Minggu, 27 November 2011

Jagalah Allah, Dia Akan Menjagamu...


Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma dia berkata: Aku pernah berada di belakang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari, lalu beliau bersabda:

يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ

 
“Wahai anak kecil, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat: Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kau akan menemui-Nya berada di hadapanmu. Bila kau meminta maka mintalah pada Allah dan bila kau meminta pertolongan maka mintalah kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya seandainya seluruh manusia bersatu untuk memberimu manfaat, niscaya mereka tidak akan memberi manfaat apa pun kepadamu selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu. Dan seandainya mereka bersatu untuk membahayakanmu, niscaya mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah atasmu. Pena-pena (penulis takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (tempat menulis takdir) telah kering (Takdir tidak akan bisa lagi berubah). (HR. At-Tirmizi no. 2516)


Dalam riwayat Ahmad no. 2666 dengan lafazh:

يَا غُلَيِّمُ أَلَا أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهِنَّ فَقُلْتُ بَلَى فَقَالَ احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ تَعَرَّفْ إِلَيْهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ وَإِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ قَدْ جَفَّ الْقَلَمُ بِمَا هُوَ كَائِنٌ فَلَوْ أَنَّ الْخَلْقَ كُلَّهُمْ جَمِيعًا أَرَادُوا أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ عَلَيْكَ لَمْ يَقْدِرُوا عَلَيْهِ وَإِنْ أَرَادُوا أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ عَلَيْكَ لَمْ يَقْدِرُوا عَلَيْهِ وَاعْلَمْ أَنَّ فِي الصَّبْرِ عَلَى مَا تَكْرَهُ خَيْرًا كَثِيرًا وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

 
“Wahai anak kecil, jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Ingatlah Dia di waktu lapang niscaya Dia akan ingat kepadamu di waktu sempit. Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Telah kering pena dengan apa yang akan terjadi. Seandainya seluruh makhluk hendak memberi manfaat kepadamu dengan sesuatu yang Allah tidak menetapkan padamu, niscaya mereka tidak akan mampu memberikan manfaat kepadamu. Dan seandainya mereka hendak mencelakakan dirimu dengan sesuatu yang Allah tidak menetapkan atasmu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu. Dan ketahuilah bahwa di dalam kesabaran terhadap sesuatu yang engkau benci terdapat banyak kebaikan, ketahuilah bahwa pertolongan itu (datang) setelah kesabaran, dan kelapangan itu (datang) setelah kesempitan, serta kemudahan itu (datang) setelah kesulitan.”

Syarah:

Sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, “Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.” Yakni jagalah perintah-perintah-Nya dan kerjakanlah, serta hindarilah larangan-larangan-Nya, maka Dia akan menjagamu dalam berbagai keadaanmu, di dunia dan akhiratmu. Allah SWT berfirman:


Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik…” (QS.An-Nahl:97)

Segala yang diperoleh hamba berupa bencana dan musibah disebabkan karena menyia-nyiakan perintah Allah SWT. Dia berfirman:


Dan apa saja musibah yang menimpamu, maka itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri…” (QS.Asy-Syuura:30)

Dari sini diketahui bahwa siapa yang tidak menjaga Allah, maka ia tidak berhak mendapat penjagaan-Nya.

Sabdanya,”Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu.”
Yakni engkau menjumpai-Nya dihadapanmu yang menuntunmu kepada segala kebajikan, mendekatkan dan menunjukkanmu kepadanya.

Sabdanya,”Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah”. Yakni bahwa hamba itu tdk boleh menggantungkan rahasianya (urusannya) kepada selain Allah, tetapi hendaknya ia bertawakal kepada Allah dalam segala urusannya. Kemudian, jika hajat yg dimintanya menurut kebiasaan tdk berjalan melalui tangan makhluk-Nya, seperti meminta hidayah, ilmu, pemahaman terhadap Al-Qur’an dan as-Sunnah, menyembuhkan orang sakit, meraih keselamatan dari bencana dunia dan adzab akhirat, maka ia memohon hal itu kepada Rabb-Nya. Jika hajat yg dimintanya menurut kebiasaan bahwa Allah menjalankannya melalui tangan makhluk-Nya, maka ia memohon kepada Allah agar melembutkan hati mereka (sehingga mereka berbelas kasih) kepadanya, yaitu dengan mengatakan, “Ya Allah, jadikanlah hati-hati para hamba-Mu belas kasih terhadap kami,” dan sejenisnya. Tidak boleh berdoa kpd Allah dg menyatakan tdk butuh kepada makhluk. 

Sabdanya,”Dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah.” Yakni, jika engkau meminta pertolongan kpd seseorang, maka janganlah meminta pertolongan kecuali kepada Allah. Karena ditangan-Nya-lah tergenggam kerajaan langit dan bumi, dan Dia akan menolongmu jika Dia menghendaki. Jika engkau meminta pertolongan kepada Allah dengan ikhlas dan tawakal, maka Dia akan menolongmu. Jika dirimu meminta pertolongan kpd makhluk dlm perkara yg ia mampu, maka yakinilah bahwa ia hanyalah sebab belaka, dan Allah-lah yang menundukkannya untukmu.

Sabdanya, “Ketahuilah bahwa seandainya satu ummat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu.” Yakni, jika seluruh umat dari awal hingga akhir, seandainya mereka berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dg sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Berdasarkan hal ini, maka kemanfaatan makhluk yg datang kepada manusia pada hakikatnya berasal dari Allah. Karena Dia-lah yg menetapkan untuknya. Ini adalah anjuran bagi kita agar bersandar kepada Allah dan kita tahu bahwa umat tidak bisa mendatangkan kebaikan kepada kita kecuali dengan izin Allah.

Allah Ta’ala berfirman:

Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yg dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagimu, maka Dia Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (QS.Al-An’aam:17)

Sabdanya, “Dan jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu.”

Yakni, bahwa jka engkau mendapatkan suatu kemudharatan dari seseorang, maka ketahuilah bahwa Allah telah menetapkannya atasmu, maka ridhalah dengan qadha’ Allah dan qadar-Nya. Tidak ada salahnya jika dirimu berusaha menolak kemudharatan darimu, karena Allah Ta’ala berfirman:

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yg serupa…” (QS. Asy-Syuura:40)

Sabdanya, “Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”
Yakni, apa yang telah ditetapkan Allah telah selesai. Pena telah diangkat, lembaran-lembaran telah kering, dan tidak ada perubahan pada ketetapan-ketetapan Allah.

Dalam riwayat lain selain at-Tirmidzi,
Sabdanya, “Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia mengenalmu ketika susah.” Yakni, kerjakanlah hak-hak Allah (ibadah) ketika senang, sehat, cukup maka ketika kesehatan hilang darimu, kecukupan lenyap darimu, dan dirimu sangat membutuhkan Allah, maka Dia mengenalmu karena apa yang dahulu telah engkau kerjakan, atau apa yang telah engkau kerjakan berupa perbuatan kebajikan yang dengannya dirimu dikenal oleh Allah. Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Yunus ‘Alaihis Salam:

Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak menginat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari Berbangkit.” (QS. Ash-Shaaffat:144)

Ketika Fir’aun mengatakan:

“…Aku percaya bahwa tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan (Ilah) yang dipercayai oleh Bani Israil…” (QS.Yunus:90)

Maka Malaikat mengatakan kepadanya:


Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan?” (QS. Yunus:91)

Sabdanya, “Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu.”

Yakni, apa yang ditentukan Allah Ta’ala bakal menimpamu, maka ia tidak akan luput darimu, bahkan pasti terjadi, karena Allah telah menakdirkannya. Dan apa yang telah ditetapkan Allah luput darimu, maka ia tidak akan menimpamu selamanya. Sebab, semua urusan itu berada di tangan Allah. Dan ini membawa manusia bersandar kapada Rabb-nya secara sempurna.

Sabdanya, “Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran.” Yakni bahwa kalimat ini berisi anjuran untuk bersabar. Karena jika pertolongan (kemenangan) ini bersama kesabaran, maka manusia harus bersabar demi mendapatkan pertolongan tersebut. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

Janganlah kalian mengharapkan bertemu dengan musuh dan mohonlah kepada Allah keselamatan. Jika kalian bertemu dengan mereka, maka bersabarlah dan jangan lari, karena Allah bersama orang-orang yang sabar.” (HR. Al-Bukhari,Muslim dan Abu Dawud).

Sabdanya, Dan bahwasanya kelapangan bersama kesempitan dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.” Yakni, jika ujian semakin berat maka Allah Ta’ala mengakhirinya dengan kelapangan. Allah Ta’ala berfirman:

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Alam Nasyrah:5-6)

Faidah hadist:

1. Kelemahlembutan Rasulullah kepada orang yang lebih muda, dg sabdanya “Wahai anak muda, sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat.”
2. Bagi siapa yg menyampaikan pembicaraan yang sangat penting, hendaknya ia mendahuluinya dengan apa yang bisa menarik perhatiannya.
3. Siapa yg menjaga Allah, maka Allah pasti menjaganya.
4. Siapa yang menyia-nyiakan Allah, yakni menyia-nyiakan agama-Nya, maka Dia akan menyia-nyiakannya dan tidak akan menjaganya. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr:19)
5. Siapa yg menjaga Allah, maka Dia akan memberi petunjuk kepadanya dan menuntunnya kepada setiap hal yang berisi kebaikan. Siapa yang senantiasa menjaga Allah, maka Allah mencegah keburukan darinya.
6. Jika manusia membutuhkan pertolongan, maka hendaklah ia memintanya kepada Allah. Tetapi tidak ada larangan meminta tolong kepada selain Allah dari orang yang dapat membantunya, berdasar sabda Rasulullah:
“Engkau menolong seseorang berkenaan dengan tunggangannya lalu engkau menaikkannya ke atas atau mengangkat barangnya ke atasnya adalah shadaqah”
7. Suatu umat tdk akan mampu memberi manfaat kepada seorangpun kecuali jika Allah telah menetapkannya untuknya. Sebaliknya, mereka tidak mampu menimpakan kemudharatan kepada seorang pun kecuali jika Allah telah menetapkan hal itu atasnya.
8. Seseorang wajib menggantungkan harapannya kepada Allah Ta’ala dan tidak berpaling kepada para makhluk. Sebab, makhluk tidak memiliki manfaat dan mudharat untuknya.
9. Segala sesuatu telah ditetapkan. Disebutkan dari Rasulullah bahwa Allah telah menentukan berbagai ketentuan seluruh makhluk 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.
10. Dalam riwayat lain bahwa manusia ketika mengenalkan (dirinya) kpd Allah dengan melaksanakan ketaatan kpd-Nya di kala sehat dan senang, maka Allah Ta’ala mengenalnya ketika ia mengalami kesusahan, dg belas kasih kepadanya, menolongnya, dan menghilangkan kesesahannya.
11. Ketika Allah telah menetapkan sesuatu atas manusia, maka ketetapan itu tidak akan luput darinya. Sebaliknya, jika Allah tidak menetapkan sesuatu atasnya, maka sesuatu itu tidak akan menimpanya.
12. Kabar gembira bagi orang-orang yang sabar, dan bahwa pertolongan itu dihubungkan dg kesabaran.
13. Kabar gembira, bahwa dilapangkannya kesusahan dan dihilangkannya kesulitan dihubungkan dengan kesusahan. Setiap kali manusia merasa kesulitan terhadap suatu urusan, maka Allah melapangkan darinya.
14. Kabar gembira besar, bahwa jika manusia tertimpa kesulitan, hendaklah ia menunggu kemudahan. Allah Ta’ala telah menyebutkan hal itu dalam al_qur’an dg firman-Nya:
    “Karena sesunguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Alam Nasyrah:5-6).

Sumber : Syarh al-Arba’iin an-Nawawiyah, pensyarah Syaikh Muhammad bin Shalih al- ‘Utsaimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar