Selasa, 08 November 2011

Engkau menanam, pasti engkau kan menuainya...

Di kisahkan oleh Imam Adz – Zahabi dalam kita al kaba’ir, dan juga Ibnu Hajar dalam kitabnya az – Zawaajir, bahwasannya ada seorang laki – laki yang buntung tangannya hingga pangkal lengannya ia berkata,”Barangsiapa yang melihat keadaanku, maka jangan sekali – kali berlaku dzalim atau melakukan sebuah kedzaliman pada siapapun, kemudian orang itu di Tanya, “ apa sesungguhnya yang terjadi pada dirimu wahai saudaraku…?, lalu mulailah ia bercerita tentang masa lalu kehidupannya.

Kisahku teramat sangat menyedihkan, dahulu aku adalah seorang yang mudah sekali melakukan sebuah kedzaliman.

Suatu hari aku melihat seorang nelayan yang baru saja mendapatkan ikan yang sangat besar dan menakjubkan aku, akupun segera menghampirinya dan berkata, “Berikanlah ikan itu padaku…, dia menjawab, “ Tidak…! Karena ikan ini akan saya jual dan hasilnya akan saya gunakan untuk membeli makan keluargaku. Kemudian aku merampasnya dan memukulnya kemudian aku pergi meninggalkannya. Dalam perjalanan pulang dengan membawa ikan rampasanku itu, tiba – tiba ikan itu menggigit jempol tanganku dengan gigitan yang sangat kuat.

Sesampainya di rumah ku letakan ikan itu sementara jempol tanganku semakin terasa sakitnya hingga aku tak dapat tidur semalaman akibat rasa nyeri yang teranat sangat.

Pagi harinya aku mendatangi seorang tabib dan mengeluhkan rasa sakitku itu dan berharap sang tabib segera mengobati lukaku itu. Sang tabib segera memeriksa lukaku dan ia berkata,” anda terkena infeksi, dan sebaiknya jempol anda harus di potong, jika tidak maka akan menjalar ke tanganmu. Maka aku harus merelakan jempol tanganku di amputasi.

Namun ternyata rasa sakit itu telah menjalar ke bagian telapak tangan hingga akupun belum bisa tidur karena menahan sakitnya, akupun kembali mendatangi tabib itu, dan ia berkata, “ Potonglan telapak tanganmu, hingga rasa sakit itu tidak menjalar ke hasta-mu…, akhirnya telapak tangankupun di amputasi juga.
Penyakit itu masih terus menjalar hingga orang itu harus di potong tangannya hingga sampai siku, karena rasa sakitpun tak kunjung reda justru makin menjalar maka di potonglah lengan orang tersebut hingga sampai pada pangkal lengannya.

Pada akhirnya seseorang menyarankan padanya untuk meminta maaf pada orang yang pernah ia dzalimi dan Allah berkehendak mempertemukan keduanya, ia pun segera meminta maaf, dan rasa sakit itupun tak lagi menjalar setelah orang yang di dzalimi itu memaafkannya, Subhanallah…

Begitulah balasan orang yang berlaku dzalim, seperti sebuah pepatah, “ Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri”.

Banyak kasus ataupun kisah dan realita yang menimpa orang – orang dzalim namun tidak menjadikan mata orang dzalim itu menjadi terbuka, mungkin karena mereka merasa tidak bernasib sama. Meski telah berbuat aniaya, dan telah berselang lama namun tak ada tanda – tanda akan bernasib celaka. Pandangan inilah yang membuat mereka terlena dan tak merasa bahwa ia akan menuai atas apa yang telah mereka tanam.

Jika mereka belum merasakan balasan, bukan berarti Allah lupa, atau di kira kedzaliman mereka tidak menyebabkan apa – apa, hingga mereka tak perlu menyesali perbuatannya apalagi menyudahi kedzalimannya itu, karena boleh jadi Allah hanya menangguhkan sementara saja atas kedzaliman yang mereka perbuat, hingga pada saat yang mereka tak menyadarinya balasan itu akan Allah timpakan pada mereka, sebagaimana dalam firman-Nya;
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak .( Ibrahim (14) : 42)

As- Sa’di berkomentar tentang ayat ini, “sungguh ini ancaman yang sangat keras bagi orang – orang yang berbuat dzalim, sekaligus kabar gembira pagi orang yang di dzalimi”, karena orang yang terdzalimi akan mendapatkan keadilan yang sesungguhnya.

Kalaupun hingga akhir hayat hukuman itu belum di turunkan maka balasan di akhirat telah menanti, dan keadilan hakiki akan di tegakkan.

Maka kelak akan ada orang yang Nabi shalallahualaihi wasalam di katakana sebagai orang yang bangkruk (muflis) sebagaimana Beliau shalallahualaihi wassalam dalam gambarkan dalam sebuah hadits, “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu…? Mereka (para sahabat) menjawab,” orang yang bangkrut itu adalah orang yang tidak memiliki dirham maupun kekayaan”. Lalu Nabi bersabda;

 “Seorang yang muflis dari umatku ialah yang mempunyai simpanan pahala shalat, puasa, dan zakat namun ia telah menghina seseorang, memberi tuduhan kepada orang lain, mengambil harta bukan miliknya pernah membunuh, dan memukul si ini dan itu. Ia akan disidangkan di hadapan peradilan Allah, dan diberi hukuman sepadan dengan kesalahannya, yang mengurangi kebiujakan-kebijakannya. Apabila kebajikan-kebajikannya dikurangi sampai habis sebelum dapat menutup dan melunasi kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, kesalahan-kesalahan orang lain ditimpakan kepadanya, sehingga ia dimasukan ke neraka”.(HR. Muslim)

Begitulah saat orang Dzalim yang merasa punya kuasa dan kekuatan dengan seenaknya saja berbuat aniaya, dia lupa bahwa orang yang di dzalimi memiliki senjata yang sangat ampuh untuk menjatuhkannya, sebagaimana Nabi shalallahualaihi wassalam bersabda;

Takutlah kamu terhadap doa orang yang terdzalimi, karena tidak ada penghalang antara dia dengan Allah”.(HR. Bukhari)

Maka orang yang menimpakan kedzaliman kepada orang lain sesungguhnya ia sedang menggali kuburannya sendiri.

Man hafara hufratan liakhiihi waqa’a fiiha,
Barangsiapa menggali lubang untuk saudaranya, ia sendiri yang  kan terperosok ke dalamnya.

Akhirnya, kita memohon pada Allah subhanahu wata’ala agar terhindar dari mendzalimi ataupun di dzalimi. Allahumma inna na’udzubika min an nazhlima au nuzhlama…

~abie sabiella~

Referensi :
Majalah ar risalah –No. 124 /Vol.XI/04 Ddzulqa’dah 1432 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar