oleh Vania Zulaikha pada 27 April 2012 pukul 10:24 ·
Caraku mencintaimu…
aku mencintaimu dengan
sangat sederhana, sesederhana saat kita berkelakar tentang lemak yang
sama-sama menumpuk di perut kita. menghapuskan resahku saat kubilang tak
nyaman dengan bulatnya pipiku, buncitnya perutku, dan besarnya
lenganku. pastilah kau akan memelukku dan mengatakan bahwa tak ada yang
tak kau suka tentang lemak-lemak yang mendiami tubuhku.lalu kau
membelaiku, mengecup keningku, mesra…
aku mencintaimu
dengan sederhana, seperti saat kita berebut selimut ketika dingin
menyusup. memastikan bahwa aku tak bisa merebut selimut itu darimu
hingga aku menyerah kalah, dan kau tersenyum dengan lembut sambil
berkata bahwa selimut itu tak begitu aku butuhkan, karena lenganmu
selalu menjadi yang paling aku butuhkan. lalu aku meringkuk, merebahkan
kepalaku diatas dadamu yang hangat. dan kau memelukku, berharap kita
bertemu di mimpi yang sama saat terlelap...
Dan aku
mencintaimu sesederhana saat kau meredam setiap emosiku yang terbakar
cemburu dan ragu hanya dengan satu kecup. meyakinkan ku bahwa hanyalah
aku dalam hidupmu. ya, sesederhana itu…
Caramu mencintaiku…
kau mencintaiku dengan tanpa ragu, walau kau tahu suatu saat akan kehilanganku cepat atau lambat, hanyalah hitungan waktu...
kau
mencintaiku dengan keberanian yang besar untuk mengorbankan harga
dirimu dimata teman-temanmu dan teman-temanku, hanya untuk berkata bahwa
kau mencintaiku dan meneriakkannya kepada seluruh dunia…
kau
mencintaiku dengan segala resiko yang kita sama-sama tahu, bahwa
kenyataan akan membawa kita pada sebuah perpisahan, namun kau semakin
mengencangkan pelukan. hingga kemudian, tibalah waktunya kau pasrah,
akan keadaan. saat kubilang ini takkan mudah, kau coba yakinkan kembali
bahwa rasa itu akan tetap ada, cinta itu akan selamanya ada, untukku…
kau
mencintaiku dengan segala keadaan yang menyiksa namun kau tutupi dengan
tawa dan canda, berharap semua akan baik-baik saja dikemudian…
Dan
kau pun mencintaiku dengan kalimat-kalimat yang membuatku semakin tak
mudah melepasmu, “setidaknya kita pernah memaksa untuk bertahan, inilah
cara kita mengerti arti setia. dan kita masih punya doa sebagai senjata,
saat semua terasa tidaklah mungkin untuk dipertahankan.”
inilah
kamu, inilah aku. itulah cara kita saling mencinta. aku harap semua tak
pernah sia-sia. aku mencintaimu dengan semua kesederhanaan tentangmu,
kau mencintaiku dengan semua pengorbanan untukku…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar