Barangsiapa telah diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak akan ada
yang dapat menyesatkannya. Barangsiapa yang ditetapkan atasnya
kesesatan, maka tak seorangpun yang dapat menunjukinya.
Kita sebagai
manusia harus mau berusaha dengan sekuat tenaga agar tidak termasuk ke
dalam golongan orang-orang yang sesat. Dalam shalatpun, kita mengucapkan
doa ini dalam surat Al-Fatihah.
Namun, dalam keseharian, tindakan apa yang telah kita lakukan agar
kita dapat terus istiqomah di jalan Allah? Padahal, manusia adalah
makhluk yang tak pernah lepas dari kesalahan.
Tak jarang, kita melakukan dosa-dosa ringan yang tak kita sadari. Lalu bagaimana dengan dosa-dosa besar yang telah kita lakukan? Dosa-dosa ini merupakan noda-noda hitam dalam hati. Noda hitam ini membuat hati menjadi keras hingga berkarat. Hati yang keras akan membuat pemiliknya menjadi semakin tak takut terhadap dosa, tak takut akan perihnya azab Allah.
Tak jarang, kita melakukan dosa-dosa ringan yang tak kita sadari. Lalu bagaimana dengan dosa-dosa besar yang telah kita lakukan? Dosa-dosa ini merupakan noda-noda hitam dalam hati. Noda hitam ini membuat hati menjadi keras hingga berkarat. Hati yang keras akan membuat pemiliknya menjadi semakin tak takut terhadap dosa, tak takut akan perihnya azab Allah.
Aih, semoga kita tak menjadi orang-orang seperti itu. Lalu apa yang
harus kita lakukan agar noda hitam itu tak membuat hati menjadi semakin
mengeras? Terapi syar’i untuk meluluhkan hati yang keras adalah dengan
menangis. Menangis yang dimaksud adalah menangis karena takut pada
Allah.
Sungguh, orang-orang shaleh terdahulu (salafush shaleh) telah menjelaskan betapa agungnya kedudukan menangis karena Allah.
- Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya beliau pernah
berkata, “Demi Allah, menangis dan air mataku mengalir membasahi pipiku
itu lebih aku sukai dari pada aku bersedekah dengan seribu dinar.” (HR.
ad-Darimi)
- Dari Zaid bin Aslam, dia berkata, “Aku mendengar Abu Hazm berkata,
‘Telah sampai suatu riwayat kepada kami bahwa tangisan seseorang karena
takut kepada Allah merupakan kunci rahmat-Nya’.”
- Hakim bin Ja’far mengutarakan bahwa ia pernah mendengar Sufyan bin
Ulyainah berkata, “Tangisan ini adalah kunci-kunci taubat. Tidakkah
kalian melihat bahwa orang yang menangis itu tersentuh hatinya kemudian
dia menyesali dosa-dosanya?”
Menangis karena takut pada Allah memiliki banyak keutamaan, dua diantaranya adalah:
1. Selamat dari Neraka
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Aku pernah mendengar
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Dua mata yang tidak
akan terjilat api neraka, mata yang menangis karena takut kepada Allah
dan mata yang berjaga-jaga di tengah malam di jalan Allah.” [HR.
At-Tirmidzi]
2. Kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dari Tsauban bin Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wassalam pernah bersabda, “Thuba bagi siapa saja yang menjaga lisannya,
menetapi rumahnya, dan menangisi dosa-dosanya.” [HR. Ath-Thabrani]
Thuba = kebahagiaan dan kesenangan tiada tara. Ada juga yang mengartikannya dengan surga atau sejenis pohon di surga.
Karena itu, jika hati cepat tersentuh akan hal-hal yang dapat
mengingatkan kita kepada kebesaran Allah, rahmat Allah, dosa-dosa kita,
berbahagialah karena sesungguhnya rahmat Allah telah datang.
Maraji’: Menangis: Terapi Syar’i Meluluhkan Kerasnya Hati, Shalih bin Shuwalih al-Hasawi, Penerbit Darul Haq, 2007
http://bungazahrah.wordpress.com/2008/12/13/menangis-terapi-syari-meluluhkan-kerasnya-hati/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar