Selasa, 02 Juli 2013

HADITS LEMAH DAN PALSU YANG POPULER SEPUTAR RAMADHAN



Tidak sedikit hadits-hadits palsu yang beredar di masyarakat dan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan syari’at. Berikut ini adalah beberapa hadits dha’if (lemah) dan maudhu’ (palsu) yang populer ditelinga masyarakat dan menjelaskan kedudukan haditsnya.

Adapun hadits-hadits yang dicantumkan di bawah ini adalah hadits-hadits yang lemah dan palsu secara matan (redaksi), sanad (urutan perawi), ataupun keduanya, sebagaimana telah diuraikan penjelasannya di atas. Dan untuk memperjelas kedudukan dari hadits-hadits yang disebutkan selanjutnya, penulis menganjurkan kepada para pembaca sekalian untuk merujuk kepada kitab-kitab yang penulis sebutkan sebagai referensinya.

Diantara hadits - hadits lemah tersebut di antaranya ;

Hadits Tentang Keutamaan Ramadhan

لَوْ يَعْلَمُ الْعِـبَادُ مَا فِي رَمَضَانَ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِي أَنْ يَكُوْنَ السَّنَةً كُلُّهَا رَمَضَانَ، إِنَّ الْجَنَّةَ لَتَزَيَّنُ لِرَمَضَانَ مِنْ رَأْسِ الْحَوْلِ إِلَى الْحَوْلِ .

Artinya: “Seandainya ummatku mengetahui apa yang terdapat dalam bulan Ramadhan, niscaya ummatku akan menginginkan satu tahun penuh semuanya adalah bulan Ramadhan. Sesungguhnya Surga berhias menyambut Ramadhan setiap tahunnya.”

Derajat: Maudhu’/Palsu. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la Al-Mushili dalam Musnad-nya (no. 5251) sebagaimana disebutkan dalam Mathalibul ‘Aliyah (VI/42-44, no. 1010), Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya (III/190, no. 1886), Ibnu Abi Dunya dalam Fadha’il Ramadhan (hal. 49, no. 22), Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (III/313, no. 3634), dan Ibnul Jauzi dalam Al-Maudhu’at (II/547, no. 1119). Lihat juga Dha’if Targhib wa Tarhib (II/303, no. 596).

Dari jalur Jarir bin Ayyub Al-Bajaliy, dari Asy-Sya’biy, dari Nafi’ bin Burdah, dari ‘Abdullah bin Mas’ud (atau Abu Mas’ud Al-Ghifariy), dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

‘Illat(cacat) Hadits:

- Hadits ini terkadang diriwayatkan atas nama Abdullah bin Mas’ud dan terkadang Abu Mas’ud, namun yang benar adalah Abu Mas’ud Al-Ghifariy. Sebagaimana penjelasan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Mathalibul ‘Aliyah (VI/42-44, no. 1010).

- Jarir bin Ayyub bin Abi Zur’ah bin ‘Amru bin Jarir Al-Bajiliy Al-Kufiy, menyendiri dalam periwayatannya dan dia seorang yang dha’if, sebagaimana telah dijelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:

- Yahya bin Ma’in berkata: ليس بشئ

- Abu Hatim berkata: منكر الحديث٬ ضعيف الحديث

- Abu Zur’ah berkata: منكر الحديث

- Ibnu Hibban berkata: كان ممن فحش خطؤه

- Abu Nu’aim berkata: يضع الحديث

- Al-Bukhari berkata: منكر الحديث

- An-Nasa’i berkata: متروك الحديث٬ ليس بثقة٬ ولا يكتب حديثه

- Al-Baihaqiy berkata: ضعيف عند اهل النقل

- Dan lain-lain. [Lihat Al-Jarh wa Ta’dil (II/503), Al-Majruhin (I/220), Al-Kamil (II/322-323), Al-Mizan (II/116), Lisanul Mizan (II/302), Adh-Dhu’afa (I/198), Ta’jil Al-Manfa’ah (I/384).

Ibnul Jauzi berkata, “Hadits ini palsu dan telah dipalsukan atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” [Lihat Al-Maudhu’at (II/549)]

Imam Asy-Syaukani berkata, “Telah diriwayatkan oleh Abu Ya’la dari jalan Ibnu Mas’ud secara marfu’ dan haditsnya palsu. Kecacatannya terdapat pada Jarir bin Ayyub (Al-Bajaliy). Dan susunan (lafazh)nya adalah susunan yang dapat disaksikan oleh akal bahwa dia adalah hadits palsu.” [Lihat Al-Fawa’id Al-Majmu’ah fil Ahaditsul Maudhu’ah (hal. 88, no. 254)]

Syaikh Al-Albani berkata, “Maudhu’ (palsu).” [Lihat Dha’if Targhib wa Tarhib (II/303, no. 596)]

Al-A’zhamy berkata, “Sanadnya dha’if, bahkan maudhu’.” [Lihat Tahqiq Shahih Ibnu Khuzaimah (III/190)]

Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir (XX/388, no. 967), dari jalur Al-Hayyaj bin Bustham, telah berkata kepada kami ‘Abbad bin Nafi’ dari Abi Mas’ud al-Ghifariy dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (marfu’).”

Hadits ini diriwayatkan juga oleh As-Suyuthi dalam Al-Laali’ (II/85) dari jalur Al-Hayyaj bin Bustham telah berkata kepada kami Al-‘Abbas dari Nafi’ dari Abi Syuraik Al-Ghifari sesungguhnya dia telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

Hadits ini diriwayatkan juga oleh Abu Thahir Ibnu Abi Shaqr dalam Musyikhat (hal. 129, no. 56), dari jalur Al-Hayyaj bin Bustham telah berkata kepada kami Al-‘Abbas dari Nafi’ dari Abi Sarihah al-Ghifariy secara marfu’.

- Al-Hayyaj bin Bustham At-Tamimiy Al-Haruiy Abu Khalid Al-Hanzhaliy. Dia seorang yang dha’if, sebagaimana telah dijelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:

- Yahya bin Ma’in berkata: ليس بشئ٬ هروى ضعيف

- Ahmad bin Hanbal berkata: متروك الحديث

- Abu Dawud berkata: تركوا حديثه

- Abu Hatim berkata: يكتب حديثه ولا يحتج به

- Ibnu Hajar berkata: ضعيف روى عنه ابنه خالد منكرات شديدة

- Ibnu Hibban berkata: كان مرجئا داعية إلى الإرجاء

- Dan lain-lain. [Lihat Al-Kamil (VIII/448), Al-Mizan (VII/103-104), Al-Majruhin (III/96), Tahdzibul Kamal (XXX/357), Tahdzibut Tahdzib (IX/98-99), dan Taqribut Tahdzib (hal. 1029)]

- Tidak diragukan lagi bahwa Al-Hayyaj bin Bustham seorang yang majruh (cacat) dalam periwayatannya, dan yang men-tsiqah-kannya sedikit skali, Maka dalam hal ini (الجرح المفسر مقدم على التعديل المطلق ) jarh yang mufassar lebih didahulukan dari ta’dil yang muthlaq, sebagaimana penjelasan Imam Ahmad, Yahya bin Ma’in dan lain-lain bahwa dia seorang yang ditinggalkan haditsnya. Sedangkan Imam Ahmad dalam jarhnya daqiq (terperinci) dan sangat wara’ (hati-hati), demikian juga dengan Yahya bin Ma’in, seorang yang paling ‘alim tentang rijal (rawi-rawi hadits).

- Sebagian ahli ilmu seperti Al-Hakim men-tsiqah-kannya bila yang meriwayatkan darinya anaknya yang bernama Khalid, sebagaimana yang dinukil oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dari Yahya bin Sa’id Adz-Dzuhaliy. Sedangkan riwayat ini tidak diriwayatkan oleh anaknya sehingga jelas akan kedha’ifannya.

Al-Haitsamiy berkata, “Telah diriwayatkan oleh Ath-Thabraniy dalam Mu’jamul Kabir dan didalam sanadnya ada Al-Hayyaj bin Bustham, dia seorang yang dha’if.” [Lihat Al-Majma’ (III/145)]

Al-Mu’alimiy berkata: “Kemudian As-Suyuthi menyebutkan riwayatnya dari Ibnu Najar sampai kepada Al-Hayyaj bin Bustham telah berkata kepada kami Al-‘Abbas dari Nafi’ dari Abi Syuraik Al-Ghifari secara marfu’. Sedangkan Al-Hayyaj tidak diketahui siapa gurunya, dan tidak juga Abu Syuraik.” [Lihat Tahqiq Al-Fawa’id Al-Majmu’at (hal. 88)]

------------------------------------------------------

Hadits Tentang Lima Hal Yang Membatalkan Puasa

خَمْسٌ يُفْـطِرْنَ الصَّائِمَ وَيُنْقِـضْنَ الْوُضُوْءَ: الْكَـذِبُ، وَالْغِيْبَةُ، وَالنَّمِيْمَةُ، وَالنَّظْرُ بِشَهْوَةٍ، وَالْيَمِيْنُ الْفاجِرَةُ .

 Artinya: “Ada lima hal yang dapat membatalkan puasa dan wudhu’ seseorang, (yaitu): berkata dusta, ghibah (bergunjing), namimah (mengadu domba), melihat dengan nafsu, dan bersumpah palsu.” 
Derahat: Maudhu’/Palsu. Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Jauraqaniy dalam Abathil wal Manakir (I/351, no. 338), Ibnul Jauzi dalam Al-Maudhu’at (II/560, no. 1131), dan Al-‘Iraqiy dalam Takhrijul Ihya’ (I/738).
 Dari jalur Sa’id bin ‘Anbasah dia berkata, telah berkata kepada kami Baqiyah dia berkata, telah berkata kepada kami Muhammad bin Al-Hajjaj dari Jaban dari Anas dia berkata, telah bersabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. 
 ‘Illat (cacat) Hadits:
 – Sa’id bin ‘Anbasah Ar-Raziy, dia seorang yang dha’if, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:
 – Yahya bin Ma’in berkata : لا أعرفه٬ هذا كذاب
 – Al-Junaidiy berkata : كذاب
 – Ibnu Abi Hatim berkata : سمع منه أبي ولم يحدث عنه٬ وقال فيه نظر٬ لا يصدق 
 – Dan lain-lain. [Lihat Al-Mizan (III/223) dan Lisan Al-Mizan (IV/43)] 
 – Baqiyah bin Al-Walid, dia seorang yang dha’if, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:
 – Ibnu ‘Uyainah berkata : لا تسمعوا من بقية ما كان في سنة٬ واسمعوا منه ما كان في ثواب وغيره 
 – Ahmad bin Hanbal berkata : إذا حدث عن قوم ليسوا بمعروفين فلا تقبلوه
 – Ibnu Ma’in berkata : إذا حدث عن الثقات مثل صفوان بن عمرو وغيره فاقبلوه٬ اما إذا حدث عن أولئك المجهولين فلا
 – Abu Mishar Al-Ghassaniy berkata : بقية ليست احاديثه نقية فكن منها على تقية
 – Ibnu Hajar berkata : صدوق كثيى التدليس عن الضعفاء
 – Dan lain-lain. [Lihat Tahdzibut Tahdzib (I/495-498) dan Taqribut Tahdzib (hal. 174)] 
 – Muhammad bin Al-Hajjaj Al-Hamshiy, dia seorang yang dha’if, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:
 – Al-Azdiy berkata : لا يكتب حديثه
 – Ibnu Makulan berkata : ولا يعرف محمد بن الحجاج إلا انه شيخ لبقية بن الوليد
 – Dan lain-lain. [Lihat Al-Mizan (VI/103), Lisan Al-Mizan (VI/190), Adh-Dhu’afa’ wal Matrukin (III/48) dan Ibnu Makulan dalam Al-Ikmal (II/10)] 
 – Jaban dikatakan juga Musa bin Jaban, dia seorang yang dha’if, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:
 – Al-Azdiy berkata : متروك الحديث
 – Ibnu Makulan berkata : وجابان مجهول عن أنس بن مالك
 – Dan lain-lain. [Lihat Dzail Al-Mizan (hal. 167), Lisan Al-Mizan (II/285) dan Al-Ikmal (II/10)] 
 Ibnu Abi Hatim berkata: “Aku telah bertanya kepada bapakku tentang hadits yang diriwayatkan oleh Baqiyah dari Muhammad bin al-Hajjaj dari Maisarah bin ‘Abdillah dari Jaban dari Anas bin Malik dari Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam. Dan menyebutkan hadits diatas, kemudian bapakku menjawab, ini adalah hadits dusta.” [Lihat Kitab Al-‘Illal (I/258-259)]
 Al-Jauraqaniy berkata: “Hadits ini adalah bathil didalam sanadnya ada kegelapan.” [Lihat Al-Abathil (I/351)]
 Ibnul Jauziy berkata: “Hadits ini maudhu’.” [Lihat Al-Maudhu’at (II/561)]
 As-Suyuthiy berkata: “Maudhu’, Sa’id seorang pendusta dan tiga orang yang diatasnya adalah orang-orang yang cacat.” [Lihat Al-La’ali’ (II/90)]
 Ibnu Makulan berkata: “Hadits munkar.” [Lihat Al-Ikmal (II/10-11)]
 Al-‘Allamah Muhammad Husainiy Ath-Tharabalsiy berkata: “Khabar maudhu’.” [Lihat Kasyful Ilha’ (I/333) dan Nashbur Rayah (II/509)]

 Syaikh Al-Albaniy berkata: “Maudhu’.” [Lihat Silsilah Adh-Dha’ifah (IV/199, no. 1708)]

_____________________________________________________

Hadits Yang Menyebutkan Bahwa Puasa Dapat Menjadikan Sehat

اغزوا تغنموا وصُوْمُوْا تَصِحُّوْا وسافروا تستغنوا.

وفي رواية: صُوْمُوْا تَصِحُّوْا.

وفي رواية: سافروا تَصِحُّوْا٬ وصُوْمُوْا تَصِحُّوْا٬ واغزوا تغنموا.

Artinya: “Berpuasalah, niscaya kamu akan sehat.”

Derajat: Dha’if/Lemah. Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath (VIII/174, no. 8312), dan Al-Kabir (XI/63, no. 11052), Abu Nu’aim dalam Thibbun Nabawi (I/236, no. 113), Al-‘Uqailiy dalam Adh-Dhu’afa’ (II/92), Imam Al-‘Iraqi dalam Takhrijul Ihya’ (II/754, no. 2771), Al-‘Ajluniy dalam Al-Kasyful Khafa’ (I/445), dan Mushannaf ‘Abdirrazaq (V/168-169, no. 9269 dan V/11, no. 8819). Lihat juga Silsilah Adh-Dha’ifah (I/420, no. 253).

Dari jalur Muhammad bin Sulaiman bin Abi Dawud dia berkata, telah berkata kepada kami Zuhair bin Muhammad dari Suhail bin Abi Shalih dari bapaknya dari Abu Hurairah dia berkata, telah bersabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Dan Ath-Thabraniy meriwayatkan dari jalur Syaikhnya Musa bin Zakariya dengan sanadnya sampai kepada Muhammad bin Sulaiman bin Abi Dawud dengan sanadnya sampai kepada Abu Hurairah secara marfu’.

‘Illat (cacat) Hadits:

- Musa bin Zakariya, dia seorang yang dha’if, sebagaimana di jelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:

- Adz-Dzahabiy berkata: تكلم فيه الدارقطني

- Ad-Daruquthniy berkata: أنه متروك

- Al-Hakim berkata: أنه متروك

- Lafazh hadits ini tidak diriwayatkan dari Suhail kecuali Zuhair bin Muhammad Al-Anbariy Al-Khurasaniy, sebagaimana ditegaskan oleh Imam Ath-Thabrani dalam Mu’jam al-Ausath (VIII/174, no. 8312).

- Zuhair bin Muhammad seorang yang dha’if dalam riwayat ahli syam, termasuk hadits ini. Sebagaimana di jelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:

- Yahya bin Ma’in berkata: خراساني ضعيف

- An-Nasa’i berkata: ليس بالقوي

- Abu Hatim berkata: محله الصدق في حفظه سوء

- Al-Bukhari berkata: روى عنه أهل الشام مناكير

- Dan lain-lain. [Lihat Al-Mizan (VI/541-542), Lisanul Mizan (VII/178), As-Siyar (VIII/188), Al-Kamil (IV/177), Al-Jarh wa Ta’dil (III/590), At-Tarikhul Kabir (III/427), Tahdzibul Kamal (IX/414), dan Taqribut Tahdzib (hal. 205, no. 2049)]

- Apabila ahli syam meriwayatkan suatu hadits dari Zuhair bin Muhammad maka haditsnya munkar, seperti hadits di atas. Telah meriwayatkan darinya Muhammad bin Sulaiman bin Abi Dawud Al-Harani, dan dia dari ahli syam. Sebagaimana di jelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:

- Abu Hatim berkata: منكر الحديث

- An-Nasa’i berkata: لا بأس به

- Ibnu Hajar berkata: صدوق

- Dan lain-lain. [Lihat Al-Jarh wa Ta’dil (VII/267), Taqribut Tahdzib (hal. 850), Al-Mizan (VI/172), Tsiqat Ibnu Hibban (IX/69), Tahdzibul Kamal (XXV/303), dan Tahdzibut Tahdzib (VII/186)]

Imam Al-‘Iraqi berkata: “Min hadits Abu Hurairah bisanadin dha’if.” [Lihat Takhrijul Ihya’ (II/754, no. 2771)]

Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ibnu ‘Adiy (VII/2521), dari jalur Nahsyal bin Adh-Dhahak dari Ibnu ‘Abbas secara marfu’.

- Nahsyal bin Sa’id bin Wardan adalah seorang yang dha’if. Sebagaimana di jelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:

- Yahya bin Ma’in berkata: ليس بشيء٬ ليس بثقة

- Ishaq bin Rahawaih berkata: كان كذابا

- An-Nasa’i berkata: متروك الحديث

- Abu Dawud Ath-Thayalisiy berkata: كذاب

- Abu Hatim berkata: ليس بقوي، متروك الحديث، ضعيف الحديث

- Abu Zur’ah berkata: خراساني ضعيف

- Al-Bukhari berkata: أحاديثه مناكير

- Ibnu Hajar berkata: متروك، وكذبه إسحاق بن راهويه

- Dan lain-lain. [Lihat Al-Jarh wa Ta’dil (VIII/496), At-Tarikhul Kabir (VIII/115), Al-Majruhin (III/52), Taqribut Tahdzib (hal. 1009)]

- Keterputusan sanad antara Adh-Dhahhak dengan Ibnu ‘Abbas adalah karena Adh-Dhahhak bin Muzahim tidak mendengarnya dari Ibnu ‘Abbas. Sebagaimana di jelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:

- Yahya bin Sa’id Al-Qaththan: كان شعـبة ينكر أن يكون الضحاك لقي إبن عـباس قـط

- Ath-Thayalisiy berkata, aku mendengar ‘Abdul Malik bin Maisarah berkata:

الضحاك لم يلق إبن عـباس 

- Al-Albaniy berkata: لم يسمع من ابن عباس

- Dan lain-lain. [Lihat Al-Kamil (V/149-152), Al-Mizan (III/446), dan Silsilah Adh-Dha’ifah (I/421, no. 253)]

Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ibnu ‘Adiy dalam Al-Kamil (III/226), dari jalur Al-Husain bin ‘Abdullah bin Dhamirah dari bapaknya dari kakeknya dari ‘Ali secara marfu’.

- Husain bin ‘Abdullah bin Dhamirah bin Dhamrah al-Hamiriy Madaniy, seorang yang dha’if. Sebagaimana di jelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:

- Ahmad bin Hanbal berkata: متروك الحديث٬ لا يساوي شيئا

- Ibnu Ma’in berkata: ليس بثقة ولا مأمون٬ ليس بشيء٬ ليس حديثه شيء

- Abu Hatim berkata: ترك الناس حديث الحسين بن ضميرة٬ هو عندي متروك الحديث كذاب 

- Abu Zur’ah berkata: ليس بشيء٬ ضعيف الحديث٬ أضريب على حديثه

- Al-Bukhari berkata: منكر الحديث٬ تركه علي وأحمد

- Abu Dawud berkata: ليس بشيء

- An-Nasa’i berkata: ليس بثقة ولا يكتب حديثه

- Ibnu Hibban berkata: روى عن ابيه عن جده بنسخة موضوعة

- Ad-Daruquthniy berkata: متروك

- Ibnu Hajar berkata: كذبه مالك

- Dan lain-lain. Lihat, Al-Jarh wa Ta’dil (III/58), At-Tarikhul Kabir (II/388), Al-Majruhin (I/244), Dzail Al-Kasyf (hal. 77), dan Ta’jil al-Manfa’ah (I/450-451)]

Syaikh Al-Albani berkata: “Dha’if.” [Lihat Silsilah Adh-Dha’ifah (I/420, no. 253)]


Ash-Shaghaniy berkata: “Dan hadits ini adalah maudhu’.” [Lihat Maudhu’at Ash-Shaghaniy (hal. 7, no. 51), Silsilah Adh-Dha’ifah (I/420, no. 253), dan Fawa’idul

_________________________________________________

Hadits Tentang Tidurnya Orang Yang Berpuasa Adalah Ibadah

نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ وَصَمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَـفٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ مَغْـفُوْرٌ.

وفي رواية: نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ وسُكُته تَسْبِيْحٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَعَمَلُهُ مُقبول.

وفي رواية: نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ونفسه تَسْبِيْحٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ. 

Artinya: “Tidurnya orang yang berpuasa itu dianggap ibadah, diamnya adalah tasbih, amalnya (dibalas) berlipat ganda, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni.”

Derajat: Dha’if Jiddan/Sangat Lemah. Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (III/415, no. 3937), Abu Muhammad bin Sha’id dalam Musnad Ibnu Abi ‘Aufa (II/120), Ad-Dailami dalam Musnad Firdaus (IV/248), Al-Wahidi dalam Al-Wasith (I/65/1), dan Al-‘Iraqi dalam Takhrijul Ihya’ (no. 727).

Dari jalur Sulaiman bin ‘Amru dari ‘Abdul Malik bin ‘Umair dari ‘Abdullah bin Abi ‘Aufa dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.

‘Illat (cacat) Hadits:

- Sulaiman bin ‘Amru dia adalah Abu Dawud An-Nakha’i Al-Qamiy, dia seorang yang dha’if, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:

- Abu Hatim berkata:ذاهب الحديث متروك الحديث كان كذابا

- Ibnu Ma’in berkata: ليس بشئ يكذب يضع الحديث

- Ibnu Hibban berkata: كان يضاع الحديث وضعا وكان قدريا

- Dan lain-lain. [Lihat Al-Jarh wa Ta’dil (IV/132) dan Al-Majruhin (I/419)]

Syaikh Al-Albani berkata: “Ini adalah maudhu’, Sulaiman bin ‘Amru seorang pendusta.” [Lihat Silsilah Adh-Dha’ifah (X/230, no. 4696)]

- ‘Abdul Malik bin ‘Umair al-Hakhmiy Al-Kufiy, Abu ‘Umar Al-Quthbiy. Dia seorang yang dha’if, sebagaimana telah dijelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:

- Abu Hatim berkata: لم يوصف بالحفظ٬ ليس بحافظ٬ هو صالح تغير حفظه قبل موته

- Ahmad bin Hanbal berkata: مضطرب الحديث مع قلة حديثه

- Ibnu Ma’in berkata: مخلط

- Ibnu Kharrasy berkata: كان شعبة لا يرضاه

- Adz-Dzahabi berkata: طال عمره وساء حفظه

- Ibnu Hajar berkata: ثقة فصيح عالم تغير حفطه وربما دلس

- Dan lain-lain. [Lihat Al-Jarh wa Ta’dil (III/372), Al-Mizan (IV/405), dan Taqribut Tahdzib (hal. 625)]

Hadits ini diriwayatkan juga oleh Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (III/415) dengan dua jalur:

Jalur pertama, dari Khalf bin Yahya Al-‘Abdiy dari ‘Anbasah bin ‘Abdul Wahid telah berkata kepada kami ‘Abdul Malik bin ‘Umair dari ‘Abdullah bin Abi ‘Aufa.

- Khalf bin Yahya al-‘Abdiy Qadhiy Khurasan, dia seorang yang dha’if sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:

- Abu Hatim berkata: متروك الحديث كان كذابا لا يشتغل به ولا بحديثه 

- Adz-Dzahabi menukilnya dan berkata: متروك الحديث كان كذابا لا يشتغل به ولا بحديثه

- Ibnu Hajar juga menukilnya dan berkata: متروك الحديث كان كذابا لا يشتغل به ولا بحديثه

- Dan lain-lain. [Lihat Al-Jarh wa Ta’dil (III/372), Al-Mizan (II/454), Al-Lisan (III/246), dan Tarikh Ashbahan (I/209)]

- ‘Abdul Malik bin ‘Umair Al-Hakhmiy Al-Kufiy, Abu ‘Umar Al-Quthbiy, dia seorang yang dha’if dan telah dijelaskan keadaannya di atas.

Jalur kedua, dari Ma’ruf bin Hasan telah berkata kepada kami Ziyad bin Al-A’lam dari ‘Abdul Malik bin ‘Umair dari ‘Abdullah bin Abi ‘Aufa.

- Ma’ruf bin Hasan as-Samarqandiy, Abu Mu’adz. dia seorang yang dha’if, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ulama ahlul hadits, diantaranya:

- Abu Hatim berkata : مجهول

- Ibnu ‘Adiy berkata : منكر الحديث

- Al-Baihaqi berkata : معروف بن حسان ضعيف

- Dan lain-lain. [Lihat Jarh wa Ta’dil (VIII/323), Syu’abul Iman (III/416), Al-Mizan (VI/467), dan Al-Kamil (VIII/30)]

- ‘Abdul Malik bin ‘Umair al-Hakhmiy Al-Kufiy, Abu ‘Umar Al-Quthbiy, dia seorang yang dha’if dan telah dijelaskan keadaannya di atas.

‘Ali Al-Qariy berkata, “Hadits ini telah diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan sanad yang dha’if dari ‘Abdullah bin Abi ‘Aufa.” [Lihat Al-Asrar Al-Marfu’ah (hal. 255)]

Al-‘Iraqiy melemahkan hadits ini dalam Takhrijul Ihya’ (I/182) dan Al-Baihaqiy juga melemahkan seluruh jalurnya dalam Syu’abul Iman (III/415).

Hadits ini diriwayatkan juga oleh As-Suhamiy dalam Tarikh Jurjaniy (hal. 370), dari jalur Muhammad bin Ja’far bin Muhammad bin ‘Ali bin Al-Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib telah berkata kepadaku, bapakku dari bapaknya dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.

- Sanad hadits ini munqathi’ mu’dhal.


- Ja’far bin Muhammad adalah Ja’far Shadiq dan bapaknya adalah Muhammad bin ‘Ali bin Husain tidak bertemu dengan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.

***
muslimah.or.id
_______________________________

Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka.

يا أيها الناس قد أظلكم شهر عظيم ، شهر فيه ليلة خير من ألف شهر ، جعل الله صيامه فريضة ، و قيام ليله تطوعا ، و من تقرب فيه بخصلة من الخير كان كمن أدى فريضة فيما سواه ، و من أدى فريضة كان كمن أدى سبعين فريضة فيما سواه ، و هو شهر الصبر و الصبر ثوابه الجنة ، و شهر المواساة ، و شهر يزاد فيه رزق المؤمن ، و من فطر فيه صائما كان مغفرة لذنوبه ، و عتق رقبته من النار ، و كان له مثل أجره من غير أن ينتقص من أجره شيء قالوا : يا رسول الله ليس كلنا يجد ما يفطر الصائم ، قال : يعطي الله هذا الثواب من فطر صائما على مذقة لبن ، أو تمرة ، أو شربة من ماء ، و من أشبع صائما سقاه الله من الحوض شربة لايظمأ حتى يدخل الجنة ، و هو شهر أوله رحمة و وسطه مغفرة و آخره عتق من النار ،

“Wahai manusia, bulan yang agung telah mendatangi kalian. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari 1. 000 bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai ibadah tathawwu’ (sunnah). Barangsiapa pada bulan itu mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan,  ia seolah-olah mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa mengerjakan satu perbuatan wajib, ia seolah-olah mengerjakan 70 kebaikan di bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, sedangkan kesabaran itu balasannya adalah surga. Ia (juga) bulan tolong-menolong. Di dalamnya rezki seorang mukmin ditambah. Barangsiapa pada bulan Ramadhan memberikan hidangan berbuka kepada seorang yang berpuasa, dosa-dosanya akan diampuni, diselamatkan dari api neraka dan memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tadi sedikitpun” Kemudian para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidak semua dari kita memiliki makanan untuk diberikan kepada orang yang berpuasa.” Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkata, “Allah memberikan pahala tersebut kepada orang yang memberikan hidangan berbuka berupa sebutir kurma, atau satu teguk air atau sedikit susu. Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (1887), oleh Al Mahamili dalam Amaliyyah (293), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (6/512), Al Mundziri dalam Targhib Wat Tarhib (2/115)

Hadits ini didhaifkan oleh para pakar hadits seperti Al Mundziri dalam At Targhib Wat Tarhib (2/115), juga didhaifkan oleh Syaikh Ali Hasan Al Halabi di Sifatu Shaumin Nabiy (110), bahkan dikatakan oleh Abu Hatim Ar Razi dalam Al ‘Ilal (2/50) juga Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (871) bahwa hadits ini Munkar.

Yang benar, di seluruh waktu di bulan Ramadhan terdapat rahmah, seluruhnya terdapat ampunan Allah dan seluruhnya terdapat kesempatan bagi seorang mukmin untuk terbebas dari api neraka, tidak hanya sepertiganya. Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini adalah:

من صام رمضان إيمانا واحتسابا ، غفر له ما تقدم من ذنبه

“Orang yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari no.38, Muslim, no.760)

Dalam hadits ini, disebutkan bahwa ampunan Allah tidak dibatasi hanya pada pertengahan Ramadhan saja. Lebih jelas lagi pada hadits yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi, Rasulullah bersabda:

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ، وَمَرَدَةُ الجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

“Pada awal malam bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin jahat dibelenggu, pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Pintu surga dibuka, tidak ada satu pintu pun yang ditutup. Kemudian Allah menyeru: ‘wahai penggemar kebaikan, rauplah sebanyak mungkin, wahai penggemar keburukan, tahanlah dirimu’.  Allah pun memberikan pembebasan dari neraka bagi hamba-Nya. Dan itu terjadi setiap malam” (HR. Tirmidzi 682, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi)

Adapun mengenai apa yang diyakini oleh sebagian orang, bahwa setiap amalan sunnah kebaikan di bulan Ramadhan diganjar pahala sebagaimana amalan wajib, dan amalan wajib diganjar dengan 70 kali lipat pahala ibadah wajib diluar bulan Ramadhan, keyakinan ini tidaklah benar  berdasarkan hadits yang lemah ini. Walaupun keyakinan ini tidak benar, sesungguhnya Allah ta’ala melipatgandakan pahala amalan kebaikan berlipat ganda banyaknya, terutama ibadah puasa di bulan Ramadhan.


Muslim.Or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar