, jika 6 orang punya berat badan yang di atas 60kg rata – rata, maka jauh akan lebih stabil dalam sebuah pengarungan sungai yang cukup besar arusnya macam cicatih ini.



Berawal saat kami masuk ke jeram panjang, kenapa di sebut jeram panjang, karena sepanjang hampir 1km berupa jeram semua, sehingga para rafter di tuntut kompak dan konsentrasi, ketika salah satu jeram di lokasi jeram panjang kami lalui, sang Instruktur berteriak kiri…., yang artinya peserta yang ada di sebelah kanan harus pindah duduknya ke sebelah kiri, nah Irfan temen se boatku bergeser kekiri, namun ia lupa saat bergeser tidak berpegangan dengan tali yang ada di body boat, berbarengan dengan benturan ombak maka terjatuhlah irfan dengan posisi kepala di bawah dan terbawalah arus ia, aku meliat irfan sudah berjarak 15 meteran aku berteriak, “ terlentang faaaaan” maksudku supaya ia tidak tenggelam. Kami yakin di bawah sana ada teman – teman kami yang telah terlebih dulu melewati jeram dengan selamat dan juga di bawah juga ada tim rescue yang siap menolong irfan. 

Sejenak irfan kami lupakan karena ternyata boat ku terjebak di jeram panjang itu dan tidak bisa keluar karena terkunci oleh air yang datang dari atas kemudian terdorong arus balik dari bawah, karena di bawah boat-ku ada cekungan yang lumayan dalam, sehingga boatku untuk beberapa lama terombang – ambing di jeram itu, sangat mengerikan dan menegangkan, tapi aku berusaha untuk tenang, begitu juga kak eko faisal dan mas budi, kami berusaha menyeimbangkan boat, menunggu pertolongan dari baot yang lain di belakangku.



Akhirnya satu boat teman datang dan menolong…, boat ku di tarik 3 orang untuk bisa keluar dari jebakan jeram itu..

Alhamdulillah ala khuli haal…

Dan kami melanjutkan pengarungan hingga sampai tempat istirahat setelah kami menempuh jarak kurang lebih 9 km, dan masih tersisa jarak kurang lebih jarak 7km lagi.

Pengarungan di lanjutkan setelah kurang lebih istirahat dengan minum air kelapa muda, rasa capek dan tegang hilang sudah, dan kembali bersemangat merampungkan sisa jarak  tempuh yang totalnya 21 km sampai finish.

Singkat cerita kami berhasil menempuh jarak 21km dengan  menghabiskan waktu sekitar 3 jam, lebih cepat dari waktu yang di prediksikan, dan ini di karenakan arus sungai sangat deras akibat hujan semalam dan pagi harinya di daerah hulu sungai.



Jauhnya jarak tempuh tak terasa justru menjadi terasa sangat singkat, karena kami menikmatinya dengan senang,  di samping itu juga pemandangan yang kami lalui di sepanjang sungai sangat menakjubkan.
Ada sebuah kebanggaan dan kepuasan bathin setelah mencapai titik finish. Dan ada beberapa kesan dan sebuah pelajaran yang  dapat aku simpulkan dari kegiatan rafting  ini adalah :

- Rafting menguji kekompakan tim, menguji seberapa kita patuh dan menjalankan perintah Instruktur. karena ketika seorang Instruktur mengeluarkan perintah dan kita tidak mematuhinya, maka kemungkinan gagal (boat terbalik atau terbentur) akan semakin besar. sangat cocok untuk dipraktekkan di dunia kerja sehari-hari.

- Rafting melatih bertanggung jawab bukan hanya pada diri sendiri, tapi bertanggung jawab terhadap orang lain, coba saja saat melewati jeram dan di butuhkan tenaga yang kuat untuk mendayung agar selamat melewati jeram itu, maka tim harus bertanggung jawab menyelamatkan boat itu.

- Rafting cocok untuk sarana untuk mempersatukan atau kebersamaan, tanpa pandang jabatan. contoh, ketika antara bawahan dan atasan saling siram menggunakan air sungai (yang tak terlalu bersih itu), yang ada hanya tawa dan keriaan tanpa ada rasa marah dan dendam, padahal ada Ustad loch…

- Rafting itu benar-benar memompa adrenalin. Gak percaya…? Cobain ajah…

-  Rafting mendekatkan kita dengan alam, karena melihat sungai dengan alam sekitar yang begitu indah membuat rasanya sayang untuk merusak dengan membuang sampah dan sebagainya.

- last but not least, rafting itu seperti candu. pengen nyoba lagi,lagi dan lagi. *norak to the max!!! * :))
Demikian sobat cerita akhir tahun kami, smoga bermanfaat, atau paling tidak jadi langkah awal untuk nyobain kegiatan ini…

Sukabumi, 27 -28 Des 2011
@bie Sabiella



Jumat, 30 Desember 2011

HAKIKAT DAKWAH SALAF


Salafiyah adalah salah satu penamaan lain dari Ahlussunnah Wal Jama’ah yang menunjukkan ciri dan kriteria mereka.

Salafiyah adalah pensifatan yang diambil dari kata سَلَفٌ (Salaf) yang berarti mengikuti jejak, manhaj dan jalan Salaf.

Dikenal juga dengan nama سَلَفِيُّوْنَ (Salafiyyun). Yaitu bentuk jamak dari kata Salafy yang berarti orang yang mengikuti Salaf. Dan juga kadang kita dengar penyebutan para 'ulama Salaf dengan nama As-Salaf Ash-Sholeh (pendahulu yang sholeh).

Dari keterangan di atas secara global sudah bisa dipahami apa yang dimaksud dengan Salafiyah. Tapi kami akan menjelaskan tentang makna Salaf menurut para 'ulama dengan harapan bisa mengikis anggapan/penafsiran bahwa dakwah Salafiyah adalah suatu organisasi, kelompok, aliran baru dan sangkaan-sangkaan lain yang salah dan menodai kesucian dakwah yang dibawa oleh Rasulullah shollallahu 'alahi wa alihi wa sallam ini.
Kata Salaf ini mempunyai dua definisi ; dari sisi bahasa dan dari sisi istilah.

Definisi Salaf secara bahasa
Berkata Ibnu Manzhur dalam Lisanul 'Arab : “Dan As-Salaf juga adalah orang-orang yang mendahului kamu dari ayah-ayahmu dan kerabatmu yang mereka itu di atas kamu dari sisi umur dan keutamaan karena itulah generasi pertama dikalangan tabi'in mereka dinamakan As-Salaf Ash-Sholeh”.
Berkata Al-Manawi dalam At-Ta'arif jilid 2 hal.412 : “As-Salaf bermakna At-Taqoddum (yang terdahulu). Jamak dari salaf adalah أََسْلاَفٌ (aslaf)”.
Masih banyak rujukan lain tentang makna salaf dari sisi bahasa yang ini dapat dilihat dalam Mauqif Ibnu Taimiyyah minal 'asya'irah jilid 1 hal.21.

Jadi arti Salaf secara bahasa adalah yang terdahulu, yang awal dan yang pertama. Mereka dinamakan Salaf karena mereka adalah generasi pertama dari ummat Islam.

Definisi Salaf secara Istilah
Istilah Salaf dikalangan para 'ulama mempunyai dua makna ; secara khusus dan secara umum.

Pertama : Makna Salaf secara khusus adalah generasi permulaan ummat Islam dari kalangan para shahabat, Tabi'in (murid-murid para Shahabat), Tabi'ut Tabi'in (murid-murid para Tabi’in) dalam tiga masa yang mendapatkan kemulian dan keutamaan dalam hadits mutawatir yang diriwayatkan oleh Imam Bukhary, Muslim dan lain-lainnya dimana Rasulullah shollallahu 'alahi wa alihi wa sallam menyatakan :

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku kemudian generasi setelahnya kemudian generasi setelahnya”.

Makna khusus inilah yang diinginkan oleh banyak ‘ulama ketika menggunakan kalimat Salaf dan saya akan menyebutkan beberapa contoh dari perkataan para 'ulama yang mendefinisikan Salaf dengan makna khusus ini atau yang menggunakan istilah Salaf dan mereka inginkan dengannya makna Salaf secara khusus.

Berkata Al-Bajury dalam Syarah Jauharut Tauhid hal.111 : “Yang dimaksud dengan salaf adalah orang-orang yang terdahulu dari para Nabi dan para shahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka”.

Berkata Al-Qolasyany dalam Tahrirul Maqolah Syarah Ar-Risalah : “As-Salaf Ash-Sholeh yaitu generasi pertama yang mapan di atas ilmu, yang mengikuti petunjuk Nabi shollahu 'alahi wa alihi wa sallam lagi menjaga sunnah-sunnah beilau. Allah memilih mereka untuk bershahabat dengan Nabi-Nya dan memilih mereka untuk menegakkan agama-Nya dan mereka itulah yang diridhoi oleh para Imam ummat (Islam) dan mereka berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benar jihad dan mereka mencurahkan (seluruh kemampuan mereka) dalam menasehati ummat dan memberi manfaat kepada mereka dan mereka menyerahkan diri-diri mereka dalam menggapai keridhoan Allah”.

Dan berkata Al-Ghazaly memberikan pengertian terhadap kata As-Salaf dalam Iljamul 'Awwam ‘An ‘ilmil Kalam hal.62 : “Yang saya maksudkan dengan salaf adalah madzhabnya para shahabat dan Tabi'in”.

Lihat Limadza Ikhtartu Al-Manhaj As-Salafy hal.31 dan Bashoir Dzawisy Syaraf Bimarwiyati Manhaj As-Salaf hal.18-19.

Berkata Abul Hasan Al-Asy'ary dalam Kitab Al-Ibanah Min Ushul Ahlid Diyanah hal.21 : “Dan (diantara yang) kami yakini sebagai agama adalah mencintai para ‘ulama salaf yang mereka itu telah dipilih oleh Allah ‘Azza Wa Jalla untuk bershahabat dengan Nabi-Nya dan kami memuji mereka sebagaimana Allah memuji mereka dan kami memberikan loyalitas kepada mereka seluruhnya”.

Berkata Ath-Thohawy dalam Al-‘Aqidah Ath-Thohawiyah : “Dan ulama salaf dari generasi yang terdahulu dan generasi yang setelah mereka dari kalangan Tabi'in (mereka adalah) Ahlul Khair (ahli kebaikan) dan Ahli Atsar (hadits) dan ahli fiqh dan telaah (peneliti), tidaklah mereka disebut melainkan dengan kebaikan dan siapa yang menyebut mereka dengan kejelekan maka dia berada di atas selain jalan (yang benar)”.

Dan Al-Lalika`i dalam Syarah Ushul I'tiqod Ahlis Sunnah Wal Jama'ah jilid 2 hal.334 ketika beliau membantah orang yang mengatakan bahwa Al-Quro dialah yang berada dilangit, beliau berkata : “Maka dia telah menyelisihi Allah dan Rasul-Nya dan menolak mukjizat Nabi-Nya dan menyelisihi para salaf dari kalangan Shahabat dan tabi'in dan orang-orang setelahnya dari para ‘ulama ummat ini".

Berkata Al-Baihaqy dalam Syu'abul Iman jilid 2 hal.251 tatkala beliau menyebutkan pembagian ilmu, beliau menyebutkan diantaranya : “Dan mengenal perkataan-perkataan para salaf dari kalangan shahabat, Tabi'in dan orang-orang setelah mereka”.

Dan berkata Asy-Syihristany dalam Al-Milal Wa An-Nihal jilid 1 hal.200 : "Kemudian mengetahui letak-letak ijma' (kesepakatan) shahabat, Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in dari Salafus Sholeh sehingga ijtihadnya tidak menyelisihi ijma' (mereka)".

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Bayan Talbis Al-Jahmiyah jilid 1 hal.22 : "Maka tidak ada keraguan bahwasanya kitab-kitab yang terdapat di tangan-tangan manusia menjadi saksi bahwasanya seluruh salaf dari tiga generasi pertama mereka menyelesihinya".

Dan berkata Al-Mubarakfury dalam Tuhfah Al-Ahwadzy jilid 9 hal.165 : "…Dan ini adalah madzhab Salafus Sholeh dari kalangan shahabat dan Tabi'in dan selain mereka dari para 'ulama -mudah-mudahan Allah meridhoi mereka seluruhnya-".

Dan hal yang sama dinyatakan oleh Al-’Azhim Abady dalam 'Aunul Ma'bud jilid 13 hal.7.

Kedua : Makna salaf secara umum adalah tiga generasi terbaik dan orang-orang setelah tiga generasi terbaik ini, sehingga mencakup setiap orang yang berjalan di atas jalan dan manhaj generasi terbaik ini.

Dan berkata Al-'Allamah Muhammad As-Safariny Al-Hambaly dalam Lawami’ Al-Anwar Al-Bahiyyah Wa Sawathi' Al-Asrar Al-Atsariyyah jilid 1 hal.20 : “Yang diinginkan dengan madzhab salaf yaitu apa-apa yang para shahabat yang mulia -mudah-mudahan Allah meridhoi mereka- berada di atasnya dan para Tabi’in yang mengikuti mereka dengan baik dan yang mengikuti mereka dan para Imam agama yang dipersaksikan keimaman mereka dan dikenal perannya yang sangat besar dalam agama dan manusia menerima perkataan-perkataan mereka…”.

Berkata Ibnu Abil 'Izzi dalam Syarah Al ‘Aqidah Ath-Thohawiyah hal.196 tentang perkataan Ath-Thohawy bahwasanya Al-Qur`an diturunkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala : "Yakni merupakan perkataan para shahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik dan mereka itu adalah Salafus Sholeh".

Dan berkata Asy-Syaikh Sholeh Al-Fauzan dalam Nazharat Wa Tu'uqqubat 'Ala Ma Fi Kitab As-Salafiyah hal.21 : “Dan kata Salafiyah digunakan terhadap jama'ah kaum mukminin yang mereka hidup di generasi pertama dari generasi-generasi Islam yang mereka itu komitmen di atas Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam dari kalangan shahabat Muhajirin dan Anshor dan yang mengikuti mereka dengan baik dan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam mensifati mereka dengan sabdanya : "Sebaik-baik manusia adalah zamanku kemudian zaman setelahnya kemudian zaman setelahnya....".

Dan beliau juga berkata dalam Al-Ajwibah Al-Mufidah 'An As`ilah Al-Manahij Al-Jadidah hal.103-104 : "As-Salafiyah adalah orang-orang yang berjalan di atas Manhaj Salaf dari kalangan Shahabat dan tabi'in dan generasi terbaik, yang mereka mengikutinya dalam hal aqidah, manhaj, dan metode dakwah".

Dan berkata Syaikh Nashir bin ‘Abdil Karim Al-‘Aql dalam Mujmal Ushul I'tiqod Ahlus Sunnah Wal Jama'ah hal.5 : "As-Salaf, mereka adalah generasi pertama ummat ini dari para shahabat, tabi'in dan imam-imam yang berada di atas petunjuk dalam tiga generasi terbaik pertama. Dan kalimat As-Salaf juga digunakan kepada setiap orang yang berada pada setelah tiga generasi pertama ini yang meniti dan berjalan di atas manhaj mereka".

Asal Penamaan Salaf Dan Penisbahan Diri Kepada Manhaj Salaf

Asal penamaan Salaf dan penisbahan diri kepada manhaj Salaf adalah sabda Nabi shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam kepada putrinya Fathimah radihyallahu ‘anha :

فَإِنَّهُ نِعْمَ السَّلَفُ أَنَا لَكِ

“Karena sesungguhnya sebaik-baik salaf bagi kamu adalah saya". Dikeluarkan oleh Bukhary no.5928 dan Muslim no.2450.

Maka jelaslah bahwa penamaaan salaf dan penisbahan diri kepada manhaj Salaf adalah perkara yang mempunyai landasan (pondasi) yang sangat kuat dan sesuatu yang telah lama dikenal tapi karena kebodohan dan jauhnya kita dari tuntunan syari’at yang dibawa oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam, maka muncullah anggapan bahwa manhaj salaf itu adalah suatu aliran, ajaran, atau pemahaman baru, dan anggapan-anggapan lainnya yang salah.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa jilid 4 hal 149 : “Tidak ada celaan bagi orang yang menampakkan madzhab salaf dan menisbahkan diri kepadanya dan merujuk kepadanya, bahkan wajib menerima hal tersebut menurut kesepakatan (para ulama). Karena sesungguhnya madzhab salaf itu adalah tak lain kecuali kebenaran”.

Berikut ini saya akan memberikan beberapa contoh untuk menunjukkan bahwa penggunaan nama salaf sudah lama dikenal.

Berkata Imam Az-Zuhry (wafat 125 H) tentang tulang belulang bangkai seperti bangkai gajah dan lainnya : “Saya telah mendapati sekelompok dari para ulama salaf mereka bersisir dengannya dan mengambil minyak darinya, mereka menganggap (hal tersebut) tidak apa-apa”. Lihat : Shohih Bukhary bersama Fathul Bary jilid 1 hal.342.

Tentunya yang diinginkan dengan ‘ulama salaf oleh Az-Zuhry adalah para shahabat karena Az-Zuhry adalah seorang Tabi’i (generasi setelah shahabat).

Dan Sa’ad bin Rasyid (wafat 213 H) berkata : “Adalah para salaf, lebih menyenangi tunggangan jantan karena lebih cepat larinya dan lebih berani”. Lihat : Shohih Bukhary dengan Fathul Bary jilid 6 hal.66 dan Al-Hafizh menafsirkan kata salaf : “Yaitu dari shahabat dan setelahnya”.

Berkata Imam Bukhary (wafat 256 H) dalam Shohihnya dengan Fathul Bary jilid 9 hal.552 : “Bab bagaimana para ‘ulama salaf berhemat di rumah-rumah mereka dan di dalam perjalanan mereka dalam makanan, daging dan lainnya”.

Imam Ibnul Mubarak (wafat 181 H) berkata : “Tinggalkanlah hadits ‘Amr bin Tsabit karena ia mencerca para ‘ulama salaf”. Baca : Muqoddimah Shohih Muslim jilid 1 hal.16.

Tentunya yang diinginkan dengan kata salaf oleh Imam Bukhary dan Ibnul Mubarak tiada lain kecuali para shahabat dan tabi’in.

Dan juga kalau kita membaca buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan nasab, akan didapatkan para ’ulama yang menyebutkan tentang nisbah Salafy (penisbahan diri kepada jalan para ‘ulama salaf), dan ini lebih memperjelas bahwa nisbah kepada manhaj salaf juga adalah sesuatu yang sudah lama dikenal dikalangan para ‘ulama.

Berkata As-Sam'any dalam Al-Ansab jilid 3 hal.273 : "Salafy dengan difathah (huruf sin-nya) adalah nisbah kepada As-Salaf dan mengikuti madzhab mereka".

Dan berkata As-Suyuthy dalam Lubbul Lubab jilid 2 hal.22 : "Salafy dengan difathah (huruf sin dan lam-nya) adalah penyandaran diri kepada madzhab As-Salaf".

Dan saya akan menyebutkan beberapa contoh para ‘ulama yang dinisbahkan kepada manhaj (jalan) para ‘ulama salaf untuk menunjukkan bahwa mereka berada diatas jalan yang lurus yang bersih dari noda penyimpangan :

1. Berkata Imam Adz-Dzahaby dalam Siyar A’lam An-Nubala` jilid 13 hal.183 setelah menyebutkan hikayat bahwa Ya'qub bin Sufyan Al-Fasawy rahimahullah menghina ‘Utsman bin 'Affan radhiyallahu ‘anhu : “Kisah ini terputus, Wallahu A’lam. Dan saya tidak mengetahui Ya'qub Al-Fasawy kecuali beliau itu adalah seorang Salafy, dan beliau telah mengarang sebuah kitab kecil tentang As-Sunnah”.

2. Dan dalam biografi ‘Utsman bin Jarzad beliau berkata : “Untuk menjadi seorang Muhaddits (ahli hadits) diperlukan lima perkara, kalau satu perkara tidak terpenuhi maka itu adalah suatu kekurangan. Dia memerlukan : Aqal yang baik, agama yang baik, dhobth (hafalan yang kuat), kecerdikan dalam bidang hadits serta dikenal darinya sifat amanah".

Kemudian Adz-Dzahaby mengomentari perkataan tersebut, beliau berkata : "Amanah merupakan bagian dari agama dan hafalan bisa masuk kepada kecerdikan. Adapun yang dibutuhkan oleh seorang hafizh (penghafal hadits) adalah : Dia harus seorang yang bertaqwa, pintar, ahli nahwu dan bahasa, bersih hatinya, senantiasa bersemangat, seorang salafy, cukup bagi dia menulis dengan tangannya sendiri 200 jilid buku hadits dan memiliki 500 jilid buku yang dijadikan pegangan dan tidak putus semangat dalam menuntut ilmu sampai dia meninggal dengan niat yang ikhlas dan dengan sikap rendah diri. Kalau tidak memenuhi syarat-syarat ini maka janganlah kamu berharap”. Lihat dalam Siyar A’lam An-Nubala` jilid 13 hal.280.

3. Dan Adz-Dzahaby berkata tentang Imam Ad-Daraquthny : “Beliau adalah orang yang tidak akan pernah ikut serta mempelajari ilmu kalam (ilmu mantik) dan tidak pula ilmu jidal (ilmu debat) dan beliau tidak pernah mendalami ilmu tersebut, bahkan beliau adalah seorang salafy". Baca Siyar A’lam An-Nubala`jilid 16 hal.457.

4. Dan dalam Tadzkirah Al-Huffazh jilid 4 hal.1431 dalam biografi Ibnu Ash-Sholah, berkata Imam Adz-Dzahaby : “Dan beliau adalah seorang Salafy yang baik aqidahnya". Dan lihat : Thobaqot Al-Huffazh jilid 2 hal.503 dan Siyar A’lam An-Nubala` jilid 23 hal.142.

5. Dalam biografi Imam Abul ‘Abbas Ahmad bin ‘Isa bin ‘Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah Al-Maqdasy, Imam Adz-Dzahaby berkata : “Beliau adalah seorang yang terpercaya, tsabt (kuat hafalannya), pandai, seorang Salafy…". Baca Siyar A’lam An-Nubala` jilid 23 hal.18.

6. Dan dalam Biografi Abul Muzhoffar Ibnu Hubairah, Imam Adz-Dzahaby berkata : “Dia adalah seorang yang mengetahui madzhab dan bahasa arab dan ilmu 'arudh, seorang salafy, atsary". Baca Siyar A’lam An-Nubala` jilid 20 hal.426.

7. Berkata Imam Adz-Dzahaby dalam biografi Imam Az-Zabidy : “Dia adalah seorang Hanafy, Salafy". Baca Siyar A’lam An-Nubala`jilid 20 hal.316.

8. Dan dalam Biografi Musa bin Ibrahim Al-Ba'labakky, Imam Adz-Dzahaby berkata : “Dan demikian pula beliau seorang perendah hati, seorang Salafy”. Lihat : Mu'jamul Muhadditsin hal.283.

9. Dan dalam biografi Muhammad bin Muhammad Al-Bahrony, Imam Adz-Dzahaby Berkata : "Dia seorang yang beragama, orang yang sangat baik, seorang Salafy”. Lihat : Mu'jam Asy-Syuyukh jilid 2 hal.280 (dinukil dari Al-Ajwibah Al-Mufidah hal.18).

10. Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam Lisanul Mizan Jilid 5 hal.348 dalam biografi Muhammad bin Qasim bin Sufyan Abu Ishaq : "Dan Ia adalah Seorang yang bermadzhab Salafy”.

Penamaan-Penamaan Lain Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

Sebelum terjadi fitnah bid'ah perpecahan dan perselisihan dalam ummat ini, ummat Islam tidak dikenal kecuali dengan nama Islam dan kaum muslimin, kemudian setelah terjadinya perpecahan dan munculnya golongan-golongan sesat yang mana setiap golongan menyerukan dan mempropagandakan bid'ah dan kesesatannya dengan menampilkan bid'ah dan kesesatan mereka di atas nama Islam, maka tentunya hal tersebut akan melahirkan kebingungan ditengah-tengah ummat. Akan tetapi Allah Maha Bijaksana dan Maha Menjaga agama-Nya. Dialah Allah yang berfirman :

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dikr, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya”. (Q.S. Al Hijr ayat 9).

Dan Rasulullah shollallahu 'alaihi wa alihi wa sallam bersabda :

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ

“Terus menerus ada sekelompok dari ummatku yang mereka tetap nampak di atas kebenaran, tidak membahayakan mereka orang mencerca mereka sampai datang ketentuan Allah (hari kiamat) dan mereka dalam keadaan seperti itu”.

Maka para ‘ulama salaf waktu itu yang merupakan orang-orang yang berada di atas kebenaran dan yang paling memahami aqidah yang benar dan tuntunan syari'at Islam yang dibawa oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam yang murni yang belum ternodai oleh kotoran bid'ah dan kesesatan, mulailah mereka menampakkan penamaan-penamaan syari’at diambil dari Islam guna membedakan pengikut kebenaran dari golongan-golongan sesat tersebut.

Berkata Imam Muhammad bin Sirin rahimahullah :

لَمْ يَكُوْنُوْا يَسْأَلُوْنَ عَنِ الْإِسْنَادِ فَلَمَّا وَقَعَتِ الْفِتْنَةُ قَالُوْا سَمّوْا لَنَا رِجَالَكُمْ فَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ فَيُؤْخَذُ حَدِيْثُهُمْ وَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ الْبِدَعِ فَلاَ يُؤْخَذُ حَدِيْثُهُمْ

“Tidaklah mereka (para ‘ulama) bertanya tentang isnad (silsilah rawi). Tatkala terjadi fitnah mereka pun berkata : “Sebutkanlah kepada kami rawi-rawi kalian maka dilihatlah kepada Ahlus Sunnah lalu diambil hadits mereka dan dilihat kepada Ahlil bid’ah dan tidak diambil hadits mereka””.

Maka Ahlus Sunnah Wal Jama’ah selain dikenal sebagai Salafiyah, mereka juga mempunyai penamaan lain yang menunjukkan ciri dan kriteria mereka.

Berikut ini kami akan mencoba menguraikan penamaan-penamaan tersebut dengan ringkas.

1. AL-FIRQOH AN-NAJIYAH

Al-Firqoh An-Najiyah artinya golongan yang selamat. Penamaan ini diambil dari apa yang dipahami dari hadits perpecahan ummat, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam menyatakan :

افْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً وَهِيَ الْجَمَاعَةُ وَ فِيْ رِوَايَةٍ : مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيِوْمَ وَأَصْحَابِيْ.

“Telah terpecah orang–orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan) dan telah terpecah orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan sesungguhnya ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh semuanya dalam neraka kecuali satu dan ia adalah Al-Jama’ah dalam satu riwayat : “Apa yang aku dan para shahabatku berada di atasnya sekarang ini”. Hadits shohih, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalil Jannah dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain rahimahumullah.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Minhaj As-sunnah jilid 3 hal.345 : “Maka apabila sifat Al-Firqoh An-Najiyah mengikuti para shahabat di masa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam dan itu adalah syi'ar (ciri, simbol) Ahlus Sunnah maka Al-Firqoh An-Najiyah mereka adalah Ahlus Sunnah”.

Dan beliau juga menyatakan dalam Majmu' Al Fatawa jilid 3 hal.345 : “Karena itu beliau (Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam) menyifati Al-Firqoh An-Najiyah bahwa ia adalah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah dan mereka adalah jumhur yang paling banyak dan As-Sawad Al-A’zhom (kelompok yang paling besar)”.

Berkata Syaikh Hafizh Al-Hakamy : “Telah dikabarkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam -yang selalu benar dan dibenarkan- bahwa Al-Firqoh An-Najiyah mereka adalah siapa yang di atas seperti apa yang beliau dan para shahabatnya berada di atasnya, dan sifat ini hanyalah cocok bagi orang-orang yang membawa dan menjaga sifat itu, tunduk kepadanya lagi berpegang teguh dengannya. mereka yang saya maksud ini adalah para imam hadits dan para tokoh (pengikut) Sunnah”. Lihat Ma'arijul Qobul jilid 1 hal.19.

Maka nampaklah dari keterangan di atas asal penamaan Al-Firqoh An-Najiyah dari hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa alihi wa sallam.

Diringkas dari : Mauqif Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Min Ahli Ahwa`i Wal Bid’ah jillid 1 hal.54-59.

Dan Berkata Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wad'iy rahimahullah setelah meyebutkan dua hadits tentang perpecahan ummat : “Dua hadits ini dan hadits-hadits yang semakna dengannya menunjukkan bahwa tidak ada yang selamat kecuali satu golongan dari tujuh puluh tiga golongan, dan adapun golongan-golongan yang lain di Neraka, (sehingga) mengharuskan setiap muslim mencari Al-Firqoh An-Najiyah sehingga teratur menjalaninya dan mengambil agamanya darinya”. Lihat Riyadhul Jannah Fir Roddi 'Ala A’da`is Sunnah hal.22.

2. ATH-THOIFAH AL MANSHUROH

Ath-Thoifah Al-Manshuroh artinya kelompok yang mendapatkan pertolongan. Penamaan ini berdasarkan hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam :

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ

“Terus menerus ada sekelompok dari ummatku yang mereka tetap nampak di atas kebenaran, tidak membahayakan mereka orang mencerca mereka sampai datang ketentuan Allah (hari kiamat) dan mereka dalam keadaan seperti itu”. Dikeluarkan oleh Muslim dari hadits Tsauban dan semakna dengannya diriwayatkan oleh Bukhary dan Muslim dari hadits Mughiroh bin Syu’bah dan Mu’awiyah dan diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir bin ‘Abdillah. Dan hadits ini merupakan hadits mutawatir sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Iqtidho` Ash-Shirath Al-Mustaqim 1/69, Imam As-Suyuthy dalam Al-Azhar Al-Mutanatsirah hal.216 dan dalam Tadrib Ar-Rawi, Al Kattany dalam Nazhom Al-Mutanatsirah hal.93 dan Az-Zabidy dalam Laqthul `Ala`i hal.68-71. Lihat : Bashoir Dzawisy Syaraf Bimarwiyati Manhaj As-Salaf.

Berkata Imam Bukhary tentang Ath-Thoifah Al-Manshuroh : “Mereka adalah para 'ulama”.

Berkata Imam Ahmad : “Kalau mereka bukan Ahli Hadits saya tidak tahu siapa mereka”.

Al-Qodhi Iyadh mengomentari perkataan Imam Ahmad dengan berkata : “Yang diinginkan oleh (Imam Ahmad) adalah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah dan siapa yang meyakini madzhab Ahlul Hadits”. Lihat : Mauqif Ahlus Sunnah Wal Jama'ah 1/59-62.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Muqoddimah Al ‘Aqidah Al Washitiyah : “Amma ba’du ; Ini adalah i’tiqod (keyakinan) Al Firqoh An-Najiyah, (Ath-Thoifah) Al-Manshuroh sampai bangkitnya hari kiamat, (mereka) Ahlus Sunnah”.

Dan di akhir Al ‘Aqidah Al Washitiyah ketika memberikan definisi tentang Ahlus Sunnah, beliau berkata : “Dan mereka adalah Ath-Thoifah Al-Manshuroh yang Nabi shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda tentang mereka : “Terus menerus sekelompok dari ummatku diatas kebenaran manshuroh (tertolong) tidak membahayakan mereka orang yang menyelisihi dan mencerca mereka sampai hari kiamat” mudah-mudahan Allah menjadikan kita bagian dari mereka dan tidak memalingkan hati-hati kita setelah mendapatkan petunjuk”.

Lihat : Bashoir Dzawisy Syaraf Bimarwiyati Manhaj As-Salaf hal. 97-110.

3. AHLUL HADITS

Ahlul Hadits dikenal juga dengan Ashhabul hadits atau Ashhabul Atsar. Ahlul hadits artinya orang yang mengikuti hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam. Dan istilah Ahlul hadits ini juga merupakan salah satu nama dan kriteria Salafiyah atau Ahlus Sunnah Wal Jama'ah atau Ath-Thoifah Al-Manshurah.

Berkata Ibnul Jauzi : “Tidak ada keraguan bahwa Ahlun Naql Wal Atsar (Ahlul Hadits) yang mengikuti jejak-jejak Rasulullah shollallahu 'alaihi wa alihi wa sallam mereka di atas jalan yang belum terjadi bid'ah".

Berkata Al-Khathib Al-Baghdady dalam Ar-Rihlah Fii Tholabil Hadits hal.223 : “Dan sungguh (Allah) Rabbul ‘alamin telah menjadikan Ath-Thoifah Al-Manshurah sebagai penjaga agama dan telah dipalingkan dari mereka makar orang-orang yang keras kepala karena mereka berpegang teguh dengan syari’at (Islam) yang kokoh dan mereka mengikuti jejak para shahabat dan tabi’in”.

Dan telah sepakat perkataan para ‘ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah bahwa yang dimaksud dengan Ath-Thoifah Al-Manshurah adalah para ‘ulama Salaf Ahlul Hadits. Hal ini ditafsirkan oleh banyak Imam seperti ‘Abdullah bin Mubarak, ‘Ali bin Madiny, Ahmad bin Hambal, Bukhary, Al-Hakim dan lain-lainnya,. Perkataan-perkataan para ‘ulama tersebut diuraikan dengan panjang lebar oleh Syaikh Robi’ bin Hady Al-Madkhaly dan juga Syaikh Al-Albany dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah hadits no.270.

Lihat : Haqiqitul Bid'ah 1/269-272, Mauqif Ibnu Taymiyah 1/32-34, Ahlul Hadits Wa Ath- Thoifah Al-Manshurah An-Najiyah, Limadza Ikhtartu Al-Manhaj As-Salafy, Bashoir Dzawisy Syaraf Bimarwiyati Manhaj As-Salaf dan Al-Intishor Li Ashhabil Hadits karya Muhammad ‘Umar Ba Zamul.

4. Al-Ghuraba`

Al-Ghuraba` artinya orang-orang yang asing. Asal penyifatan ini adalah sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah riwayat Muslim No.145 :

بَدَأَ الْإِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Islam mulai muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awal munculnya maka beruntunglah orang-orang asing itu”. Dan hadits ini adalah hadits yang mutawatir.

Berkata Imam Al-Ajurry dalam Sifatil Ghuraba` Minal Mu’minin hal.25 : “Dan perkataan (Nabi) shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam “Dan akan kembali asing” maknanya Wallahu A’lam sesungguhnya hawa nafsu yang menyesatkan akan menjadi banyak sehingga banyak dari manusia tersesat karenanya dan akan tetap ada Ahlul Haq yang berjalan diatas syari’at islam dalam keadaan asing di mata manusia, tidakkah kalian mendengar perkataan Nabi shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam : “Akan terpecah ummatku menjadi 73 golongan semuanya masuk neraka kecuali satu, maka dikatakan siapa mereka yang tertolong itu? maka kata Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam : “Apa-apa yang saya dan para shahabatku berada di atasnya pada hari ini””.

Berkata Imam Ibnu Rajab dalam Kasyful Kurbah fi washfi hali Ahlil Ghurbah hal 22-27 : “Adapun fitnah syubhat (kerancuan-kerancuan) dan pengikut hawa nafsu yang menyesatkan sehingga hal tersebut menyebabkan terpecahnya Ahlul Qiblah (kaum muslimin) dan menjadilah mereka berkelompok-kelompok, sebagian dari mereka mengkafirkan yang lainnya dan mereka menjadi saling bermusuhan, bergolong-golongan dan berpartai-partai setelah mereka dulunya sebagai saudara dan hati-hati mereka diatas hati satu orang (Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam) sehingga tidak akan selamat dari kelompok-kelompok tersebut kecuali satu golongan yang selamat. Mereka inilah yang disebut dalam sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam : “Terus menerus ada diantara ummatku satu kelompok yang menampakkan kebenaran, tidak mencelakakan mereka orang-orang yang menghinakan dan membenci mereka sampai datang ketetapan Allah subhanahu wa ta’ala (hari kiamat) dan mereka tetap dalam keadaan tersebut”. Mereka inilah al-Ghuraba` di akhir zaman yang tersebut dalam hadits-hadits ini…”.



Demikianlah penamaan-penamaan syari’at bagi pengikut Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam sesuai dengan pemahaman para 'ulama salaf, yang apabila dipahami dengan baik akan menambah keyakinan akan wajibnya mengikuti jalan para 'ulama salaf dan kebenaran jalan mereka serta keberuntungan orang-orang yang mengikuti jalan mereka.

Cukuplah sebagai satu keistimewaan yang para salafiyun berbangga dengannya bahwa penamaan-penamaan ini semuanya dari Islam dan menggambarkan Islam hakiki yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam dan tentunya hal ini sangat membedakan salafiyun dari ahlu bid'ah yang bernama atau dinamakan dengan penamaan-penamaan yang hanya sekedar menampakkan bid'ah, pimpinan atau kelompok mereka seperti Tablighy nisbah kepada Jama'ah Tabligh yang didirikan oleh Muhammad Ilyas, Ikhwany nisbah kepada gerakan Ikhwanul Muslimin yang dipelopori oleh Hasan Al-Banna, Surury nisbah kepada kelompok atau pemikiran Muhammad Surur Zainal ‘Abidin, Jahmy nisbah kepada Jahm bin Sofwan pembawa bendera bid'ah keyakinan bahwa Al-Qur`an adalah makhluk. Mu'tazily nisbah kepada kelompok pimpinan 'Atho` bin Washil yang menyendiri dari halaqah Hasan Al-Bashry. Asy'ary nisbah kepada pemikiran Abu Hasan Al-Asy'ary yang kemudian beliau bertobat dari pemikiran sesatnya. Syi'iy nisbah kepada kelompok Syi'ah yang mengaku mencintai keluarga Nabi shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam, dan masih ada ratusan penamaan lain, sangat meletihkan untuk menyebutkan dan menguraikan seluruh penamaan tersebut, maka nampaklah dengan jelas bahwa penamaan Salafiyun-Ahlus Sunnah Wal Jama'ah-Ath-Thoifah Al-Manshurah-Al-Firqoh An-Najiyah-Ahlul Hadits adalah sangat berbeda dengan penamaan-penamaan yang dipakai oleh golongan-golongan yang menyimpang dari beberapa sisi :

Satu : Penamaan-penamaan syari'at ini adalah nisbah kepada generasi awal ummat Islam yang berada di atas tuntunan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam, maka penamaan ini akan mencakup seluruh ummat pada setiap zaman yang berjalan sesuai dengan jalan generasi awal tersebut baik dalam mengambil ilmu atau dalam pemahaman atau dalam berdakwah dan lain-lainnya.

Dua : Kandungan dari penamaan-penamaan syari'at ini hanyalah menunjukkan tuntunan Islam yang murni yaitu Al-Qur`an dan sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam tanpa ada penambahan atau pengurangan sedikit pun.

Tiga : Penamaan-penamaan ini mempunyai asal dalil dari sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam.

Empat : Penamaan-penamaan ini hanyalah muncul untuk membedakan antara pengikut kebenaran dari jalan para pengekor hawa nafsu dan golongan-golongan sesat, dan sebagai bantahan terhadap bid'ah dan kesesatan mereka.

Lima : Ikatan wala' (loyalitas) dan baro' (kebencian, permusuhan) bagi orang-orang yang bernama dengan penamaan ini, hanyalah ikatan wala' dan baro' di atas Islam (Al-Qur`an dan Sunnah) bukan ikatan wala' dan baro' karena seorang tokoh, pemimpin, kelompok, organisasi dan lain-lainnya.

Enam : Tidak ada fanatisme bagi orang-orang yang memakai penamaan-penamaan ini kecuali kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam karena pemimpin dan panutan mereka hanyalah satu yaitu Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam, berbeda dengan orang-orang yang menisbahkan dirinya ke penamaan-penamaan bid'ah fanatismenya untuk golongan, kelompok / pemimpin.

Tujuh : Penamaan-penamaan ini sama sekali tidak akan menjerumuskan ke dalam suatu bid'ah, maksiat maupun fanatisme kepada seseorang atau kelompok dan lain-lainnya.

Lihat : Hukmul intima` hal 31-37 dan Mauqif Ahlus Sunnah wal Jama'ah 1/46-47.

Wallahu Ta’ala A’lam.

http://www.an-nashihah.com/isi_berita.php?id=39

Sabtu, 24 Desember 2011

Karena kau...

Bismillah…

Kau adalah bait-bait terindah dalam puisi-puisi penantianku di waktu dulu, hingga sampai detik inipun. Keindahan maknanya masih terasa. Sebab kamu hadir setelah do’a dan ikhtiar panjang nan melelahkan yang kulakukan. Dan untuk kesekian kalinya. Kau memberi banyak sekali arti bagi diri. Arti yang sangat rumit untuk kuterjemahkan.

Kau adalah bait-bait terindah dalam puisi-puisi tentang cinta di waktu sekarangku, hingga sampai kapanpun, do’aku adalah kau tetap menjadi yang terindah di hati, yang termanis dalam perjalanan panjang cinta kita. Dalam tiap debar hangat karena sakinah yang terlahir dalam kebersamaan. Ungkapan tentang semangat memperbaiki diri dalam mawaddah dan rahmah yang kita usahakan bersama. Sampai kapanpun, aku ingin kita seperti itu. Seperti puisi-puisi nan menggairahkan yang telah kita sempurnakan bersama.

Kau adalah bait-bait terindah dalam puisi-puisi tentang rindu diwaktu yang akan datangku, hingga kupatrikan janji, kusempurnakan laku, dan kuperkayakan kemampuan untuk memilikimu. Sebab bersamamu adalah sebuah penyesuaian terbaik yang pernah kulakukan. Kamu tak tahu bukan? bahwa sampai saat ini aku suka diam-diam mengagumimu, tanpa sepengetahuanmu, kau telah menjadi semacam pembius bagi hati untuk tak hentinya bersyukur telah memilikimu.

Maka kamu menjadi begitu cukup untuk aku dalam cerita tentang kita dimasa yang akan datang. Sebab bagiku sekarang, kamu telah menyempurnakan aku, dalam banyaknya khilafku.

Untuk itu cinta.. Kau telah purna dihadapanku. Kau telah menghapus semua ragu yang sempat menggerogoti jiwa ketika kelegaan itu masih belum terasa. Malam ini, dalam jihadmu menjadi seorang Ibu, kamu memberi bakti purna untukku. Untuk seseorang yang dulu tak begitu dikenal olehmu, tapi kamu tekadkan jiwamu untuk memilikiku. Malam ini cinta.. Dalam jihadmu menjadi seorang Ibu, kamu membuatku jatuh cinta berkali-kali lipat dari sebelumnya. Perasaan terbaik yang pernah kurasa, satu saja alasannya.. “Karena memilikimu..”

“Love is life. All, everything that I understand, I understand only because I love” (Leo Tolstoy)

Taipei, 20 November 2011

~ Yusuf Al Bahi ~

Kamis, 22 Desember 2011

Refleksi Pagi...



Di kala derita mendera diri,
Di saat sulit selalu hadir siang dan malam,
Di waktu sakit datang silih berganti,
Di saat semua membuat kecewa,
Di kala suasana selalu memancing amarah,

Di waktu sedih enggan pergi,
Di saat dunia terasa sempit dan gelap,

Iman di hati memandi fikir, mengarahkan langkah...
Iman di hati menampakkan bukti...

Senyum dalam derita,
Bahagia di tengah masalah,
Semuanya menambah pahala, menghapus dosa...
Semuanya menguatkan jiwa, agar kita menjadi bijak...

Dan,

Cinta Ilahi menerangi jalan...

Tebet, 23122011