Selasa, 22 November 2011

Untukmu [calon] Istriku...

Sengaja ku tulis surat ini untuk mu duhai calon pendamping hidupku, dan ku simpan surat ini di atas awan…


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…


Dear calon istriku…
Apa kabarnya imanmu hari ini? Sudahkah harimu ini kau awali dengan untaian rasa syukur karena dapat menatap kembali fananya hidup ini?

Sudahkah air wudhu menyegarkan kembali ingatanmu atas amanah yang saat ini tengah kau genggam?


Wahai Calon Istriku…
Tahukah engkau betapa Allah sangat mencintaiku dengan limpahan kasih sayang-Nya? Disini aku ditempa untuk menjadi dewasa, agar aku lebih bijak menyikapi sebuah kehidupan dan siap mendampingimu kelak. Meskipun kadang keluh dan putus asa menyergapi, namun kini kurasakan diri ini lebih baik.


Kadang aku bertanya-tanya, kenapa Allah selalu mengujiku tepat dihatiku. Bagian terapuh diriku, namun aku tahu jawabannya. Allah tahu dimana tempat yang paling tepat agar aku senantiasa kembali mengingat-Nya kembali mencintai-Nya. 


Ujian demi ujian Insya Allah membuatku menjadi lebih tangguh, sehingga saatnya kelak kita bertemu, kau bangga telah memiliki aku dihatimu, menemani harimu...


Duhai Calan Istriku…
Entah dimana keberadaanmu saat ini, Tapi aku yakin Allah pun mencintaimu sebagaimana Dia mencintaiku. Aku yakin Dia kini tengah melatihmu menjadi mujahidah yang tangguh, hingga akupun bangga memilikimu kelak…


Apa yang kuharapkan darimu adalah ke-shalihah-an. Semoga sama halnya dengan dirimu. Karena apabila ketampanan yang kau harapkan dariku, hanya kesia-siaan yang kau dapati.


Aku masih haus akan ilmu dan pengalaman hidup, dengan berbekal ilmu dan pengalaman hidup yang ada saat ini, aku berharap dapat menjadi seorang suami yang mendapat keridhaan Allah dan dan dirimu duhai kekasih…


Wahai calon Istriku…
Saat aku masih menjadi asuhan ayah dan bundaku, tak lain doaku agar menjadi anak yang sholeh, agar kelak dapat menjadi Investasi keduanya di akhirat. Namun nanti, setelah menjadi suamimu, aku berharap menjadi pendamping yang sholeh agar kelak disyurga kita kan selalu bersama dan engkalah Ratu dari Bidadari – bidadari syurga itu…


Aku ini pencemburu berat. Tapi kalau Allah dan Rasulullah lebih kau cintai daripada aku, aku rela. Aku harap begitu pula dirimu.


Calon Istriku yang di rahmati Allah…
Apabila hanya sebuah gubuk menjadi perahu pernikahan kita, takkan kunamai dengan gubuk derita. Karena itulah markas dakwah kita, dan akan menjadi indah ketika kita hiasi dengan cinta dan kasih, dan gubuk itu adalah “Gubuk Syurgaku”.


Ketika kelak telah lahir generasi penerus dakwah islam dari pernikahan kita, Bantu aku untuk bersama mendidiknya dengan harta yang halal, dengan ilmu yang bermanfaat, terutama dengan menanamkan pada diri mereka ketaatan kepada Allah Subhanahu wata’ala..


Bunga akan indah pada waktunya. Yaitu ketika bermekaran menghiasi taman. Maka kini tengah kupersiapkan diri ini sebaik-baiknya, bersiap menyambut kehadiranmu dalam kehidupanku, karena engkau adalah bunga dalam taman hatiku…


Kini aku sedang belajar menjadi yang lebih baik. Meski bukan yang terbaik, tapi setidaknya aku ingin menjadi yang terbaik disisimu kelak, InsyaAllah…


Duhai Calon Istriku…
Inilah sekilas harapan yang kuukirkan dalam rangkaian kata. Seperti kata orang, tidak semua yang dirasakan dapat diungkapkan dengan kata-kata. Itulah yang kini kuhadapi. Kelak saat kita tengah bersama, maka disitulah kau akan memahami diriku, sama halnya dengan diriku yang akan belajar memahamimu…


Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Dari Lembah Penantian Abadi
_Calon Suamimu_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar