Jumat, 24 Agustus 2012

SANG PENCETAK GENERASI PERADABAN

   

Sejenak kupejamkan mata, menatap liarnya dunia dalam bayangan. Apa yang bisa kulakikan untuk melawan dunia yang telah di padati orang-orang lalim? Kamu terlalu kerdil cha… Sekali lagi, terlalu kerdil! lirih dalam benakku.

Ach, tetapi tidak, bukankah sepatutnya aku berbesar hati, lagi-lagi- karena aku seorang muslimah..?

Aku adalah pencetak generasi pembangun peradaban. Ya, aku seorang calon ibu. 

Dari rahim ini akan lahir manusia-manusia baru, yang aku didik dengan mengagumkan, dan mereka akan bertumbuh menjadi sosok yang juga mengagumkan. Insya Allah…

Pertanyaannya sekarang adalah, sudah sejauh mana persiapanku untuk membentuk generasi yang mengagumkan itu? Cukupkah hanya dengan duduk manis di teras rumah sambil sesekali bergosip dengan tetangga? Atau dengan selonjoran didepan tv sambil membuka majalah fashion? TIDAK. Tentu saja tidak cukup dengan itu. Dan justru aku  miris melihat para ibu yang mempunyai habit seperti itu.

Lalu bagaimana? Bisakah aku menjadi ibu yang baik, ibu yang handal, ibu yang mengagumkan…? Itulah yang aku cemaskan sejak awal. Menjadi seorang ibu adalah hal luar biasa, baik bahagianya maupun tanggung jawabnya. Aku merasa panas dingin jika mengingat-ngingat tentang ini. Mengemban amanah sebagai seorang ibu, seperti apakah rasanya? Bisakah aku melakukannya dengan baik…?

Ach, lalu seonggok pemikiran bermanuver di benakku, mengapa aku harus takut..? Allah telah membekaliku dengan bekal yang baik. Dari kisah para Ummahatul mukminin sebagai sosok muslimah-muslimah tangguh yang bisa aku ambil ibrahnya. Aku tinggal berazzam untuk menjadi ibu terbaik bagi anak-anakku kelak. Itu saja…

Lahir sebagai seorang wanita, aku tahu dan sadar betul bahwasannya wanita adalah madrasah pertama yang akan memformat generasi. Apa yang diterima anak maka itulah yang akan menentukan perjalanan hidupnya. Maka, wanita adalah orang pertama yang memberi kontribusi dalam kehidupan pemuda dan bangsa.

Dengan demikian sosok wanita adalah ujung tombak bagaimana nantinya teropong masa depan keberlangsungan umat dan sebuah geherasi suatu bangsa. Karena wanitalah yang nantinya akan melahirkan generasi-generasi penerus peradaban, yang nantinya akan membesarkan dan membimbing mereka dalam mengarungi beratnya kehidupan.

Nah, ini pun menjadi sebuah renungan bagiku dimana aku adalah termasuk sosok pencetak generasi peradaban ini dan tentunya untuk para wanita masa kini lainnya, teman-teman. Apakah kita sudah berusaha untuk meningkatkan kualitas diri kita agar nantinya dapat menciptakan kualitas generasi yang terbaik pula? Apakah kita sudah tahu bagaimana potensi kita untuk melaksanakan tugas berat ke depan sebagai pencetak generasi pemimpin peradaban? Yuk kita renungkan dalam diri kita masing-masing.

Sebuah bangsa yang maju adalah karena ada andil seorang wanita di belakangnya. Seharusnya sebagai seorang wanita, kita berhak bangga atas berbagai kesempatan dan potensi yang telah diberikan Allah untuk kita. Kita bisa melahirkan, kita bisa menjadi ibu bagi para pemimpin bangsa, kita juga bisa menjadi istri bagi para pejuang umat. Nah, lalu apa permasalahannya saat ini? Permasalahannya adalah dari wanitanya sendiri, teman-temanku. Para wanita saat ini, seakan telah melebur dalam kesibukan dunia sehingga seakan kehilangan kodratnya sebagai seorang wanita. Para wanita saat ini, seakan telah terperdaya oleh keegoisan diri sehingga tak lagi pernah peduli akan bagaimana nantinya masa depan umat ini. Mungkin tidak semua wanita saat ini seperti itu, tapi sebagian besar dari wanita saat ini memang seperti itu.

Sering mendengar kan, kasus seorang ABG yang menggugurkan kandungannya, mengaborsi, melakukan zinah dan berbagai hal maksiat lainnya. Sering mendengar juga kan, kasus seorang ibu yang membuang anaknya, ibu yang tidak peduli dengan anaknya sehingga anaknya menjadi brandal, ibu yang seluruh harinya hanya untuk bekerja di kantor, ibu yang kerjaannya setiap hari hanya menghabis-habiskan uang, pergi ke salon dan berfoya-foya.

Pasti juga sering mendengar kan, istri yang selingkuh di belakang suaminya, istri yang durhaka terhadap suami, istri yang tidak lagi mematuhi suami, dan hal mudharat lainnya. Nah, sekarang kita kaitkan kasus-kasus diatas dengan bobroknya pemimpin bangsa saat ini, merosotnya moral para umat saat ini. Banyak pemimpin yang korupsi, bertindak dzalim, melakukan kriminal moralitas, berzinah, dan maksiat lainnya. Pemimpin bangsa dan umat yang sebagian besar didominasi kaum adam merupakan korban dari bobroknya moral wanita yang berada di belakangnya. Percaya atau tidak, tapi kenyataannya memang seperti itu.

Tidakkah kita belajar dari sejarah, sahabatku…akan kesetiaan dan kemuliaan dari seorang Khadijah, akan ketinggian ilmu dan akhlak dari seorang Aisyah, akan kelembutan dan keindahan akhlak dari seorang Fatimah, dan akan kesabaran dan ketangguhan diri dari seorang Asiyah. Tidakkah kita merefleksikan mereka dalam kehidupan kita, teman? Sudah seharusnya kita para wanita muslim menjadi para penggerak wasiat sejarah ini. Sudah seharusnya kita para wanita mukmin menjadi tonggak berdirinya kemajuan umat dan bangsa ini.

Selama masih ada kita, maka harapan kita untuk menjadikan Islam sebagai peradaban akan terwujud. Oleh karena itu, jadilah wanita yang dirindukan Allah, jadilah wanita yang dicintai Allah, karena pada hakikatnya, wanita diberikan kenikmatan dan keindahan yang begitu banyak oleh Sang Maha Pencipta ini.

Semoga aku dan sahabat wanita semua termasuk wanita yang dipercaya Allah untuk menjadi seorang ibu. Ibu terbaik…! Agar setitik donor kebaikan bisa aku berikan untuk peradaban islam, melalui malaikat-malaikat kecil luar biasa yang kelak lahir dari rahimku. Aamiin.

Allahu’alambisshawwab…

Cha, Yogyakarta - 19 Ramadhan 1433 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar