Melihat ke belakang, menoleh
sejarah. Ada kisah-kisah menakjubkan yang telah tertoreh.
Manusia-manusia pilihan, tokoh besar sepanjang masa. Membaca dan
mempelajari tentang kehidupan mereka seakan membaca dan mempelajari
sebuah keajaiban. Kadang muncul takjub, bahagia, heran, dan
bertanya,”Mampukah kita seperti mereka?”. Namun, tetap saja kita
diperintahkan untuk mencontoh mereka. Meniru orang mulia agar menjadi
mulia.
Dari kalangan tabi’in murid-murid
sahabat Nabi, ada sebuah nama yang sangat dikenal dengan ketekunan dalam
beribadah. Beliau adalah Abu Bakar Muhammad bin Wasi’ bin Jabir Al
Akhnas.Al Imam Rabbani Al Qudwah. Ada yang mengatakan ; Abu Abdillah Al
Azdi Al Bashri. Salah seorang tokoh besar di masanya. Haditsnya
diriwayatkan oleh Muslim,Abu Dawud,Tirmidzi dan An Nasa’i.
Beliau berguru ilmu hadits kepada
Anas bin Malik, Ubaid bin Umair, Mutharrif bin As Syikhir, Abdullah bin
As Shamit, Abu Shalih As Samman, Muhammad bin Sirin dan lainnya. Beliau
sedikit meriwayatkan hadits.
Dengan kedudukan beliau, banyak
ulama’ yang berguru dan mengambil ilmu dari beliau. Diantara murid-murid
beliau ; Hisyam bin Hassan, Azhar bin Sinan, Ismail bin Muslim Al Abdi,
Sufyan At Tsauru, Ma’mar, Hammad bin Salamah, Sallam bin Abi Muthi’,
Shalih Al Murri, Hammad bin Zaid, Ja’far bin Sulaiman Ad Dhuba’i, Nuh
bin Qais, Sallam Al Qari, Muhammad bin Al Fadhl bin Athiyyah.
Ali Al Madini berkata : “Muhammad bin Wasi’ memiliki lima belas riwayat hadits”
Pujian Ulama’
Seorang hamba yang beriman dan
senang beribadah,disegerakan pahalanya dengan adanya pujian dan
sanjungan dari orang-orang yang baik. Begitupula Muhammad bin Wasi,
dengan kemuliaan dan kehormatan yang beliau miliki, mengalirlah pujian
dari para ulama’ kepada beliau.
Ibnu Syaudzab berkata,”Muhammad bin
Wasi’ tidak memiliki ibadah yang menonjol bila dibandingkan dengan yang
lain. Namun jika ditanyakan,”Siapakah penduduk Basrah yang paling
mulia?” Jawabannya pasti : ”Muhammad bin Wasi’”.
Musa bin Harun menjelaskan,”Muhammad
bin Wasi’ adalah seorang ahli ibadah, senang beramal, wara’, memiliki
kedudukan tinggi, mulia, tsiqah, berilmu dan semua kebaikan ia
kumpulkan”.
Ibnu Hibban bercerita,”Beliau
termasuk ahli ibadah yang teliti, ahli zuhud yang senang beramal. Beliau
pernah berangkat berjihad di Khurasan. Keutamaan dan kelebihan yang
beliau miliki sangat banyak”.
Malik bin Dinar mengatakan,”Muhammad bin Wasi’ termasuk ahli membaca Al Qur’an Ar Rahman.Keutamaannya sangat banyak”.
Pandangan Terhadap Dunia
Kaum alim ulama’
memiliki pandangan yang berbeda dengan keumuman manusia dalam menilai
dunia. Dunia bukanlah tujuan sesungguhnya. Namun, dunia hanya tempat
mempersiapkan bekal untk menggapai kehidupan di kampung abadi nanti dan
dunia adalah tempat persinggahan.
Hammad bin Zaid berkata,”Ada orang
berkata kepada Muhammad bin Wasi’,”Berikanlah wasiat untukku!”. Beliau
menjawab ; ”Aku wasiatkan kepadamu agar engkau menjadi raja di dunia dan
akhirat”. Orang itu bertanya,”Bagaimanakah caranya?”.Muhammad bin Wasi’
menjelaskan,”Bersikaplah zuhud terhadap dunia”.
Muhammad bin Wasi’ berkata ;
”Sungguh, aku iri kepada orang yang kuat beragama sementara ia tetap
ridha dengan dunia yang sedikit padanya”.
Dalam pertempuran Jurjan,Yazid bin
Al Muhallab memperoleh rampasan perang dalam bentuk mahkota yang dihiasi
permata.Yazid bertanya kepada pasukannya,”Apakah kalian percaya, masih
ada orang yang tidak menginginkan benda ini?”. Mereka menjawab,”Tidak!”.
Yazid lalu memanggil Muhammad bin Wasi’ Al Azdi dan berkata,”Terimalah
mahkota ini!”. Muhammad bin Wasi’ berkata,”Aku tidak
memerlukannya”.Yazid memaksa,”Aku mengharuskan kamu untuk mau
menerimanya!”.
Mahkota itu lalu diterima oleh
Muhammad bin Wasi’. Yazid lalu memerintahkan satu orang untuk
menguntitnya,apa yang akan diperbuat oleh Muhammad bin Wasi’.
Ternyata,di tengah jalan Muhammad bin Wasi’ bertemu dengan seorang
pengemis, kemudian Muhammad bin Wasi’ menyerahkan mahkota tersebut
kepada si pengemis. Utusan dari Yazid tadi segera membawa si pengemis
untuk menghadap kepada Yazid sehingga dapat menceritakan peristiwa
itu.Yazid kemudian mengambil kembali mahkota itu dan memberi ganti
kepada si pengemis uang dalam jumlah yang banyak.
Subhanallah! Masih adakah manusia
semacam beliau? Yang tidak lagi memerlukan bertumpuknya harta dan
berlebihnya materi? Manusia-manusia pilihan yang mengambil bagian dari
dunia secukupnya saja.Semoga Allah merahmati Anda,wahai Muhammad bin
Wasi’. Anda telah mewariskan sesuatu yang sulit bagi kami.
Pandangan Terhadap Akhirat
Hazm Al Qath’i berkata,”Muhammad bin
Wasi’ berkata menjelang wafatnya,”Wahai saudara-saudara,tahukah kalian
kemana aku akan dibawa pergi? Demi Allah, ke neraka kecuali Allah
memberikan ampunan untukku”
Sulaiman At Taimi berkata : “Aku tidak pernah melihat orang yang khusyu’nya melebihi Muhammad bin Wasi’”
Kedudukan Beliau Dalam Doa
Dalam berperang, kaum muslimin
membutuhkan orang-orang yang dekat dengan Allah Ta’ala. Dengan sebab
keberadaan dan keikutsertaan mereka di tengah pasukan, pertolangan Allah
menjadi sangat dekat. Keimanan dan doa-doa mereka sangat dibutuhkan.
Demikian juga Muhammad bin Wasi’.
Al Ashma’i berkata,”Pada saat
Qutaibah bin Muslim menghadapi pasukan Turki dan merasa kewalahan,
beliau menanyakan tentang Muhammad binWasi’. Ada yang menjawab,”Dia ada
di sayap kanan sedang meletakkan busur dan mengibaskan jari-jarinya ke
arah langit (berdoa) ”.Qutaibah mengatakan,”Jar-jari itu lebih aku suka
daripada seratus ribu bilah pedang tajam yang dipegang oleh anak-anak
muda”
Nasehat-nasehat Beliau
Berikut ini beberapa nasehat dari Muhammad bin Wasi’ untuk kita.Nasehat yang sangat berharga.
Muhammad bin Wasi’ berkata,”Apabila
seorang hamba menghadapkan sepenuh hatinya kepada Allah, pasti Allah
akan menghadapkan hati hamba-hamba kepada orang tersebut”
Muhammad bin Wasi’ jika ditanya,”Apa
kabar anda pagi ini?”. Beliau menjawab,”Ajalku dekat, angan-anganku
masih panjang sementara amalanku buruk”
Seorang pemberi nasehat mendekati
Muhammad binWasi’ dan bertanya,”Mengapa aku temukan kenyataan hati yang
tidak khusyu’, mata yang tidak menangis, kulit yang tidak bergetar?”.
Muhammad menjawab,”Wahai fulan,aku tidak melihat kesalahan ini dari
mereka, Tapi dari dirimu. Jika nasehat disampaikan dari hati tentu akan
mengena di hati”.
Ada orang memperhatikan luka di
tangan Muhammad bin Wasi’ dan ia merasa kasihan. Muhammad bin Wasi’
berkata,”Tahukah engkau, kenikmatan apa yang aku rasakan dari luka di
tanganku ini? Karena,luka ini tidak diletakkan di biji mataku,atau di
ujung lidahku atau di ujung kemaluanku”.
Ibnu Uyainah berkata , Muhammad bin
Wasi’ pernah mengatakan,”Seandainya dosa-dosa yang diperbuat mempunyai
bau tersendiri, tidak akan satu orang pun yang mau duduk bersamaku”
Ibadah dan Ajaran Keikhlasan
Musa bin Yasar berkata,”Aku pernah
menemani Muhammad bin Wasi’ dalam perjalanan ke Makah. Sepanjang malam
ia sholat di atas kendaraan,dalam keadaan duduk sambil berisyarat”
Muhammad bin Wasi’ berkata
,”Sungguh, ada seseorang sering menangis selama duapuluh tahun dan
istrinya yang selalu didekatnya tidak pernah tahu”.
Muhammad bin Wasi’
berkata,”Sungguh,aku telah menemui beberapa orang, diantara mereka ada
yang kepalanya berdampingan dengan kepala istrinya,diatas satu bantal.
Air matanya membasahi bantal dibawah pipinya, namun istrinya tidak
pernah mengetahui. Aku juga menemui beberapa orang,diantara mereka ada
yang berdiri dalam shof shalat, air matanya mengalir di pipi dan tidak
ada seorang pun disampingnya yang mengetahui”.
Muhammad bin Wasi’ selalu berpuasa namun tidak pernah menampakkannya.
Tidak Berambisi Terhadap Kedudukan
Seorang pembesar bernama Malik bin
Al Mundzir pernah mengundangnya.”Terimalah jabatan sebagai Qadhi!”.
Tetapi Muhammad bin Wasi’ menolak, tapi Malik tetap membujuknya dan
berkata,”Kamu harus mau menjabat sebagai Qadhi, jika tidak aku akan
mencambukmu sebanyak tigaratus kali!”. Muhammad bin Wasi’
mengatakan,”Jika engkau lakukan, engkau orang yang semena-mena.
Sungguh,hina di dunia lebih baik daripada hina di akhirat”
Muhammad bin Wasi’ meninggal pada tahun 123 H .Rahimahullah
Bacaan
: Thabaqat Hanabilah 215,Tarikh Bukhari 1/255,Hilyatul Auliya 2/345-357
Tarikh Thabari 4/53 Siyar A’lam Nubala’ 6/119,Tahdzib Tahhdzib
9/499-500
Tidak ada komentar:
Posting Komentar